Buah dari ikhtiar dan doa, nenek penjual nasi aking pergi haji
Di Pasar Wage, Tarijah menjual nasi aking. Dia juga menjual buku, koran bekas, kayu arang, jagung, bekatul, dan botol bekas di lapaknya. Penghasilan juga tidak menentu. Jika ramai pembeli, rezeki paling banyak yang didapatnya hanya Rp 100 ribu per hari. Tapi jika sepi pembeli, tak sepeserpun uang yang dibawanya pulang.
Inilah bukti betapa mustajab-nya doa yang dibaca secara ikhlas dan istiqomah. Nenek Tarijah (73), asal Desa Boga, Nganjuk, Jawa Timur telah membuktikannya. Doanya sejak 2003 silam untuk bisa berhaji kini diijabah Allah SWT.
Tarijah bukan orang yang berlimpah harta. Tapi dia kaya dengan keimanan, keikhlasan, dan doa.
-
Apa yang membuat kisah ini menjadi inspiratif? Kisah anak sopir berhasil lolos seleksi anggota Polri ini sontak mencuri perhatian publik.
-
Siapa yang menginspirasi dengan kisahnya? Perempuan 22 tahun itu baru saja mengikuti program Singapore-Indonesia Youth Leaders Exhange Program (SIYLEP). Dia didapuk menjadi Duta Pemuda Indonesia 2023 dan mewakili Provinsi Banten di Program Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) yang diselenggarakan oleh Kemenpora RI. Kisahnya turut menginspirasi. Banten provinsi wisata dan budaya Disampaikan Sheila, dirinya bersama 34 perwakilan dari berbagai daerah di Indonesia lainnya bertandang ke Singapura selama lima hari.SIEYLAP sendiri mengusung tema pariwisata yang dikenalkan secara maksimal oleh dirinya. "Sekaligus memperkenalkan tentang Banten dan mengenalkan potensi wisata Banten kepada delegasi Singapura.
-
Apa itu inspirasi? Inspirasi adalah tindakan atau kekuatan untuk melatih pengaruh yang mengangkat atau menstimulasi kecerdasan atau emosi.
-
Kenapa kata-kata hari ini yang lucu dan inspiratif penting? Meskipun terkesan sebagai sebuah candaan, kata-kata hari ini mengandung makna yang sangat dalam.
-
Siapa yang menjadi pendakwah muda inspiratif? Jeffry Al-Buchori memiliki nama populer Uje, adalah seorang pendakwah atau ustad yang tampil dengan mengemas bahasa dakwahnya dengan bahasa-bahasa anak muda.
-
Kapan kata-kata inspiratif menjadi tren? Kumpulan kata-kata hari ini penuh inspirasi dan makna mendalam.
"Saya senang mengamalkan beberapa doa dan bacaan yang saya baca di buku-buku bekas yang saya jual di pasar," ucap Tarijah dengan logat Jawa saat ditemui di Asrama Haji Embarkasi Surabaya (AHES) Sukolilo, Senin (6/8).
Nenek Tarijah berkisah sembari menunjukkan lampiran buku bekas berisi berbagai macam fadilah dan bacaan doa yang masih disimpan di tas paspornya kepada Staf Humas Kanwil Kementerian Agama (Kemenag) Jawa Timur. Nenek tiga cucu ini mengaku, hanya pedagang kecil di Pasar Wage, Nganjuk.
Setiap hari usai Salat Subuh, pukul 06.00 WIB, Tarijah pergi berjualan dengan berjalan kaki sejauh sekitar dua kilometer.
Di Pasar Wage, Tarijah menjual nasi aking. Dia juga menjual buku, koran bekas, kayu arang, jagung, bekatul, dan botol bekas di lapaknya. Penghasilan juga tidak menentu. Jika ramai pembeli, rezeki paling banyak yang didapatnya hanya Rp 100 ribu per hari. Tapi jika sepi pembeli, tak sepeserpun uang yang dibawanya pulang.
Meski dengan penghasilan ala kadarnya, nenek yang tinggal bersama seorang cucu di rumah sederhana ini, masih bisa menabung. Untuk mewujudkan mimpinya berhaji, sejak 2003 atau sejak ditinggal mati suaminya karena sakit, Tarijah mulai menyimpan uangnya sedikit demi sedikit.
Tapi karena tidak mengenal istilah bank, nenek yang sudah 15 tahun menjanda ini menyimpan uangnya di bawah tempat tidur dan bantalnya. “Saya tidak tahu bank, bagaimana cara menabung, saya tidak tahu. Kalau ada uang ya saya simpan di bawah tikar (alas tempat tidurnya). Tiap hari kamar itu saya kunci,” kisahnya.
Medio 2010, uang Tarijah terkumpul Rp 20 juta. Ketika berniat daftar haji, uangnya tak cukup, kurang Rp 5 juta. Untuk menutupi kekurangan tersebut, Tarijah meminjam uang kepada kenalannya.
"Uangnya kurang Rp 5 juta, saya pinjam uang untuk nutup. Alhamdulillah, delapan tahun sampai saat ini, saya bisa bayar nutup biaya ongkos naik haji," jelasnya.
Berdoa tanpa mengeluh
Sementara untuk makan sehari-hari, nenek yang juga kehilangan putra satu-satunya karena sakit stroke ini, masak di kios pasarnya dengan tungku kayu bakar. "Kalau beli ya mahal, lima ribu dapat nasi sekepel, jadi ya masak ngeliwet nasi 3 ons. Kadang 0,5 kilo sehari sudah cukup," katanya.
Kendati demikian, Tarijah tak pernah mengeluh. Justru dia terus berdoa di setiap salatnya agar diberi kelancaran rezeki dan bisa pergi ke Tanah Suci. Karena saking istiqomah-nya, bahkan di waktu senggang, saat dagangannya sepi pembeli, Tarijah menyempatkan diri membaca Alquran dan buku-buku bekas yang dia jual.
Alhasil, buah dari ikhtiar dan doa-doa itupun kini diijabah. Allah menunjukkan kekuatannya kepada Tarijah melalui semua amalan yang dilakukan Tarijah. Tahun 2018, dia diberikesempatan haji ke rumah Allah SWT dan menjumpai makam Rasulullah SAW.
Ke Tanah Suci, Tarijah bergabung dengan Jemaah Calon Haji (JCH) kelompok terbang (kloter) 59 Kabupaten Nganjuk. Dia masuk AHES Sukolilo pada Minggu (5/8) kemarin, pukul 18.30 WIB.
Baca juga:
Cerita Charles Chen miliarder asal China, pernah tak lulus ujian
Kisah inspiratif Heredia, tukang cukur tanpa tangan asal Argentina
4 Tokoh ini dulu hidup sederhana sampai sukses jadi jenderal
Kisah persahabatan Ela dan Suster Edita, harmoni dalam perbedaan
Bos-bos dermawan, ajak karyawan jalan-jalan mewah
Kisah haru para anggota TNI menolak diberi penghargaan
Cerita nenek Yatim 23 tahun jadi pemulung di Bali