Abrasi di Jembrana parah, bangunan sekolah hancur tergerus air laut
Sebagian bangunan sekolah yang baru dibangun sengaja ditopang kayu untuk menyangga agar tidak roboh.
Abrasi di pesisir Pebuahan, Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali belakangan ini semakin parah. Sejumlah bangunan lesehan dan sekolah hancur tergerus air laut.
Kondisi daratan tidak merata lantaran penanganan tidak sama. Di beberapa lesehan dipasang batu bronjong secara swadaya oleh pemilik, namun banyak pula yang hanya mengandalkan karung-karung berisi pasir.
Kondisi itulah yang dituding penyebab air laut semakin kuat memakan daratan di sana. Dari pantauan merdeka.com, beberapa bangunan permanen nampak sudah hancur. Termasuk salah satunya bangunan MIN (Madrasah Ibtidaiyah Negeri) yang menampung siswa sekolah dasar di wilayah pesisir itu.
Sebagian gedung sekolah yang baru dibangun itu sudah hilang di bagian dasarnya. Sementara untuk mempertahankan bangunan atap, sengaja ditopang kayu untuk menyangga agar tidak roboh.
Sebagian gedung yang masih berdiri masih digunakan untuk sekolah siswa kelas V dan VI. Sedangkan siswa kelas I-IV, oleh pihak sekolah diungsikan di gedung lainnya yang berada di sisi utara jalan.
"Sejak dua tahun abrasi di sini semakin parah. Warung saya juga sudah lenyap tergerus air. Bagunan lain juga banyak yang hancur karena daratan hancur," ujar Sri Astuti, salah seorang warga sekaligus pemilik warung yang tergerus air laut, Senin (16/11).
Menurutnya, dulunya daratan di wilayah tersebut panjang, ada sampai tiga bangunan (lesehan) berdiri. Namun sekarang sudah habis tergerus air laut.
Selama delapan tahun membuka warung, kondisi yang paling terasa sebagai dampak abrasi pada setahun terakhir. Sebenarnya dia sudah berusaha untuk memasang karung-karung berisi pasir, tetapi karena dikelilingi batu bronjong yang dipasang swadaya, air laut justru lebih cepat menggerus lahannya.
"Ya karena air pecah dan lebih banyak lari ke sini, karena itu lebih banyak tanah di sini yang tergerus," ujarnya.
Namun dia masih bersyukur, sebab, di sisi timur kondisinya paling parah dan sudah banyak bangunan yang terpaksa dirobohkan sendiri oleh warga sebelum terkena abrasi. Saat ini banyak juga bangunan warga yang belum terlindungi, termasuk fasilitas umum seperti gedung kelas MIN tersebut.