Cerita Dahlan dan Hatta yang mengaku anti-voorijder
"Saya tidak mau pakai voorijder "nguing-nguing'," kata Menteri BUMN Dahlan Iskan.
Pemakaian voorijder oleh para pejabat negara menjadi polemik ketika Ketua KPK Abraham Samad menilai bahwa pengawalan seperti itu termasuk korupsi. Abraham, yang tentu tidak memakai voorijder, menilai pengawalan semacam itu jelas merebut hak orang lain.
"Penggunaan voorijder itu menurut saya salah satu bentuk korupsi juga. Dengan adanya pengawalan dari voorijder kita merampas hak orang lain. Korupsi demikian, merampas hak milik orang lain," kata Abraham kepada wartawan beberapa waktu lalu.
Pernyataan Abraham itu lantas menyulut kontroversi di kalangan menteri yang biasanya menggunakan voorijder saat melintas di jalan. Namun, dari sekian menteri, ada dua yang mengaku tidak menggunakan voorijder.
Mereka adalah Menteri BUMN Dahlan Iskan dan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa.
"Saya tidak mau menggunakan voorijder 'nguing-nguing'," kata Dahlan kepada wartawan di Jakata Februari lalu. "Saya tidak mau dirasanin (diomongin) orang."
Meski demikian, menteri yang biasa menggunakan pakaian hitam-putih dan sepatu kets ini, tidak langsung kesal jika melihat ada menteri atau pejabat lain yang melintas jalan sambil dikawal motor atau mobil
bersirene.
"Saya bilang ke sopir, minggir, minggir, mungkin ada menteri yang mau lewat," ujar Dahlan yang pernah mengamuk di pintu Tol Semanggi ini.
Selain Dahlan, Hatta juga mengaku tidak pernah memakai voorijder. Hal ini, menurutnya, dilakukan sejak mulai menjabat sebagai menteri riset dan teknologi di era Megawati Soekarnoputri.
"Lebih dari 10 tahun, sejak Menristek era Kabinet Gotong Royong, saya hidup tanpa pengawal khusus di jalan," kata Hatta kepada wartawan beberapa waktu lalu.
Ketua umum PAN ini punya siasat untuk tidak terjebak macet, meski tanpa voorijder. "Saya selalu berangkat ke kantor lebih awal, pukul 06.00 sudah keluar rumah. Jadi memang tidak perlu voorijder," ujar Hatta.
Menurut Hatta, potensi voorijder bisa digunakan ke hal lain yang lebih strategis, ketimbang menjadi pengawal menteri seperti dirinya.