Ahok minta media tak lagi beritakan kematian Nenek Hindun
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) meminta semua media tidak lagi mempermasalahkan tentang meninggalnya Hindun binti Raisman (78). Apalagi kematian nenek tersebut hingga tak disalatkan lantaran memilih dirinya pada Pilgub DKI putaran pertama lalu.
Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut 2, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) meminta semua media tidak lagi mempermasalahkan tentang meninggalnya Hindun binti Raisman (78). Apalagi kematian nenek tersebut hingga tak disalatkan lantaran memilih dirinya pada Pilgub DKI putaran pertama lalu.
"Teman-teman media juga jangan tulis lagi. Tutup saja kasus ini. Ini adalah hal yang memalukan buat bangsa kita. Enggak usah cerita-cerita lagi lah. Yang penting sekarang kita doakan supaya almarhum dilapangkan jalan kuburnya," kata Ahok, Senin (13/3).
Imbauan itu disampaikan Ahok ketika menyambangi kediaman Hindun. Wanita itu dikabarkan ditolak ketika akan disalatkan di Musala Mu'minuun, Setiabudi, Jakarta Selatan. Ahok datang sekaligus menitipkan doa untuk acara tahlilan tujuh hari kematian almarhum. Tidak hanya itu, dia berharap permasalahan agama tidak perlu dipolitisasi .
"Saya kira sudah banyak imbauan. Saya kira sudahlah kita ikutin ajaran agama saja yang benar. Jangan dipolitisir," ujarnya.
Jenazah nenek Hindun merupakan warga Jalan Karet Karya II, RT 009 RW 05, Setiabudi, Jakarta Selatan, disalatkan di kediamannya. Awalnya keluarga ingin jenazah disalatkan di Musala Mu'minuun.
"Kata pak ustaznya, percuma enggak ada orang di sini," terang ujar anak pertama nenek Hindun, Sudarsih menirukan pernyataan Neneng, Jumat (10/3). Neneng merupakan anak bungsu Hindun yang minta izin ke ustaz musala tersebut.
Sudarsih, kata Neneng, merasa ada janggal atas penolakan tersebut. Sebab, keluarga mereka sebelumnya tak pernah ditolak ketika ingin menyalatkan jenazah di musala tersebut. Hindun meninggal Selasa (7/3) siang lalu.
Menurut Sudarsih, keluarga menduga penolakan tersebut merupakan buntut dari pencoblosan Pilgub DKI Jakarta pada putaran pertama lalu. Saat itu, Hindun yang tidak bisa berjalan disambangi oleh petugas TPS, beberapa saksi dan KPPS.
Saat itu Hindun menggunakan hak suaranya di rumah. Dia memilih pasangan nomor urut Ahok-Djarot Saiful Hidayat. "Waktu pas pencoblosan petugas TPS kan datang tuh, kan ibu (Hindun) dapat hak suara memilih. Nah, di situ dikasih kertas (surat suara), dibuka di situ terus kelihatan ibu coblos Ahok," cerita Sudarsih.
Di waktu bersamaan, Ustaz Ahmad Syafii, pengurus jenazah RT setempat menjelaskan duduk perkara kejadiannya. Syafii mengatakan jenazah Hindun tetap disalatkan meski dilakukan di rumah. Alasannya saat itu tidak ada orang menggotong jenazah Hindun ke musala.
Kondisi cuaca hujan menjadi salah satu faktor kurangnya orang untuk membawa jenazah nenek Hindun ke musala. Dia juga menegaskan adanya kabar jenazah tidak disalatkan karena pendukung Ahok-Djarot adalah tidak benar.
"Masya Allah, jahat benar. Siapa bilang kayak gitu? Perkaranya itu bukan karena milih Ahok. Bukan enggak disalatin, saya yang ngimami, saya yang bantu talqinkan 24 jam sebelum nenek (Hindun) meninggal," kata Syafii.
Menurutnya, kondisi cuaca sudah mendung dan tukang gali kubur mengabari Syafii ingin segera pulang sehingga diambil langkah cepat. Dia beserta 4 orang mensalati jenazah di rumah. Padahal, ujar Syafii, ada beberapa warga yang akan menyalatkan namun rombongan terjebak macet.
"Jadi rombongan itu ketahan sama macet. Ya memang enggak ada orang mau salatin di musala bagaimana? Orang enggak ada, terus tukang gali kubur sudah minta cepat terus. Pas sampai sana (pemakaman) saja hujan deres," terangnya.
Adanya anggapan penolakan jenazah karena mendukung Ahok-Djarot pun disesali oleh Syafii. Terlebih adanya spanduk yang terpampang di musala atas penolakan jenazah pendukung penista agama yang saat ini disangkakan kepada Ahok. Jenazah Nenek Hindun kemudian dimakamkan di TPU Menteng Pulo, Jakarta.
-
Kapan Pilkada DKI 2017 dilaksanakan? Pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2017 (disingkat Pilgub DKI 2017) dilaksanakan pada dua tahap, yaitu tahap pertama di tanggal 15 Februari 2017 dan tahap kedua tanggal 19 April 2017 dengan tujuan untuk menentukan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017–2022.
-
Apa saja isu yang muncul selama Pilkada DKI 2017? Apalagi pemilihan tersebut juga diwarnai dengan isu-isu seperti agama, etnis, dan kebijakan publik.
-
Siapa saja kandidat yang bertarung di Pilkada DKI 2017? Saat itu, pemilihan diisi oleh calon-calon kuat seperti Basuki Tjahaja Purnama, Anies Baswedan, dan Agus Harimurti Yudhoyono.
-
Kapan Pilkada DKI 2017 putaran kedua dilaksanakan? Pemungutan Suara Putaran Kedua (19 April 2017):Putaran kedua mempertemukan pasangan Ahok-Djarot dan Anies-Sandiaga.
-
Siapa saja kandidat di Pilkada DKI 2017 putaran kedua? Putaran kedua mempertemukan pasangan Ahok-Djarot dan Anies-Sandiaga.
-
Bagaimana cara warga Jakarta memilih pemimpin di Pilkada DKI 2017? Dengan sistem ini, warga Jakarta bisa langsung berpartisipasi memberikan suara untuk menentukan pemimpin mereka hingga 5 tahun ke depan.
Baca juga:
Tak banyak kata, Ahok datangi rumah nenek Hindun di Setiabudi
Kata kubu Anies soal jenazah nenek Hindun disalatkan di rumah
Ini penjelasan Djarot kenapa Ahok kampanye diam-diam di putaran dua
147 Spanduk larang salatkan jenazah pro penista agama diturunkan
Politisi Demokrat beberkan kesuksesan Ahok selama pimpin Jakarta