Angka Pernikahan Turun Drastis, BKKBN: Semakin Kaya, Pendidikan Tinggi Sebab Usia Menikah Mundur
"Semakin kaya, pendidikan tinggi dan bermukim di perkotaan, berkolerasi erat dengan median usia menikah yang semakin mundur," kata Hasto," kata Kepala BKKBN
Tingkat pendidikan yang semakin tinggi juga menjadi salah satu penyebab usia menikah mundur.
- Tekan Pernikahan Dini, Banyuwangi Perketat Dispensasi Nikah Lewat MoU Lintas Instansi
- Kompak di Pengajian Jelang Pernikahan Anak Sulung, Tora Sudiro & Anggraini Kadiman Ternyata Kebingungan soal Hal Ini
- Membedah Turunnya Angka Pernikahan Usia Muda di Indonesia
- Tak Hanya sebagai Hiasan di Kepala Pengantin Wanita, Ini Makna Siger pada Pernikahan Adat Sunda
Angka Pernikahan Turun Drastis, BKKBN: Semakin Kaya, Pendidikan Tinggi Sebab Usia Menikah Mundur
Angka pernikahan di Indonesia semakin turun dari tahun ke tahun. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyebut angka pernikahan mengalami penurunan signifikan pada 2023, mencapai rekor terendah dalam satu dekade terakhir dengan hanya 1,58 juta pernikahan, dibandingkan puncaknya pada tahun 2013 yang mencapai 2,21 juta pernikahan.
"Kondisi ini (pernikahan yang menurun) berpengaruh terhadap bonus demografi, angka kelahiran total atau total fertility rate (TFR), laju pertumbuhan penduduk, angka pendapatan kelas menengah atau middle income trap, dan berpengaruh juga terhadap upaya Indonesia menjadi empat negara besar di dunia,"
ujar Hasto dalam keterangannya di Jakarta, Senin (11/3).
Untuk itu, Hasto menegaskan bahwa BKKBN akan memetakan berapa persentase pernikahan yang menurun dari usia menikah yang datanya ada di masing-masing wilayah di Indonesia, dan melihat wilayah mana yang persentase pernikahannya yang semakin besar atau menurun.
Kemudian, BKKBN akan melihat angka kelahiran total atau TFR di masing-masing daerah.
"Kalau di daerah itu TFR-nya tinggi, pernikahannya menurun, ya kita syukuri, artinya mendukung agar TFR yang tinggi bisa menurun, karena penduduk tumbuh seimbang, supaya beban ekonomi juga tidak berat. Tetapi kalau TFR-nya sudah rendah, ya akan kita upayakan agar angka pernikahan tidak turun," ucapnya.
Ia juga menegaskan, untuk masalah median usia pernikahan yang menurun ini, BKKBN tidak akan menerapkan kebijakan yang sama, tetapi menyesuaikan dengan kondisi di wilayah masing-masing.
"Jadi tidak one fits for all, tidak semua dengan kebijakan yang sama, akan kami lihat satu per satu masing-masing provinsi," kata dia.
Selain itu, tingkat pendidikan yang semakin tinggi juga menjadi salah satu penyebab usia menikah mundur.
"Semakin kaya, pendidikan semakin tinggi dan bermukim di perkotaan, berkolerasi erat dengan median usia menikah yang semakin mundur," kata Hasto, dilansir Antara.
Berdasarkan laporan kinerja Kedeputian Keluarga Sejahtera dan Pembangunan Keluarga (KSPK) BKKBN, median usia kawin pertama (MUKP) perempuan juga semakin mundur dalam rentang waktu tahun 2020-2023.
Adapun target MUKP pada tahun 2020 yakni usia 21,9 tahun, dengan realisasi yakni 20,7 tahun sebesar 94,5 persen. Sedangkan pada tahun 2021, target MUKP yakni 22 tahun, dengan realisasi 20,71 tahun sebesar 94,1 persen. Kemudian, pada tahun 2022, target MUKP yakni 22 tahun, sedangkan realisasinya yakni 21 tahun sebesar 95,5 persen.
Dalam rentang waktu tiga tahun tersebut, realisasi MUKP belum pernah mencapai 100 persen, yang artinya target perempuan menikah pertama sesuai saran BKKBN belum tercapai maksimal.
Namun, pada tahun 2023, dari target MUKP 22,1 tahun, telah tercapai 22,3 tahun, atau 100, 90 persen, yang artinya, sebagian perempuan menikah untuk pertama kali di usia 22,3 tahun pada tahun 2023, setelah sebelumnya selama tiga tahun terakhir usia menikah perempuan rata-rata pada 20-21 tahun.