Bayi 41 hari pengidap hydrocepalus di Gianyar kesulitan berobat
Sang orang tua yang bekerja sebagai buruh bangunan, tak berdaya dihadapkan kepada besarnya biaya operasi.
Malang benar nasib I Kadek Teguh Artanadi, balita yang baru berumur 41 hari asal Desa Kedisan, Tegalalang, Gianyar, Bali, ini. Sejak lahir, Teguh yang menderita hydrocepalus kesulitan berobat. Alasannya tak lain karena faktor kemiskinan kedua orang tua Teguh.
Ibunda bayi, Ni Wayan Ernawati (27) menuturkan, Teguh lahir prematur di RSU Sanjiwani Gianyar, 21 Januari lalu dengan berat 2,1 gram. Karena kondisinya melemah dan terkena hydrocepalus, Teguh dirujuk ke RSUP Sanglah.
"Di Rumah Sakit Sanglah, Kadek dirawat sekitar sepuluh hari. Karena saya orang tidak punya dan sakitnya tidak mendapat tanggungan biaya, makanya saya memutuskan untuk pulang paksa. Hingga di rumah, saya rawat Kadek ke Puskemas Tegallalang," terang Ernawati, Senin (29/2).
Dia mengaku sudah pasrah lantaran bayinya harus dioperasi. Sementara keluarga tidak mungkin bisa menanggung biaya operasi yang sangat mahal.
"Kata Dokter, biayanya sangat mahal dan kemungkinan sembuhnya tipis," terang Ernawati pasrah.
Saat dijenguk oleh Kegiatan Keluarga Sejahtera (K3S) Kabupaten Gianyar, Teguh pun akhirnya diusulkan didaftarkan BPJS Kesehatan. Teguh pun lantas didaftarkan ke BPJS dan oleh Puskesmas dirujuk ke RSU Sanjiwani.
"Katanya dari Rumah Sakit Sanjiwani ini, Teguh akan dirujuk lagi ke RSU Sanglah. Walau pun sudah ada BPJS, saya tetap bingung. Biaya sehari-hari saya tidak punya. Apalagi sudah lama tidak kerja lagi," terang Ernawati yang kesehariannya sebagai buruh bangunan ini.