Beda perlakukan demonstran, pegawai KPK disemprot polisi
"Gedung ini milik rakyat, tidak boleh ada diskriminasi. Kami juga rakyat yang menyampaikan pendapat."
Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi hari ini diramaikan oleh dua aksi unjuk rasa. Dua kelompok massa itu membawa aspirasi berbeda.
Satu kelompok menamakan diri mereka Front Aksi Merah Putih. Para pengunjuk rasa itu mendesak pengusutan kasus-kasus besar seperti korupsi pemberian FPJP dan penetapan Banl Century sebagai bank gagal berdampak sistemik, serta dugaan penyimpangan pemberian Surat Keterangan Lunas penerima Bantuan Likuiditas Bank Indonesia.
Mereka turut memprotes sikap para pegawai KPK karena beberapa waktu lalu mengkritik kebijakan pelaksana tugas pimpinan lembaga antirasuah itu melimpahkan penyidikan kasus korupsi Komisaris Jenderal Polisi Budi Gunawan. Menurut mereka sikap para karyawan itu bentuk pembangkangan dan lebih mirip aktivis lembaga swadaya masyarakat.
"Seharusnya mereka bekerja, bukan malah terpolitisasi dengan melakukan demonstrasi," kata salah satu pengunjuk rasa Front Merah Putih dalam orasinya, Jumat (13/3).
Pihak KPK tidak memperbolehkan mereka masuk ke dalam area gedung dan hanya berorasi di pinggir jalan. Tetapi berbeda perlakuan terhadap aksi Koalisi Masyarakat Sipil Anti Mafia Tambang dan Selamatkan KPK. Pihak lembaga penegak hukum itu justru membolehkan elemen koalisi masyarakat sipil berorasi di pelataran Gedung KPK. Apalagi KPK secara sukarela menyediakan fasilitas pengeras suara buat mereka.
Karena hal itulah massa Front Merah Putih merangsek masuk ke dalam pelataran Gedung KPK. Mereka pun mempertanyakan pembedaan perlakuan itu.
Di sudut Gedung KPK, nampak seorang petugas polisi berbicara agak sewot dengan beberapa pegawai KPK. Dia pun mempertanyakan mengapa terjadi pembedaan perlakuan itu.
"Ini mestinya kan enggak bisa. Karena kalau yang satu di dalam, yang satu di luar. Kan kita yang repot pengamanannya," kata petugas Polsek Setiabudi enggan dicantumkan namanya itu.
Namun, mendengar keluhan itu para pegawai KPK tak berkutik. Mereka cuma senyum-senyum kecut disemprot oleh polisi karena membedakan perlakuan terhadap pengunjuk rasa itu.
"Gedung ini milik rakyat, tidak boleh ada diskriminasi. Kami juga rakyat yang menyampaikan pendapat! Jangan dibeda-bedakan" ujar salah seorang orator Front Merah Putih.
Mendengar protes itu, kelompok pro KPK pun cuma terdiam saat dihadapkan dengan kelompok kontra. Seorang polisi Pengamanan Objek Vital juga bingung dengan hal itu. Sebab dengan memberi perlakuan berbeda terhadap kelompok massa justru rawan menimbulkan gesekan. Sebagai petugas saban hari menjaga Gedung KPK dia mengaku khawatir dengan potensi konflik.
"Tapi mereka (KPK) enggak mau dengar, kalau begini kan repot. Apalagi mereka dikasih fasilitas, terlalu keliatan perbedaannya. Kalau mereka ngiri gimana?" Kata polisi itu.
Sayang sampai saat ini pihak KPK enggan buka mulut saat dimintai tanggapan soal itu.