Awal September, 26 Unit tank Leopard tiba di Indonesia
Pengiriman ini merupakan lanjutan dari pengiriman gelombang pertama, yakni 130 unit tank Leopard dan 50 unit tank Marder
Pada minggu pertama di bulan September 2014 nanti, sebanyak 26 unit Tank Leopard dan 26 unit Tank Marder akan tiba di Indonesia. Puluhan tank Leopard dan Marder itu dibeli Kementerian Pertahanan berdasarkan kontrak pengadaan nomor TRAK/1198/PLN/XII/2012/AD antara Kementerian Pertahanan dengan Rheinmetall, Jerman.
"Upacara pengiriman dilakukan Senin, 23 Juni 2014 di Unterluss, Jerman yang dihadiri Wakil Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin," seperti yang dikutip dalam rilis Kementerian Pertahanan, Jakarta, Selasa (24/6).
Pengiriman ini merupakan lanjutan dari pengiriman gelombang pertama, yakni sebanyak 130 unit tank Leopard dan 50 unit tank Marder tiba di Indonesia. Kementerian Pertahanan menjelaskan mekanisme pengadaan Tank Leopard dilakukan sesuai aturan pengadaan Alutsista TNI yang berlaku, yakni dengan menggunakan pendekatan bottom-up.
-
Kapan HUT Korps Marinir TNI AL diperingati? Setiap tanggal 15 November diperingati sebagai Hari Ulang Tahun Korps Marinir TNI AL.
-
Apa tugas utama Korps Marinir TNI AL? Sebagaimana kita tahu, Korps Marinir adalah satuan unit pada TNI AL yang memiliki tugas untuk menyelenggarakan operasi amfibi, pertahanan pantai, pengamanan pulau terluar, pembinaan potensi maritim, hingga pembina kekuatan serta kesiapan operasi satuan.
-
Di mana ledakan gudang amunisi TNI terjadi? Lokasi ledakan Gudang Amunisi Daerah (Gudmurad) Desa Ciangsana, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (30/3) lalu menyisakan pertanyaan.
-
Di mana TNI dibentuk? Dahulu TNI dibentuk dan dikembangkan dari sebuah organisasi bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
-
Apa yang nyaris digunakan oleh TNI AU sebagai pesawat tempur? Jet tempur terbaru itu nyaris memperkuat TNI AU. Batal di saat-saat terakhir.
-
Kapan ledakan gudang amunisi TNI terjadi? Lokasi ledakan Gudang Amunisi Daerah (Gudmurad) Desa Ciangsana, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (30/3) lalu menyisakan pertanyaan.
Pendekatan bottom-up yakni melalui proses dimulai dari kajian teknis dan taktis oleh satuan pengguna (Pusat Kesenjataan Kavaleri TNI AD).
"Mempertimbangkan antara lain, faktor kondisi geografis, postur prajurit yang mengawaki, kesesuaian doktrin dan sebagainya," tulis dalam rilis tersebut.
Kemudian, dari kajian teknis dan taktis itu dilakukan kajian operasional di Markas Besar TNI AD. Pertimbangannya yakni, faktor dukungan logistik, sistem pemeliharaan, layanan purna jual, fasilitas pendukung dan sebagainya. Selanjutnya, dilakukan kajian operasional untuk menguji tingkat interoperabilitas di Markas Besar TNI.
Proses administrasi pengadaan Alutsista dilakukan di Kementerian Pertahanan, yakni melibatkan personel Kementerian Pertahanan, Mabes Angkatan terkait, Mabes TNI, Bappenas dan Kementerian Keuangan. Pada tahap ini, pertimbangan yang digunakan antara lain kemampuan calon negara/pabrikan pembuat Alutsista, ketersediaan anggaran dan hal-hal yang berkaitan dengan aspek strategis.
Setelah mendapat persetujuan (pencabutan tanda bintang) dari DPR RI, kontrak pengadaan Alutsista dapat dilaksanakan secara efektif. Untuk mengoptimalkan penggunaan anggaran, pengadaan Alutsista TNI dilakukan dengan pola G to G (pemerintah ke pemerintah) maupun B to G (pabrikan ke pemerintah), tanpa menggunakan perantara.