Cegah bentrok dengan Opang, GO-JEK di Malang pilih-pilih penumpang
Mereka mengaku tidak mengambil penumpang di sekitar pangkalan.
Pengemudi GO-JEK di Kota Malang dan sekitarnya tidak khawatir akan berbenturan dengan ojek pangkalan (Opang). Mereka mengaku tidak mengambil penumpang di sekitar pangkalan.
"Kalau ojek konvensional itu mangkal, penumpang di sekitar pangkalan. Kalau kita datang ke rumah pelanggan," kata Gunawan Saputra (40), salah satu pengemudi GO-JEK di Malang, Selasa (31/5).
GO-JEK mulai beroperasi di Kota Malang dan sekitarnya sejak Jumat (27/5). Seperti GO-JEK di wilayah lain, mereka dilengkapi dengan jaket dan helm warna hijau. Sekitar 500 orang telah bergabung dengan angkutan roda 2 tersebut.
Gunawan yakin tidak akan ada gesekan antara GO-JEK dan ojek tradisional. Kendati tidak ada ketentuan yang mengatur, dirinya tetap memakai etika. Gunawan tidak akan mengambil penumpang yang menjadi jatah ojek pangkalan.
"Saya sendiri berusaha menjaga, yakin tidak ada gesekan. Contoh penumpang yang di stasiun, customer saat konfirmasi saya minta agak geser. Saling menjaga saja," kata Gunawan yang mengaku sudah mengangkut tiga penumpang itu.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Malang, Handi Priyanto mengungkapkan, pihaknya tidak bisa melarang beroperasinya GO-JEK. Karena memang tidak ada ketentuan yang melarangnya.
"Ojek bukan jenis transportasi publik berdasarkan Undang-undang Lalu Lintas. Sehingga tidak ada izin yang harus diurus dan tidak bisa melarang juga," kata Handi.
Keberadaan GO-JEK, katanya tidak berbeda dengan ojek tradisional. Sehingga dua-duanya bisa beroperasi, sebelum muncul ketentuan yang mengaturnya.
"Kalau GO-JEK dikatakan ilegal, itu (ojek tradisional) juga ilegal juga, Ini kan berkaitan. Sudahkah pemerintah menyiapkan transportasi yang memadai?" tegasnya.
Masyarakat luas, kata Handi, akan diuntungkan dengan hadirnya GO-JEK, apalagi jika tidak ada perbaikan pelayanan di angkutan umum. Apalagi dua kali penurunan BBM terakhir, tidak diikuti penurunan tarif atau kenaikan fasilitas.
"Masyarakat diuntungkan dengan GO-JEK, kalau tidak memperbaiki fasilitas, masyarakat akan beralih sendirinya. Jangan salahkan masyarakat," tegasnya.
Sementara Hilda Daningtyas, salah satu penumpang GO-JEK mengaku mendapat kenyamanan. Pelayanan, berupa keramahan dan kepastian tarif membuat lebih nyaman.
"Saya dari Pasar Oro-oro Dowo sampai Jalan Sultan Agung, cuma Jalan Sultan Agung enggak ada di Peta. Tarifnya pasti Rp 15 ribu," katanya.