Benarkah anak korban paling menderita dari perceraian orangtua?
Yang paling berisiko bagi anak ketika perceraian orangtua dengan cara arogan dan kekerasan fisik.
Dalam berakhirnya suatu pernikahan sepasang suami istri, atau saat kedua pasangan tak ingin melanjutkan kehidupan pernikahannya, banyak dampak yang terjadi di lingkungan keluarga yang sebelumnya sudah mereka bina mulai dari nol. Untuk dampak yang paling besar dalam perceraian ini, adalah bagi mereka yang sudah mempunyai anak. Sebab anak lah yang menjadi korban utama atas perceraian yang dialami kedua orangtua.
Namun, mengenai seberapa besar penderitaan anak terhadap perceraian orangtua, Psikolog Anak, Rose Mini menuturkan semuanya itu tergantung bagaimana cara dan penyebab orangtua dalam menyudahi hubungan mereka. Semakin mereka menggunakan cara baik dan tak arogan, maka semakin tak memberikan dampak buruk terhadap anak-anaknya.
"Dalam masalah perceraian, semua orang mengalaminya, bukan hanya artis saja, namun kalangan biasa pun mengalami namanya perceraian. Untuk besarnya pengaruh perceraian terhadap anak itu sendiri, semua tergantung cara bercerai, apakah mereka cerai dengan cara ribut-ribut, dengan berantem atau dibicarakan dengan baik-baik. Bukan karena dilihat status sosial mereka. Tapi cara mereka berpisah," Kata wanita yang kerap disapa Bunda Romi saat dihubungi, Jumat (4/9).
Bunda Romi menjelaskan, jika kedua orangtua tersebut cerai dengan cara baik-baik, tidak heboh, maka dampak yang terjadi untuk anak tidak terlalu besar. "Namun jika bercerai dengan mencak-mencak, membentak, apalagi bercerai misal karena orang ketiga, salah satunya selingkuh, itu sudah pasti mengganggu mental sang anak. Itu sebenarnya yang dilarang dalam perceraian," Tegasnya.
Dirinya menjelaskan, sebisa mungkin saat suatu pasangan yang benar-benar tak bisa bersama, diusahakan semua diselesaikan dengan cara baik-baik, dan misalkan memang harus berujung pisah, maka pisahlah dengan cara yang baik pula.
"Hubungan mereka sebagai suami istri boleh selesai, tapi antara anak dengan orangtua kan tak akan pernah bisa selesai. Untuk itu, usai pisah, usahakan komunikasi tetap berjalan baik. Kasih sayang dan kebersamaan anak tetap harus terjaga, meski sudah bukan dalam keadaan keluarga utuh," paparnya.
Lanjut Bunda Romi, meski cara baik-baik bisa dilakukan dalam perceraian, ada baiknya jika seseorang yang sudah menentukan pilihan hidupnya, tidaklah dengan mudah melepasnya kembali. Jika terjadi suatu masalah dalam keluarga, sebisa mungkin diselesaikan tanpa harus berujung ke meja pengadilan. "Karena peran keluarga yang utuh sangat penting bagi perkembangan anak," tutupnya.