Harian Bernas tutup, 28 jurnalis dan karyawan di-PHK
72 Tahun terbit, Harian Bernas tutup mulai Jumat ini. Fransisca menerangkan sebelum akhirnya memutuskan untuk tak lagi terbit, Harian Bernas sedikitnya sudah melakukan tiga kali perampingan dalam kurun waktu tiga tahun. Perampingan, kata Fransisca pernah dilakukan pada tahun 2015, 2017 dan tahun 2018.
Setelah 72 tahun terbit, Harian Bernas cetak memutuskan untuk tak lagi terbit untuk pada Jumat (1/3) besok. Pihak manajemen Harian Bernas memutuskan untuk bermigrasi dari cetak beralih ke online di laman Bernas.id.
Pimpinan Umum Harian Bernas, Fransisca Diwati mengatakan paska tak lagi terbit, ada 28 orang yang mendapatkan PHK. Ke 28 orang tersebut terdiri dari jurnalis dan karyawan.
-
Apa yang istimewa dari Yogyakarta? Pada zaman pendudukan Jepang, wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta disebut dengan istilah Yogyakarta Kooti.
-
Apa kegiatan Atta Halilintar di Yogyakarta? Jadi, aku tuh ada acara, ada undangan di Yogyakarta. Kebetulan aku di Yogya dan di sini terkenal dengan wisata kulinernya, jadi aku yakin Yogya pasti the best buat makanan. Istri pun nitip makanan," pungkas Atta dalam live streaming di YouTubenya.
-
Apa yang menjadi warisan dari seorang petinggi Keraton Yogyakarta di Dusun Pucung? Saat itu ada seorang petinggi Keraton Yogyakarta yang datang ke wilayah Pucung. Sebelum kembali ke keraton, ia menitipkan dua buah wasiat yaitu wayang kulit dan burung perkutut.
-
Apa yang dilakukan Kama saat liburan di Yogyakarta? Anak-anak Zaskia Adya Mecca menemukan kebahagiaan dalam hal-hal sederhana seperti jajan gulali dan duduk santai di pinggir jalan.
-
Kapan Duta pindah ke Yogyakarta? Cerita Masa Kecil Fakta Menarik: Duta, Berusia 3,5 Tahun, Pindah ke Yogyakarta dan Mampu Berbicara Bahasa Jawa dan Indonesia Secara Bersamaan.
-
Apa yang menarik wisatawan untuk mengunjungi Yogyakarta? Yogyakarta adalah destinasi yang kaya akan situs-situs budaya dan bersejarah. Salah satunya Candi Prambanan. Candi Prambanan merupakan kompleks candi Hindu yang menakjubkan.
"Ada 28 orang yang di PHK. Campuran itu (karyawan dan jurnalis). Jurnalis kita juga enggak banyak kok. Sebelum hari ini sudah ada beberapa yang mengundurkan diri," ujar Fransisca saat dihubungi, Rabu (28/2).
Fransisca menyampaikan pihak manajemen akan berusaha untuk memenuhi semua hak para karyawan dan jurnalis yang di PHK. Pihak manajemen, kata Fransisca akan memenuhi hak para karyawan dan jurnalis yang di PHK sesuai dengan aturan yang ada.
"Hari ini terakhir masuk kerja. Besok kami proses pesangonnya. Ya meskipun bertahap," ungkap Fransisca.
Fransisca menerangkan tutupnya Harian Bernas edisi cetak merupakan upaya untuk merancang sebuah strategi baru untuk mempersiapkan Bernas dengan konsep dan konfigurasi yang lebih milenial dan memiliki prospek yang lebih menjanjikan. Sembari menunggu itu, pihak manajemen pun memilih bermigrasi dari cetak menjadi media online dengan nama Bernas.id.
"Keputusan ini pasti mengguncang sebagian masyarakat yang sudah mengenal Harian Bernas sebagai media yang sempat mengalami masa kejayaan hingga jatuh bangun berjuang untuk terus bertahan tetap terbit hingga hari ini. Tetapi keputusan ini harus diambil. Karena kalau ditunda akan berakibat buruk bagi bisnis yang lain. Sehingga sudah menjadi keputusan bersama bahwa Rabu 28 Februari 2018 ini menjadi hari terakhir Harian Bernas cetak terbit," papar
Fransisca menerangkan sebelum akhirnya memutuskan untuk tak lagi terbit, Harian Bernas sedikitnya sudah melakukan tiga kali perampingan dalam kurun waktu tiga tahun. Perampingan, kata Fransisca pernah dilakukan pada tahun 2015, 2017 dan tahun 2018.
"Media cetak hari ini biaya costnya tinggi. Harga kertas dan harga cetak gak pernah turun. Dan sekarang orang yang membaca koran ga banyak. Peminat media cetak mengalami penurunan. Jadi kami memilih menutup satu divisi (cetak) demi divisi lain (Bernas Property, Bernas Publishing, Bernas Training dan Bernas Event)," ungkap Fransisca.
Fransisca mengakui bahwa bisnis media cetak mengalami penurunan sejak beberapa tahun belakangan. Bahkan sudah ada beberapa media cetak yang sebelum Harian Bernas memutuskan untuk tak lagi terbit sudah lebih dahulu mengambil keputusan tersebut. Di luar Jawa, lanjut Fransisca, banyak media cetak yang lebih dahulu tutup dibandingkan Harian Bernas.
"Terakhir kami mencetak 2000 terbitan setiap harinya. Kami sejak beberapa tahun terakhir membidik pangsa pembaca kami adalah kelas menengah ke atas. Kami mencoba terus berbenah dari waktu ke waktu. Tetapi memang ini keputusan bersama yang telah kami ambil," tutur Fransisca.
(mdk/eko)