Butuh data statistik terorisme, BNPT MoU dengan BPS
Langkah BNPT menggandeng BPS itu merupakan upaya untuk memperkuat sinergi berdasarkan data statistik secara nasional. Sehingga nantinya kebijakan dan strategi yang dihasilkan bisa secara integratif dan berkelanjutan.
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) membangun kerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam penyediaan serta pemantapan data dan informasi statistik dalam rangka penanggulangan terorisme. Kerja sama kedua lembaga negara itu ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) oleh Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius dan Kepala BPS Suhariyanto.
Menurut Komjen Pol Suhardi Alius, langkah BNPT menggandeng BPS itu merupakan upaya nyata lembaganya untuk memperkuat sinergi berdasarkan data statistik secara nasional. Sehingga nantinya kebijakan dan strategi yang dihasilkan bisa secara integratif dan berkelanjutan.
"Dengan demikian program penanggulangan terorisme bisa lebih efektif dan lebih baik," kata mantan Kabareskrim Polri itu dikutip dari Antara, Rabu (28/12).
Suhardi mengungkapkan, selama ini beberapa program penanggulangan terorisme ada yang belum fokus, terutama yang menyangkut data dan statistik. Dia berharap sinergi dengan BPS ini menjadi solusi untuk menyusun langkah baru bersama 25 kementerian dan lembaga.
Menurutnya, BNPT tidak mungkin menanggulangi terorisme tanpa keterlibatan pihak-pihak terkait, apalagi penanggulangan terorisme itu harus dilakukan dari hulu sampai hilir.
"Selama ini 'hard approach' belum menyentuh hulu masalah sehingga kita juga harus fokus menyentuh dari hulu sampai hilir agar bisa mereduksi akar masalah terorisme," tuturnya.
Dia mengatakan data dan informasi statistik diperlukan untuk mengukur indeks terorisme di Indonesia sehingga langkah yang diambil bisa fokus, sistematis, dan bisa dipertanggungjawabkan.
"Data dan informasi harus dikelola sehingga bisa ditindaklanjuti di lapangan dengan mudah," ucap Suhardi.
Sementara itu Kepala BPS Suhariyanto mengaku awalnya sempat ragu saat menerima 'pinangan' BNPT, terutama bagaimana data-data BPS bisa digunakan dan berkontribusi dalam penanggulangan terorisme di Indonesia.
Namun, setelah membaca dari kejadian teror bom di Jalan MH Thamrin Jakarta sampai terakhir penggagalan rencana teror di Bekasi, Tangerang, dan Purwakarta, dia sadar bahwa apa yang diberitakan di media itu hanya bagian hilir saja, sementara bagian hulu dalam terorisme itu sangat kompleks.
Dia mempersilakan BNPT memanfaatkan data BPS. Dia berharap data BPS sekecil apa pun bisa memberikan kontribusi pada penanggulangan terorisme di Indonesia.
"Dari MoU ini kita akan susun indeks risiko terorisme sehingga suatu saat nanti indeks ini bisa sampai level kabupaten dan kota sehingga bisa jadi dasar 'monitoring' yang komprehensif," imbuh Suhariyanto.