Belajar di Rumah, Anak-anak Banyuwangi Bikin Kerajinan yang Bernilai Jual
Kawasan Kalipuro memang menjadi salah satu sentra penghasil buah kelapa terbesar di Banyuwangi.
Selama belajar di rumah akibat pandemi Corona (Covid-19), Anak-anak di Kelurahan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi mengisi waktu senggang dengan membuat kerajinan dari limbah kulit kelapa. Kawasan Kalipuro memang menjadi salah satu sentra penghasil buah kelapa terbesar di Banyuwangi.
Kerajinan bernama kokodama tersebut berfungsi sebagai media tanam yang menarik untuk tanaman hias di rumah. Melalui komunitas Pemuda Papring Kreatif, Anak-anak mendapat uang dari hasil kerajinan yang dibuat.
-
Apa yang dibangun di Banyuwangi? Pabrik kereta api terbesar se-Asia Tenggara, PT Steadler INKA Indonesia (SII) di Banyuwangi mulai beroperasi.
-
Bagaimana cara Banyuwangi memanfaatkan insentif tersebut? “Sesuai arahan Bapak Wakil Presiden, kami pergunakan insentif ini secara optimal untuk memperkuat program dan strategi penghapusan kemiskinan di daerah. Kami juga akan intensifkan sinergi dan kolaborasi antara pemkab dan dunia usaha. Dana ini juga akan kami optimalkan untuk kegiatan yang manfaatnya langsung diterima oleh masyarakat,” kata Ipuk.
-
Kenapa Banyuwangi mendapatkan insentif lagi? Ini merupakan kali kedua mereka mendapatkan insentif karena dinilai sukses menekan laju inflasi serta mendongkrak kesejahteraan masyarakat.
-
Apa yang diserahkan oleh Presiden Jokowi di Banyuwangi? Total sertifikat tanah yang diserahkan mencapai 10.323 sertipikat dengan jumlah penerima sebanyak 8.633 kepala keluarga (KK).
-
Di mana Bandara Banyuwangi berlokasi? Bandara Banyuwangi menjadi bandara pertama di Indonesia yang berkonsep ramah lingkungan.
-
Apa penghargaan yang diraih Banyuwangi? Diserahkan Presiden RI Joko Widodo kepada Bupati Ipuk Fiestiandani di Istana Negara, Kamis (31/8/2023), Banyuwangi berhasil mempertahankan predikat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Terbaik 2022 se-Jawa dan Bali.
"Awalnya kami dapat pelatihan membuat kerajinan dari mahasiswa Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi), sekarang kami praktek-kan dan sudah laku," kata siswa yang aktif membuat kerajinan di rumah, Herfan Efendi (15), Sabtu (12/9).
©2020 Merdeka.com
Kerajinan kokodama merupakan adaptasi dari seni kerajinan di Jepang yang memanfaatkan lumut sebagai media tanam. Di Jepang kerajinan tersebut bernama kokedema, berbentuk bulat menyerupai bola.
Sebelum membuat Kokodama dari serabut buah kelapa, Erfan Effendi dan tiga teman sebayanya yang masih duduk di bangku SMP, menyiapkan air dalam ember, tali rami, benang jahit dan cetakan setengah lingkaran.
Serabut kelapa yang sudah dipisahkan dari kulitnya terlebih dahulu dipilah, bagian serabut yang masih besar dibelah untuk menjadi lebih kecil. Serabut-serabut tersebut kemudian direndam ke dalam air sekitar 1-2 jam, baru kemudian dicetak sesuai keinginan.
"Kalau di sini cetakan bulat saya menggunakan batok kelapa. Sebelumnya serabut kelapa memang harus direndam agar teksturnya lebih empuk dan mudah dibentuk," kata siswa MTS Ibrohimi Kalipuro tersebut.
Proses mencetak, bagian tengah batok kelapa diisi dengan serabut kelapa sedikit demi sedikit hingga padat. Setelah padat kemudian diikat menggunakan benang jahit dan tali rami.
"Bagian tengah cetakan juga diberi ruang untuk tempat tanahnya atau serbuk serabut," ujarnya.
Sejak Agustus, Fendi sudah membuat puluhan kokodama. Satu kokodama dia hargai Rp 5000 hingga Rp 30.000 per buah.
"Harganya tergantung besar kecilnya kokodama. Kalau satu buah kelapa serabutnya itu bisa untuk buat 3 kokodama kecil. Kalau yang besar butuh sekitar 2 buah kelapa," ujarnya.
Bahan serabut kelapa sendiri Fendi mendapatkan dari sekitar rumahnya yang dibeli seharga Rp 15.000 untuk 4 karung serabut kelapa.
"Beli dari tetangga sendiri, karena di sini kan memang banyak pohon kelapa," ujarnya.
Kreativitas membuat kokodama diperoleh dari Mahasiswa Poliwangi berawal dari aktivitas program hibah desa binaan. Lewat program tersebut, mahasiswa memberikan pelatihan kerajinan kokodama, tas dari bambu dan mengangkat sumber mata air dengan sistem Hydro Pump dan pengelolaan kopi lokal.
Mahasiswa Agribisnis Poliwangi, Habib Junaidi Ahmad yang memberikan materi pelatihan kokodama kepada komunitas Pemuda Papring Kreatif mengatakan, memilih memanfaatkan serabut kelapa sebagai bahan kerajinan karena kawasan Kalipuro memang menjadi sentra penghasil kelapa.
"Di Kalipuro kan selain sentra kopi, bambu juga penghasil buah kelapa. Untuk kerajinan kokodama ini program pengabdian masyarakat Himpunan Mahasiswa Agribisnis Kanistra dari jurusan kami," kata Habib.
Habib mengatakan, kerajinan kokodama masih terbilang jarang ditemui di Banyuwangi dan memiliki nilai jual yang cukup baik. Apalagi bahan kerajinan kokodama hanya memanfaatkan limbah kulit dari buah kelapa.
"Setahu saya kalau di Banyuwangi masih jarang ada yang jual. Kalau yang di jual beli online, harganya yang besar bisa Rp 50.000," ujarnya.
Kelebihan bahan serabut kelapa, kata Habib, bisa menyerap air dengan baik sehingga sebagai media tanam bisa maksimal terserap akar.
"Daya serapnya bagus, jadi gak terlalu sering nyiram. Ini cocok buat tanaman mini seperti bunga, kaktus. Kalau yang besar bisa buat sayur juga," ujarnya.
(mdk/hrs)