BBM naik, mahasiswa Yogya pusing soal sewa kos dan makanan
Mulai 1 Desember harus membayar kos Rp. 300 ribu per bulan.
Imbas kenaikan harga BBM mulai dirasakan oleh pada mahasiswa di Yogyakarta. Kenaikan harga makanan dan juga kos-kosan membuat para mahasiswa memutar otak untuk mencukupkan uang kiriman orang tua perbulan.
Hal tersebut dirasakan oleh Aryo Hemansyah mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta yang bingung karena harga kos naik. Dia yang biasa mengeluarkan uang Rp. 250 ribu per bulan untuk membayar kosnya di bilangan Condongcatur, Sleman, mulai 1 Desember harus membayar Rp. 300 ribu per bulan.
"Baru kemarin dikasih tahu bapak kos, harganya naik Rp. 50 ribu, lumayan juga itu, padahal masih butuh bensin buat motor, pusing jadinya," ujar mahasiswa asal Purworejo tersebut.
Di satu sisi, Aryo merasa tidak tega jika harus meminta tambahan uang bulanan kepada orang tua yang bekerja sebagai guru di salah satu SMA di Purworejo.
"Kan nggak cuma kos, makanan juga kan ikut naik harganya, jadi nggak tega kalau mau minta," ungkapnya.
Aryo pun berencana untuk mencari uang tambahan dengan mencari pekerjaan paruh waktu.
"Kalau ada jaga-jaga warnet atau yang lain juga boleh dicoba," katanya.
Senasib dengan Aryo, Anjar Pujianto mahasiswa Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta juga mengeluhkan kenaikan harga BBM yang mulai berimbas pada mahasiswa. Warung Burjo (bubur kacang ijo) langganannya kini menaikkan harga.
"Nasi telur sekarang Rp.6.500, ya sudah mahal padahal itu yang dekat kos. Jadi harus cari yang jauh yang lebih murah," katanya.
Meski demikian Anjar merasa beruntung karena tidak menggunakan kendaraan bermotor sehingga tidak membutuhkan uang tambahan untuk beli bensin.
"Yang takut kalau kos naik, sekarang saja sekamar sudah berdua sama teman biar murah, masak mau sekamar bertiga," pungkasnya.