Cerita Duka 3 Anak di Solo Kehilangan Ayah karena Corona
Nasib nahas dialami tiga bocah bersaudara di Solo, setelah ayah mereka meninggal dunia akibat terpapar Covid-19. Sedangkan ibu kandung mereka bernama Theresia Maya Mulyaningsih meninggal dunia tahun 2020 karena komplikasi.
Nasib nahas dialami tiga bocah bersaudara di Solo, setelah ayah mereka meninggal dunia akibat terpapar Covid-19. Sedangkan ibu kandung mereka bernama Theresia Maya Mulyaningsih meninggal dunia tahun 2020 karena komplikasi.
Ketiga kakak beradik tersebut adalah Early Oryza Nesta Sarjono (16), Efelyn Dora Lifinia (14) dan Rio Andreas Stenny (12) anak dari Petrus Sardjono, warga Kampung Jegon, RT 03 RW 02, Kelurahan Pajang, Laweyan, Solo. Saat ini ketiganya tinggal bersama dengan paman dan bibinya.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Bagaimana virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Di mana kasus Covid-19 pertama di Indonesia terdeteksi? Mereka dinyatakan positif Covid-19 pada 1 Maret 2020, setelah menjalani pemeriksaan di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
Efelyn yang biasa dipanggil Dora, siswa kelas 8 SMP 9 Solo itu menceritakan gejala yang dialami ayahnya sebelum meninggal dunia.
"Papa itu sebenarnya hanya mengalami demam biasa. Katanya badannya lemas tidak bisa bangun. Terus dibawa ke rumah sakit (RS) Triharsi dan dirawat lima hari," ujar Dora saat ditemui, Rabu (28/7).
Sejak awal masuk RS, dikatakan Dora, hasil tes swab antigen ayahnya dinyatakan positif. Ia bersama kakak dam adiknya juga menjalani tes swab antigen dan semuanya dinyatakan positif, namun tanpa gejala.
Setelah dirawat beberapa hari, ayahnya yang berprofesi sebagai pengelola parkir di RS Triharsi itu akhirnya meninggal dunia.
"Kami sempat isolasi mandiri selama 12 hari," jelasnya.
Saat ini ketiga kakak beradik itu telah selesai menjalani isolasi dan dibawa ke rumah paman dan bibinya, Suroso dan Hardjanti.
Ketiganya mengaku tetap memiliki semangat dan bertekad meneruskan sekolah, meskipun sudah tidak memiliki orang tua lagi.
"Kami berjanji akan mewujudkan apa yang Papa harapkan. Papa pernah bilang agar saya bisa main gitar dan melayani di gereja. Terus jadi pegawai bank. Sebelum meninggal juga berpesan agar bisa jaga diri dan mandiri," ucapnya.
Sementara Nesta sang kakak mengaku mendapatkan pesan dari ayahnya untuk bisa melayani gereja.
"Bisa menjadi teladan bagi adik-adik juga," kata siswa kelas 1 SMA itu.
Baik Dora maupun Nesta juga berharap ada bantuan untuk bisa meneruskan pendidikan.
Saudara sepupu kakak beradik itu, Illyana Isy'ka yang juga anak dari Hardjanti, menambahkan saat ini ketiga kakak beradik itu telah mendapatkan bantuan dari beberapa pihak, termasuk dari Wali Kota Solo.
"Tempat les mereka juga telah menggratiskan uang les. Kemarin ibu saya (Hardjanti) juga telah dihubungi ajudan Pak Wali Kota. Diminta untuk membuka rekening tabungan atas nama mereka sendiri, katanya untuk biaya sekolah," imbuh Illyana.
Tetapi sampai saat ini belum membuka rekening tabungan karena masih mengurus Kartu Identitas Anak (KIA).
"Sebelum Pak Sardjono masuk RS, beliau pesan ke ibu saya kalau anaknya yang besar (Nesta) jangan digalakin, jangan dikerasin, harus dibilangin pelan-pelan," katanya.
Lurah Pajang, Priadi menyampaikan pihaknya terus memantau kondisi ketiga kakak beradik tersebut. Sebelum tinggal di Kelurahan Pajang, mereka beralamat di Kelurahan Tipes, Kecamatan Serengan, Solo.
"Kemarin kami mengunjungi mereka di rumah Bu Janti dan kondisinya baik-baik saja. Dari pihak kelurahan akan membantu proses administrasi kepindahan mereka karena orang tuanya sudah meninggal. Kami juga berkoordinasi dengan pihak Dispendukcapil," pungkas dia.
Baca juga:
Kasus Kematian Pasien Covid-19 Tinggi, Pemkot Palembang Tambah Areal Makam
Pemerintah Ingatkan Pasien Covid-19 Isolasi di Rumah Perhatikan Saturasi Oksigen
Pemerintah Telah Suntikan 64,8 Juta Dosis Vaksin Covid-19
Orang Tua Meninggal karena Corona, 4 Anak di Tenggarong Dapat Santunan Jokowi
Diah Pitaloka: Semoga Badai Covid Segera Berlalu
Satgas Sebut Zona Merah Meningkat di Luar Pulau Jawa-Bali