BMKG deteksi 157 titik panas di Sumatera
KLHK mencatat luas area hutan dan lahan yang terbakar di 2015 mencapai 2.611.411 hektare (ha). Angka ini menurun menjadi 438.360 ha di 2016, lalu turun lagi menjadi 165.464 ha di 2017.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) setempat menemukan, sebanyak 157 titik panas terdeteksi melalui sensor modis satelit. Titik ini mengindikasikan kebakaran hutan dan lahan di daratan Sumatera.
"Kalau di Aceh nihil titik panas, tapi sejumlah provinsi di Sumatera hari ini terdapat 157 titik," ucap Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Blang Bintang, Zakaria Ahmad seperti dilansir dari Antara, Sabtu (15/9).
-
Kenapa kebakaran hutan sering terjadi di musim kemarau, terutama di Sumatera dan Kalimantan? Kebakaran hutan menjadi fenomena yang tidak bisa dihindari ketika musim kemarau datang, terutama di pulau Sumatra dan Kalimantan. Bahkan sampai menimbulkan bencana kabut asap yang bisa sampai ke negara lain.
-
Kapan kebakaran hutan terjadi? Sebelumnya AR diburu polisi karena diduga membakar hutan milik Perhutani pada 21 Oktober lalu.
-
Di mana kebakaran hutan tersebut terjadi? Ia diduga membakar area hutan milik Perhutani seluas 5 hektare, setengah dari total luas hutan tersebut, yaitu 10 hektare.
-
Kenapa pondok perambah hutan dibakar? Petugas Balai Taman Nasional Tesso Nillo menemukan pondok yang dibangun perambah kawasan dilindungi. Tanpa basa basi, pondok itu langsung dibakar.
-
Dimana pondok perambah hutan dibakar? Pondok pertama ada di koordinat 0.241583 S, 101.912962 E.
-
Kapan Hutan Pinus Pengger buka? Hutan Pinus Pengger buka setiap hari mulai pukul 07.00 pagi hingga 17.00 sore.
Hasil pantauan sensor modis, lanjut dia, ada 60 titik panas di antaranya sebagai titik api akibat memiliki tingkat kepercayaan lebih dari 81 persen untuk setiap titiknya.
Lalu 36 titik panas di antaranya patut diduga sebagai titik api akibat tingkat kepercayaan di atas 71 persen, dan 37 titik mengkhawatirkan karena tingkat kepercayaannya 61 persen.
"Untuk titik api, dan diduga titik api mayoritas di Sumatera Selatan. Diikuti Lampung, Bangka Belitung, dan Riau," jelas Zakaria.
Ia mengatakan, sedangkan sisanya 24 titik panas di antaranya lagi masuk dalam kategori aman karena tingkat kepercayaan 51 persen.
"Selain di empat provinsi, titik panas hari ini terdapat di Jambi, dan Sumatera Barat dalam jumlah yang sedikit," tuturnya.
Pemerintah tahun ini mengawal ketat wilayah rawan kebakaran hutan dan lahan, sehingga berhasil menurunkan jumlah titik api hingga 96,5 persen di seluruh Indonesia dalam periode 2015-2017.
"Berdasarkan data hasil pantauan satelit milik NOAA, jumlah titik api di 2015 mencapai 21.929, sedangkan di 2016 menurun menjadi 3.915. Pada 2017, jumlah titik api kembali menurun menjadi 2.257," kata Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Raffles B Panjaitan.
KLHK mencatat luas area hutan dan lahan yang terbakar di 2015 mencapai 2.611.411 hektare (ha). Angka ini menurun menjadi 438.360 ha di 2016, lalu turun lagi menjadi 165.464 ha di 2017.
"Sejak 2016, perusahaan tidak berani lagi melakukan pembukaan lahan dengan membakar, ini berpengaruh. Kalau pun ada yang terbakar itu hanya spot-spot kecil saja karena kelalaian," ujar Raffles.
Baca juga:
Polda Sumsel tangani 15 kasus karhutla, 2 di antaranya melibatkan korporasi
Terlibat pembakaran lahan, direktur perusahaan di Jambi jadi tersangka
Bantu padamkan api di Sumsel, 2 SSK Brimob Jambi dan Bengkulu dikerahkan
Cegah asap karhutla saat Asian Games, hujan buatan disiapkan di Sumsel
Meski sudah dibantu hujan, kebakaran hutan di Tobasa belum padam
Hutan di Balige terbakar, BMKG pantau 3 titik panas Puluhan hektare hutan di kawasan
Kapolda Sumsel sinyalir karhutla terjadi akibat kelalaian perusahaan