Cegah radikalisme dengan pendidikan dan budaya toleransi
Dasar Indonesia yang pancasilais yang mengedepankan toleran sudah menjadi pondasi.
Rektor Universitas Paramadina, Firmanzah mensinyalir radikalisme dan teroris bisa berkembang di Indonesia jika tidak dicegah oleh ketahanan bangsa Indonesia sendiri. Dasar Indonesia yang pancasilais yang mengedepankan toleran sudah menjadi pondasi untuk mencegah radikalisasi dan teroris.
"Upaya radikalisme itu ada. Kita punya pengalaman bom Bali 1-2. Tapi kita punya Pancasila. Bangsa ini dari ujung ke ujung direkatkan oleh Pancasila. Kita mengedepankan toleransi," ujar Firmanzah usai mengadakan konferensi pers International Festival of Language and Culture (IFLC) di kampus Universitas Paramadina, Jl. Jenderal Sudirman, Jaksel, Kamis (9/4).
Oleh karena itu, lanjut Firmanzah, radikalisme dapat diatasi dengan mengupayakan pendidikan yang baik serta menumbuhkan perilaku bangsa yang berbudaya. Pendidikan menurutnya bisa mengajarkan toleransi yang tinggi. Selain itu, kata Firmanzah, ekonomi harus ditingkatkan pasalnya radikalisme itu tumbuh dalam kemiskinan.
"Kita punya BNPT dan Densus 88 untuk penanggulangan teroris. Tapi kita harus ke depankan pendidikan untuk cegah radikalisasi. Pendidikan membuat kita mengajarkan toleransi kepada sesama. Juga ekonomi kita harus baik. Pembangunan harus merata. Kemiskinan dapat menumbuhkan radikalisme," tutur Firmanzah kepada merdeka.com.
Di hal lain, ketika dikaitkan dengan situs Islam yang ditutup pemerintah, Firmanzah menyarankan perlunya komunikasi yang baik antara kedua pihak. Kominfo menurutnya tidak serta-merta menutup karena dapat menimbulkan kebingungan masyarakat banyak.
"Harus ada komunikasi. Memang itu upaya preventif dan perlu dilakukan. Tapi dalam hal ini perlu dialog. Kominfo tak serta-merta tutup. Ini bisa menimbulkan kebingungan. Jadi harus ada komunikasi yang baik," tutup Firmanzah.