Bapanas Tegaskan Kelangkaan Beras Bukan Karena Bansos
"Bansos itu enggak ada kaitannya sama harga (beras)," ketua Bapanas) Arief Prasetyo
Penyaluran bantuan pangan tak menganggu pasokan beras ke pasar-pasar ritel.
Bapanas Tegaskan Kelangkaan Beras Bukan Karena Bansos
Ketua Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo menegaskan kelangkaan beras di ritel bukan disebabkan karena bantuan pangan yang disebar Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Menurut dia, penyaluran bantuan pangan tak menganggu pasokan beras ke pasar-pasar ritel.
"Bansos itu enggak ada kaitannya sama harga (beras). Tapi ini negara hadir, itu bukan bansos tapi bantuan pangan saya koreksi ya. Bantuan pangan beras pemerintah memang ditiadakan selama 8-14 Februari untuk penghormatan kepada Pemilu yg dijalankan tahun ini. Bansos pangan itu enggak mempengaruhi itu (kelangkaan beras),"
jelas Arief usai rapat bersama Presiden Jokowi di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (12/2).
Arief menargetkan pasokan beras dapat kembali melimpah pada Maret 2024. Dengan begitu, harga beras yang naik karena kelangkaan bisa dapat turun dan berada di angka normal.
"Khusus beras kita harap bulan Maret 2024 ini produksi kita sesuai KSA BPS itu di atas 3,5 juta ton. Kita harapkan bulan Maret harga beras bisa lebih turun sedikit," ujarnya.
Arief menyampaikan akan memastikan distribusi beras di pasar modern dan tradisional tak terkendala. Dia akan berkoordinasi dengan peritel terkait kenaikan harga beras akibat terjadi kelangkaan.
"Jadi izinkan kami berkoordinasi sekarang dengan seluruh ritel yang ada pagi ini saya bersama teman-teman bulog dan peritel membahas ini semua untuk isi pasar ritel," tutur Arief.
Seperti diketahui, harga sejumlah bahan pangan terpantau mengalami kenaikan yang cukup signifikan dalam satu pekan terakhir. Bahkan tercatat sejumlah daerag di Timur Indonesia beras premium dijual Rp 25-36 ribu per kilogram (kg).
Secara tren, hal ini terlihat mengalami kenaikan dari pekan-pekan sebelumnya. Mengutip Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas) harga beras di Papua Tengah pernah mencapai Rp 36.130 per kg di 10 Februari 2024. Kini, harganya berangsur turun di kisaran Rp 19.000 per kg.
Sementara itu, di wilayah Papua Pegunungan, harga beras masih bertengger di Rp 25.000 per kg hingga saat ini. Angka tertinggi ada di Kabupaten Jayawijaya dengan harga yang sama. Di Provinsi Papua dan Papua Barat sendiri, harga beras masih bertahan di kisaran Rp 16.000-18.000 per kg.
Kemudian, di wilayah Sulawesi-Maluku harga beras juga berkisar antara Rp 15.000-18.000 per kg. Sulawesi Tengah misalnya, yang dalam beberapa hari terakhir mencatatkan harga rata-rata beras di Rp 15.000-16.000 per kg. Sementara itu, di Maluku Utara harga berkisar di Rp 17.000 per kg.
Masih mengutip acuan data yang sama, DKI Jakarta mencatatkan harga rata-rata beras premium di Rp 15.650 per kg. Harga tertinggi ada di Jakarta Barat dengan Rp 18.000 per kg.
Selanjutnya, Jawa Barat mencatatkan harga rata-rata Rp 16.270 per kg. Untuk sementara ini harga tertinggi ada di Kabupaten Bandung dengan Rp 17.500 per kg. Diikuti dengan Indramayu dengan Rp 17.000 per kg.
Berkaca pada sebaran data tadi, harga beras mahal hampir terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Ini terlihat dari visualisasi data yang ditampilkan Bapanas.
Terpantau, lebih dari 90 persen wilayah Indonesia dicitrakan dengan warna merah. Warna ini menunjukkan adanya harga beras lebih dari 5 persen diatas Harga Eceran Tertinggi (HET) atau Harga Acuan Pembelian (HAP).