BMKG Ajak Parpol Edukasi Masyarakat Tentang Mitigasi Bencana
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengajak semua pihak, termasuk Partai Politik (Parpol) ikut serta mengedukasi masyarakat tentang mitigasi bencana.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengajak semua pihak, termasuk Partai Politik (Parpol) ikut serta mengedukasi masyarakat tentang mitigasi bencana.
Menurut dia, literasi masyarakat mengenai mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap bencana masih kurang. Sementara dalam situasi saat ini, masyarakat sangat membutuhkan pengetahuan yang tepat tentang mitigasi bencana dan kemampuan menolong diri saat bencana. Dengan begitu risiko dan kerugian akibat bencana bisa ditekan seminimal mungkin.
-
Apa yang ditemukan di Bekasi? Warga Bekasi digegerkan temuan kerangka manusia di sebuah lahan kosong. Polisi pun melakukan penyelidikan.
-
Kapan kerangka manusia ditemukan di Bekasi? Dia menjelaskan, kerangka manusia ditemukan di lahan Kosong Grand Wisata, Kampung Bulak Jambu, Tambun Selatan Kabupaten Bekasi pada pukul 17:00 WIB pada Rabu, 4 September 2024.
-
Dimana kerangka manusia ditemukan di Bekasi? Dia menjelaskan, kerangka manusia ditemukan di lahan Kosong Grand Wisata, Kampung Bulak Jambu, Tambun Selatan Kabupaten Bekasi pada pukul 17:00 WIB pada Rabu, 4 September 2024.
-
Kenapa Ngarak Panganten dilakukan di Bekasi? Tradisi Ngarak Panganten sendiri memiliki maksud yang baik bagi kedua pengantin, yakni mengenalkan pernikahan mereka sehingga tidak timbul fitnah.Ini sekaligus untuk menjunjung budaya lokal Betawi yang kental dan agamis.
-
Apa yang dilakukan Bung Karno pada Masjid Jamik di Bengkulu? Bung Karno yang dahulu sempat mengenyam pendidikan di Insinyur Teknik Sipil dari Technische Hoogeschool (THS) atau dikenal dengan Institut Teknologi Bandung (ITB), berniat untuk merenovasi masjid tersebut karena sudah tak layak dan juga membahayakan jemaah.
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.
"Pengurangan risiko bencana hingga saat ini masih belum maksimal. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan masyarakat terkait bencana dan cara untuk menolong atau menyelamatkan diri. Khususnya mereka yang tinggal di daerah rawan bencana," ungkap Dwikorita saat Pelatihan Mitigasi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami yang diselenggarakan PDI-Perjuangan di Jakarta, Rabu (4/8).
Dalam acara yang turut dihadiri, Ketua Umum PDI-Perjuangan Megawati Soekarno Putri, Sekretaris Jenderal Hasto Kristiyanto, dan sejumlah kepala daerah kader PDIP, Dwikorita mengatakan, bahwa Indonesia saat ini menghadapi ancaman risiko multi bencana geo-hidrometeorologi.
Hal tersebut tidak lepas dari fenomena cuaca, iklim, dan tektonik di Indonesia yang semakin dinamis, kompleks, tidak pasti, dan ekstrem. Fakta yang tidak bisa dibantah, kata Dwikorita, Indonesia berada dalam kepungan lempeng-lempeng tektonik aktif dan dikelilingi oleh cincin api. Kondisi cuaca dan iklim di Indonesia sebagai benua maritim juga sangat kompleks dan dinamis, dipengaruhi oleh Benua Asia dan Australia serta oleh Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.
Berdasarkan data, jumlah kejadian bencana geo-hidrometeorologi meningkat signifikan setiap tahunnya. Dwikorita mencontohkan, gempa bumi pada kurun waktu 2008-2016 rata-rata 5.000-6.000 kali dalam setahun. Pada 2017, jumlahnya meningkat menjadi 7.169 kali dan pada 2019 naik signifikan menjadi lebih dari 11.500 kali. Sementara itu kejadian cuaca ekstrem dan anomali iklim juga makin meningkat frekuensi, intensitas, dan durasinya.
"Indonesia adalah negara yang sangat rawan gempa dan tsunami akibat banyaknya sumber gempa, di mana zona sumber gempa megathrust ada sebanyak 13 segmen, dan zona sumber gempa sesar aktif ada sebanyak 295," paparnya.
"BMKG tentu saja tidak bisa bekerja sendiri. Butuh kerja sama dan gotong royong dengan semua elemen masyarakat, termasuk Parpol yang notabene merupakan salah satu instrumen demokrasi penting bagi negara ini. Parpol memiliki pengurus dari tingkat pusat hingga tingkat desa, tentu juga akan sangat efektif untuk membantu dalam menyebarluaskan informasi kebencanaan kepada masyarakat," tambah dia.
Dwikorita menyebut, apa yang dilakukan PDI-Perjuangan dengan membentuk Badan Penanggulangan Bencana (Baguna) sejak 2005 silam sebagai sebuah langkah konkret dan strategis dalam upaya turut serta memitigasi risiko bencana di seluruh wilayah Indonesia.
"Saya rasa tidak berlebihan jika kami berharap apa yang telah didahului PDI-Perjuangan ini bisa menjadi percontohan bagi parpol lain agar bisa ikut mengedukasi masyarakat perihal bencana. Jadi, partai tidak hanya menjalankan fungsi dalam pendidikan politik saja, namun juga pendidikan kebencanaan," tuturnya.
Dwikorita mengatakan, bila makin banyak parpol yang peduli terhadap aksi nyata dalam pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan bencana, akan semakin banyak pula kepala daerah yang mempraktikkan/menerapkan atau mengarusutamakan spirit dan aksi nyata pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan tersebut di seluruh program pembangunan daerah.
"Hal tersebut tentunya dapat mengakselerasi terwujudnya budaya waspada, siap untuk selamat dan sejahtera di daerah rawan bencana," pungkasnya.
Reporter: Yopi Makdori
Sumber: Liputan6.com
(mdk/bal)