Akademisi nilai butuh kesamaan persepsi buat tangkal radikalisme
Akademisi nilai butuh kesamaan persepsi buat tangkal radikalisme . "Mereka sangat mudah terprovokasi untuk merongrong kebangsaan dan kenegaraan, yang mana tumbuh dan digali dari nilai-nilai dan budaya sendiri. Kenyataan ini seharusnya semua perguruan tinggi dapat menjaga persatuan dan kesatuan bangsa."
Isu radikalisme dan terorisme di dalam negeri dewasa ini semakin meresahkan. Terlihat dari sejumlah aksi teror yang terjadi di beberapa daerah.
Melihat fakta di lapangan membuat kalangan akademisi yang diwakili dari beberapa perwakilan universutas melakukan Rembug Nasional. Diskusi tersebut digelar di Museum Bung Karno, Universitas Mahendradatta, Denpasar dihadiri oleh perwakilan rektor, wakil rektor serta ketua yayasan pemuda dan organisasi kemasyarakatan.
"Gerakan radikalisme dan terorisme sudah sangat meresahkan kehidupan berbangsa di Indonesia, karena itu perlu kesamaan persepsi dalam mencegahnya gerakan tersebut masuk lewat sekolah maupun kampus perguruan tinggi," ujar Rektor Universitas Mahendradatta Putri Anggreni seperti diberitakan Antara, Jumat (28/7).
Dalam pertemuan bertajuk "focus group discussion (FGD)" tersebut, kata dia, para peserta membahas cara mengantisipasi fenomena radikalisme dan terorisme itu.
"Di tempat ini bisa merasakan spirit perjuangan para pahlawan bangsa tempo dulu. Bagaimana perjuangan mereka untuk melakukan gerakan untuk kemerdekaan bangsa dari penjajah," ucarnya.
Pertemuan tersebut, lanjutnya, juga membahas masih banyaknya masyarakat yang terpangaruh doktrin radikal, ideologi terorisme. "Mereka sangat mudah terprovokasi untuk merongrong kebangsaan dan kenegaraan, yang mana tumbuh dan digali dari nilai-nilai dan budaya sendiri. Kenyataan ini seharusnya semua perguruan tinggi dapat menjaga persatuan dan kesatuan bangsa," tuturnya.
Pertemuan FGD dihadiri sekitar 79 rektor dari 79 perguruan tinggi yang tersebar di 12 provinsi yang semuanya sudah bersedia untuk menjadi "steering comittee" dan pengundang untuk mendeklarasikan pertemuan rektor se-Indonesia. FGD ini merekomendasikan agar "SC" minimal di isi oleh 150 perguruan tinggi.