Amien Rais Cerita Penyiksaan Aparat Era Orde Baru
Pendiri Partai Ummat, Amien Rais menyoroti tradisi penyiksaan di kalangan aparat Indonesia. Menurut dia, praktik penyiksaan di kalangan aparat begitu kentara. Dia menjelaskan sejumlah pengalaman yang pernah ia dengan soal praktik penyiksaan tersebut.
Pendiri Partai Ummat, Amien Rais menyoroti tradisi penyiksaan di kalangan aparat Indonesia. Menurut dia, praktik penyiksaan di kalangan aparat begitu kentara. Dia menjelaskan sejumlah pengalaman yang pernah ia dengan soal praktik penyiksaan tersebut.
"Saya punya dua pengalaman, yang pertama pengalaman Insinyur Syahirul Alim. Waktu Orde Baru itu keluar dari dalam penjara, kemudian enggak sampai sebulan meninggal dunia," kata Amien dalam sebuah unggahan video di kanal Youtube pribadinya yang dikutip pada Senin (14/12).
-
Kenapa Firaun beribadah? Di Mesir kuno, negara dan agama saling terkait erat. Firaun dipandang sebagai perantara antara alam fana dan alam ketuhanan. Karena keterlibatan dalam ritual dan ibadah seperti itu merupakan inti dari kehidupan seorang firaun Mesir.
-
Kapan Ameena lahir? Balita kelahiran 22 Februari 2022 ini juga semakin lucu. Karena sudah beranjak balita, Ameena kerap menemani Aurel Hermansyah saat syuting.
-
Dimana Firaun beristirahat? Para firaun tinggal di istana-istana mewah yang menampilkan taman-taman indah, menyediakan tempat-tempat perlindungan yang tenang di mana penguasa dapat mundur dari urusan negara yang ramai.
-
Kapan Faisal Basri meninggal? Namun takdir berkata lain, Ramdan mengaku kalau sekira pukul 04.30 WIB atau waktu Subuh tadi, Faisal telah menghembuskan nafas terakhirnya, setelah melalui masa kritis pada dua hari lalu.
-
Bagaimana Atta Halilintar menyimpan ari-ari Ameena? Ameena lahir, ari-ari tidak segera dikubur. Atta tidak tahu bahwa ari-ari bisa dikuburkan keesokan harinya. Ameena pun ari-arinya disimpan di kulkas olehnya.
-
Siapa yang hadir dalam peluncuran RAI? Peluncuran RAI disaksikan oleh Staf Khusus (Stafsus) Presiden Angkie Yudistia; Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah; Wakil Menteri Agama Saiful Rahmat Dasuki; pimpinan Baznas Achmad Sudrajat; dan Ketua Yayasan RAI, Caswiyono Rusydie Cakrawangsa.
Ketika dirinya mendatangi Syahirul, menurut Amien, ilmuwan Universitas Gadjah Mada (UGM) itu menawarkan Amien apakah mau melihat bekas penyiksaan yang dirinya alami.
Spontan Syahirul langsung menyingsingkan sarungnya hingga ke lutut. "Kemudian betisnya itu sudah tidak seperti betis lagi, sudah remuk," katanya.
Syahirul, kata Amien, pernah sesekali bertanya kepada aparat yang menyiksanya, "bung kenapa anda menyiksa saya?”. Pertanyaan itu lantas dijawab oleh si penyiksa dengan permintaan maaf karena ia hanya tengah menjalankan tugas.
"Maaf ya pak ya, ini yang nyuruh atasan saya," jelas Mantan Ketua MPR RI itu mengisahkan pengalaman Syahirul.
Penyiksaan juga pernah dialami oleh Haryanto Taslam. Disebutkan Amien, ia pernah ditahan selama beberapa hari karena mengoreksi rezim Orde Baru.
"Dia mengatakan Pak Amien dua minggu saya enggak bisa tidur karena hanya tiga jam saya tidak diganggu dengan radio yang sangat keras. Cuma antara jam 1 sampai jam 4, tapi sisanya betul-betul telinga saya dikerahkan dengan radio yang sangat keras sekali di kamar itu," bebernya.
Hal ini diperparah lagi dengan sorotan lampu yang begitu terang menyinari ruangan sempit Haryanto Taslam ditahan.
"Ini terjadi di negara Pancasila yang sila keduanya 'Kemanusian yang Adil dan Beradab' sekarang menjadi kemanusiaan yang tidak adil atau zalim dan biadab," tegasnya.
Di Rutan Guntur
Amien Rais juga pernah mendengar cerita dari Mantan Menteri Agama Suryadharma Ali yang terciduk dalam kasus korupsi penyelenggaraan haji. Kala itu, begitu ditangkap Suryadharma Ali langsung ditahan di Rutan Guntur, Jakarta.
"Saya dimasukin ke bilik satu setengah kali satu setengah meter yang tidak mungkin saya bisa tiduran selama tiga hari dan kemudian tanpa AC, panas sekali. Dia mengatakan tidak berlebihan loh Pak Amien," kata Amien menirukan ucapan Suryadharma Ali.
Saking panasnya, kata Amien, rekannya itu semalam bisa menggunakan handuk hingga tiga kali.
"Ini mungkin dalam teknik torture ya, jadi bukan dipukuli tetapi dibuat betul-betul tidak manusiawi sehingga mengalami mental breakdown dan nanti apa pun yang ditanya harus sesuai karena nanti kalau tidak akan diulangi lagi penyiksaan mental itu," katanya.
Tokoh Partai Amanat Nasional (PAN) itu berpesan, agar jangan sampai seorang tersangka mengalami penyiksaan yang di luar nalar kemanusiaan tersebut.
"Seorang warga Indonesia siapa pun, apa pun agamanya, sukunya, partainya jangan sampai disiksa seperti itu karena sang penyiksa itu andai kata anakku atau aku sendiri dibegitukan apa kira-kira mau?" tanya Amien.
Hal itu merupakan respons Amien Rais soal dugaan aparat yang melakukan penyiksaan terhadap enam laskar Front Pembela Islam (FPI) yang menurut keterangan polisi terbunuh karena baku tembakau dengan aparat.
"Saya mengharap nanti tatkala akan ada sidang tentang musnahnya para syuhada kita ini betul-betul kita segenap rakyat Indonesia yang masih punya perhatian untuk tegaknya keadilan di negeri kita ini dengan segala macam cara, kita minta transparansi, betul-betul kita minta keadilan. Karena kalau tidak yang zalim sekarang ini mungkin bisa bersiul-siul, tapi tibalah saatnya Tuhan akan mengambil alih," tutup Amien.
Rekonstruksi Tol Cikampek
Sementara itu, Bareskrim Polri menggelar rekonstruksi adegan baku tembak antara polisi dan laskar Front Pembela Islam (FPI) di Tol Cikampek, Senin (14/12) dini hari. Lokasi adegan persis sama di tempat kejadian perkara. Rekonstruksi digelar di empat titik.
Reka adegan pertama menampilkan aksi kejar-kejaran antara satu Mobil Avanza Silver milik polisi dengan dua mobil yang ditumpangi Anggota FPI, yakni Avanza silver dan Chevrolet Spin yang keluar dari dari Gerbang Tol Karawang.
Pada saat itu, di seberang Hotel Novotel, Karawang mobil Avanza Silver Anggota FPI sempat menabrak sisi kanan mobil yang ditumpangi polisi lalu kabur. Sementara mobil Chevrolet Spin mengadang dan empat Anggota FPI keluar dari mobil dengan senjata tajam dan langsung memukul kap mesin serta kaca mobil polisi.
Dengan tindakan yang dilakukan keempat Anggota FPI tersebut, sontak seorang anggota Polisi keluar dan memberikan tembakan peringatan untuk menghentikan keempat Anggota FPI.
Usai melihat tembakan peringatan yang diluncurkan oleh seorang anggota polisi tersebut, lantas keempat anggota FPI yang membawa senjata tajam langsung kembali ke mobil Chevrolet Spin. Sementara dua anggota FPI yang berada di dalam mobil keluar dan langsung menembakkan senjata api ke arah mobil polisi.
Setelah melancarkan tembakan itu, keseluruhan Anggota FPI melarikan diri kembali ke mobil yang juga langsung diikuti oleh mobil Avanza Silver milik polisi. Dari kejadian di di sebrang Hotel Novotel TKP kedua bergeser ke sekitar Jembatan Badami, Karawang.
Rekontruksi TKP-2 Insiden Baku Tembak Antara Anggota FPI VS Polisi
Selanjutnya pada rekonstruksi di TKP kedua terungkap adanya aksi kejar-kejaran dan baku tembak antara Polisi dan Anggota FPI di sekitar Jembatan Badami, Karawang.
Awal mulanya pada saat mobil Avanza silver milik polisi sudah mulai mengejar mobil FPI akan tetapi terhalang truk yang tiba-tiba muncul di pertigaan. Namun sebelum terhalang truk, berdasarkan rekonstruksi, mobil Chevrolet Spin Laskar FPI yang berisi 6 orang, dikejar oleh 4 orang petugas polisi dengan mobil Avanza silver.
Kemudian setelah berhasil mendekat dan ingin menyalip mobil Chevrolet Spin FPI dari sisi kiri. Salah satu Anggota FPI membuka kaca dan menodongkan senjata ke arah mobil Avanza Silver yang dipakai polisi.
Pada saat itu juga, Anggota FPI yang menodongkan senjata lantas menembak ke arah mobil polisi, lantas anggota polisi membalas tembakan tersebut.
"Petugas C (polisi) melihat pelaku (Anggota FPI) menembak satu kali, Petugas C membalas tembakan pelaku. Diikuti Petugas A yang berada di belakang Petugas C juga menembak ke arah mobil Laskar. Lalu saat mobil petugas ada di sisi kanan mobil pelaku, petugas B menembak sisi sebelah kanan mobil Chevrolet," jelas petugas saat gambarkan rekontruksi.
Hingga kemudian terjadilah aksi saling baku tembak, hingga antara Anggota FPI dan Polisi saling menodongkan senjata ke arah berlawanan.
Aksi kejar-kejaran itu berlangsung sekitar 200 hingga 300 meter, sampai dengan mobil Avanza Silver milik polisi terhalang oleh sebuah truk yang melintas hingga tertinggal dengan mobil Chevrolet Spin.
Reporter: Yopi Makdori
Sumber: Liputan6.com
(mdk/rnd)