Bakal dibuatkan aplikasi, ojek pangkalan tak punya modal beli ponsel
Para pengojek pangkalan menyarankan Pemkot Bandung segara bikin aturan soal operasional ojek.
Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, pernah menyampaikan solusi bagi ojek pangkalan yang mulai tergerus oleh keberadaan ojek online. Dia menyatakan, idenya adalah membikin aplikasi khusus bagi tukang ojek pangkalan, layaknya ojek online.
Bila hal itu terjadi, tidak ada bedanya ojek pangkalan dengan ojek online. Para pengendara ojek pangkalan mengaku setuju dengan ide itu, tetapi terkendala satu masalah.
"Kami setuju saja sebenarnya, tapi kan kami ini enggak punya modal untuk beli handphonenya. Ya minimal difasilitasi," kata Ketua Paguyuban Angkutan Roda Dua Bandung (PAB), Kukuh Rianto, usai audiensi di Mapolrestabes Bandung, Senin (26/10).
Selama ini pengojek konvensional di Bandung mencapai 6.882 orang, tersebar dalam 54 pangkalan. Menurut Kukuh, sejak GO-JEK beroperasi, dia dan kawan-kawannya semakin tergerus.
Kukuh mengaku pelanggan mereka berkurang, berimbas kepada menurunnya pendapatan. Jika dulu pendapatan mereka bisa di atas Rp 50 ribu, tetapi kini sangat anjlok.
"Pendapatan mereka enggak lebih dari Rp 50 ribu lho sehari. Sekarang menyusut paling Rp 20 ribu-Rp 30 ribu sehari. Uang segitu dapat apa zaman sekarang," ujar Kukuh.
Ojek pangkalan berharap Pemkot Bandung bisa segera membuat aturan agar dua moda transportasi itu bisa bersinergi. Dia mengaku, ojek pangkalan tak masalah jika harus saling melengkapi.
"Kalau opang (ojek pangkalan) dihilangkan, kasihan. Nanti justru menganggur. Maka itu, Pak wali kota (Ridwan Kamil) harus memberdayakan pangkalan ojek," ucap Kukuh.