Buntut Panjang Polemik 'Berdamai dengan Corona'
"Kurang pas sebenarnya. Karena damai itu harus kedua belah pihak. Tidak ada perdamaian bagi mereka. Bahwa you bisa kena, bisa mati," ungkap JK.
Presiden Joko Widodo saat ini belum berencana melonggarkan kebijakan PSBB yang berlaku di sejumlah daerah di Tanah Air. Tetapi harus menyesuaikan dan hidup berdampingan dengan Covid-19.
"Artinya, sampai ditemukannya vaksin yang efektif, kita harus hidup berdamai dengan Covid-19 untuk beberapa waktu ke depan," jelas Jokowi.
-
Siapa yang menggugat Presiden Jokowi? Gugatan itu dilayangkan Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) melayangkan gugatan terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
-
Siapa saja yang bertemu dengan Presiden Jokowi? Sejumlah petinggi PT Vale Indonesia Tbk bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (5/8) pagi. Petinggi PT Vale yang datang ke Istana di antaranya Direktur PT Vale Indonesia Febriany Eddy, Chairman Vale Base Metal Global Mark Cutifani, dan Chief Sustainable and Corp Affair Vale Base Metal Emily Olson.
-
Kapan Jokowi memanggil Kapolri dan Jaksa Agung? "Sudah saya panggil tadi," kata Presiden Jokowi saat diwawancarai di Istora Senayan, Jakarta, Jumat (27/5).
-
Bagaimana Presiden Jokowi saat ini? Presiden Jokowi fokus bekerja untuk menuntaskan agenda pemerintahan dan pembangunan sampai akhir masa jabaotan 20 Oktober 2024," kata Ari kepada wartawan, Senin (25/3).
-
Kenapa Ridwan Kamil menemui Jusuf Kalla? “Beliau kan orang pintar ya dan penuh dengan pengalaman, arif, bijaksana. Sehingga saya perlu mendapatkan arahan, wejangannya dari beliau,” sambungnya.
-
Bagaimana Presiden Jokowi diajak berfoto bersama? Jokowi bersama Menhan, Panglima TNI, dan tiga kepala staf kemudian kompak berfoto bersama menggunakan jaket bomber berwarna biru tua.
Namun, Jusuf Kalla (JK) tak setuju dengan pernyataan tersebut. JK menegaskan bahwa virus Covid-19 ini termasuk ganas, sehingga tak bisa diajak berdamai.
"Ini kan virus ganas dan tidak pilih-pilih siapa. Tidak bisa diajak berdamai, kalau namanya berdamai itu, kalau dua-duanya berdamai. Kalau kita hanya ingin berdamai tapi virusnya enggak, bagaimana," kata JK pada webinar yang Universitas Indonesia: 'Segitiga Virus Corona', Selasa (19/5).
Pada diskusi tersebut, JK menuturkan, jika penggunaan kata berdamai bila ditunjukan terhadap virus Covid-19 dirasa tidak tepat.
"Kurang pas sebenarnya. Karena damai itu harus kedua belah pihak. Tidak ada perdamaian bagi mereka. Bahwa you bisa kena, bisa mati," ungkap JK.
"Mungkin kebiasaan kita yang harus berubah. Itu mungkin dianggap hidup berbarengan, pakai masker terus, cuci tangan terus. Tapi tidak berarti kita berdamai, tidak ada. Karena risikonya mati," tukasnya.
Fokus Perang Panjang Lawan Covid-19
Kritik atas seruan pemerintah untuk berdamai dengan Covid-19 pun datang dari Ahli racun dari Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Suroso, dr. Tri Maharani menyarankan pemerintah siapkan protokol kesehatan ketat.
Tri mengibaratkan, perang melawan Covid-19 sebagai perang yang berkepanjangan. Sebabnya tidak diketahui kapan pandemi ini akan berakhir karena vaksin yang belum ada.
"Lebih baik fokus menyiapkan diri dalam peperangan yang panjang," kata Tri ketika sesi diskusi daring, Minggu (17/5).
Perang yang panjang, lanjut Tri, adalah mempersiapkan kebutuhan kesehatan dan sanksi yang tegas bagi para pelanggar protokol kesehatan. Karena tidak ada yang kapan pandemi ini akan berakhir.
Maksud Jokowi Berdamai Dengan Corona
Atas ungkapan 'berdamai dengan corona' tersebut, Deputi Bidang Protokol, Pers dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin menjelaskan maksud Jokowi.
"Ya artinya jangan kita menyerah, hidup berdamai itu penyesuaian baru dalam kehidupan. Ke sananya yang disebut the new normal tatanan kehidupan baru," ucap Bey Machmudin, Jumat (8/5)
Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian juga menjelaskan pernyataan berdamai dengan corona oleh Presiden Jokowi. Artinya, tetap menjaga protokol kesehatan, menjaga sistem imunitas tubuh, melakukan pencegahan, setelah mengenali karakteristik virus tersebut.
"Ke depan kalau belum selesai Covid-19, kita memang terpaksa harus berdamai, bersahabat, artinya kita me-manage. Pabrik-pabrik yang ada ke depan boleh buka, tapi harus membuat protokol yang kuat, protokol kesehatan, masuk semua harus diperiksa dengan thermal gun, tempat cuci tangan disiapkan di mana-mana, hand sanitizer di mana-mana, semua wajib pakai masker, kemudian di tempat kerja ada jaraknya, moda transportasi juga begitu, restoran, hotel, memperlakukan hal yang sama," ujar Tito.
"Mereka tidak mungkin akan tutup terus-menerus, PHK akan berguguran, akan makin banyak, tapi itu ke depan. Kita sekarang maksimalkan dulu melaksanakan PSBB ini,” sambungnya.
Baca juga:
Jokowi Ajak Berdamai dengan Corona, JK Beri Komentar 'You Bisa Kena, Bisa Mati'
Refly Harun Harap Jokowi Bentuk Tim Pakar Rumuskan UU Pemilu
Menkum HAM akan Hadiri Sidang Lanjutan Uji Materi Perppu Corona Besok
Mahfud MD: Tidak Ada Open House bagi Para Menteri
Jokowi Bicara dengan Raja Salman, Kepastian Haji 2020 Mundur Awal Juni