Ancaman sianida teroris, Polres Surabaya gelar operasi besar-besaran
Dari razia itu, polisi berhasil mengungkap 76 kasus peredaran narkoba dan obat-obat terlarang.
Polrestabes Surabaya, Jawa Timur, menggelar operasi besar-besaran selama sepekan untuk mengantisipasi ancaman sianida dari kelompok teroris. Dari razia itu, polisi berhasil mengungkap 76 kasus peredaran narkoba dan obat-obat terlarang.
76 kasus itu, rinciannya; 20 kasus target operasi (TO) dan 56 kasus non TO, dengan jumlah tersangka, 92 orang laki-laki dan dua perempuan.
"Ini hasil operasi sejak tanggal 4 hingga 15 Febuari. Operasi ini dilakukan serentak di seluruh Indonesia," terang Kapolrestabes Surabaya, Kombes Pol Iman Sumantri, Selasa (16/2).
Dari puluhan kasus itu, lanjut dia, petugas menyita barang bukti 139,568 gram sabu, 508,5 butir ekstasi, 1.700 butir H.5, 10,78 gram ganja, 148 butir pil LL, 4 butir obat keras, dan ribuan bahan kosmetik berbahaya.
Apa ada kaitan operasi besar-besaran ini dengan Surat Telegram Rahasia (STR) Nomor: STR/11/2016/ROOPS, tentang ancaman sianida dari kelompok teroris?
Dengan tegas Iman menjawab, "Kewaspadaan itu penting dilakukan anggota. Tapi operasi serentak di seluruh Indonesia ini tidak ada kaitannya dengan ancaman sianida. Operasi tetap kita lakukan setiap hari, demi kenyamanan dan keamanan masyarakat," tegasnya.
"Ancaman (sianida) itu kan hanya untuk kita waspadai. Apalagi untuk polisi, harus tetap kita waspadai. Kewaspadaan penting, ada ancaman atau tidak tetap harus waspada demi kenyamanan dan keamanan masyarakat," tandasnya.
Seperti diketahui, melalui STR/11/2016/ROOPS, Kapolri Jendral Badrodin Haiti mengingatkan seluruh jajarannya di seluruh daerah se-Tanah Air, untuk waspada terhadap ancaman kelompok teroris menggunakan modus baru, yaitu menggunakan racun sianida.
Imbauan Kapolri ini, langsung diteruskan ke Polda-Polda se Indonesia, yang kemudian diteruskan ke seluruh jajarannya di Polres-Polres. Untuk jajaran setingkat Polsek, tidak menerima TR ini. Tapi hanya menerima pesan singkat (SMS) atau broadcast baik BBM (BlackBerry Messenger) dan WhatsApp (WA) secara internal dari tingkat perwira menengah hingga ke bintara.
Melalui telegram rahasianya itu, Badrodin menyebut ada rencana kelompok teroris melakukan aksinya dengan memberi atau mengirim makanan bercampur sianida. Sasaran aksi kelompok radikal ini, adalah anggota Polri.
Menurutnya, aksi itu terinspirasi kasus kematian I Wayan Mirna Salihin yang diduga diracuni rekannya sendiri, Jessica Kumala Wongso saat tengah meminum kopi di kawasan Mal Grand Indonesia.
Badrodin meminta kepala polisi satuan wilayah di daerah untuk mengingatkan anggotanya yang bertugas di lapangan ataupun Mako Polri akan adanya rencana aksi kelompok teroris tersebut. Dia juga mengimbau setiap Kapolda mengingatkan anggotanya agar tak mudah menerima pemberian saat makan di warung oleh orang tak dikenal.
Setiap polisi di daerah pun diminta menyosialisasikan informasi aksi kelompok teror itu kepada masyarakat. Agar masyarakat memiliki daya cegah dan tangkal terhadap modus baru kelompok teroris ini.