Cerita Habibie pernah ditolak PBB soal pentingnya HAM
"LSM yang memperjuangkan dimana pun human right hak asasi manusia, tapi hak harus diimbangi oleh kewajiban serta memperjuangkan kewajiban asasi manusia,"
Presiden Republik Indonesia (RI) ketiga Bacharuddin Jusuf Habibie mengingatkan soal pentingnya menjaga hak asasi manusia agar seimbang dengan kewajibannya. Habibie bercerita, dirinya pernah mengusulkan ke Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) terkait gagasannya itu. Sayangnya, usulan itu ditolak karena tidak sesuai dengan realitas yang ada.
"Kenyataan PBB didirikan oleh negara-negara waktu berakhirnya perang dunia ke 2 dipelajari gandung unsur hak asasi manusia LSM (Lembaga Swadaya Manusia). LSM yang memperjuangkan dimana pun human right hak asasi manusia, tapi hak harus diimbangi oleh kewajiban serta memperjuangkan kewajiban asasi manusia," kata Habibie dalam Dialog Kebangsaan bertajuk "Mengelola Keberagaman, Meneguhkan Keindonesiaan" di auditorium LIPI, Jakarta, Selasa (15/8).
Selain soal hak asasi, Habibie juga bercerita soal kebebasan pers di Indonesia. Menurutnya, kebebasan pers menjadi salah satu cara menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pasca Presiden RI ke-2 Soeharto lengser, Habibie menempatkan pers sebagai salah satu bahan rujukan untuk mengeluarkan kebijakan. Berbeda dengan rezim Soeharto dimana kebebasan pers kerap kali dikekang dan diatur penguasa.
Saat itu, Habibie mengaku kesulitan mengambil kebijakan strategis untuk meredam gejolak reformasi. Hal itu karena tidak sinkronnya laporan dari sejumlah petinggi negara seperti Panglima ABRI, Pimpinan MPR, Mendagri hingga Menlu kala itu soal situasi negara. Kondisi ini lah memunculkan gagasan kebebasan pers.
"Saya menjadi orang yang memberikan kebebasan pers, karena saya diindoktrinasi bahwa bangsa Indonesia harus tetap dari Sabang sampai Merauke sepanjang masa," tutur Habibie.
Menurutnya, pemerintah tidak bisa mengekang kebebasan masyarakat untuk menyampaikan opini. Bahkan, Habibie mengaku memerintahkan Jaksa Agung untuk membebaskan pihak-pihak yang ditahan oleh rezim Soeharto lantaran berbeda pandangan dengan pemerintah.
"Tatanan politik bukan hanya kesadaran keinginan demokrasi saja, tapi memberi kesempatan untuk beragam suara," pungkasnya.
Baca juga:
BJ Habibie sebut optimis masa depan Indonesia cerah
BJ Habibie, Megawati dan SBY dialog kebangsaan di LIPI
Berharap banyak muncul Habibie baru ciptakan inovasi
Habibie: Di mana anda berada orientasilah pada produk dalam negeri
Terima BJ Habibie, Jokowi bahas Hari Teknologi Nasional
-
Bagaimana BJ Habibie dianggap melakukan kebaikan saat menggantikan Soeharto? “Pak Habibie itu melakukan kebaikan bukan karena hukum, misalnya begitu beliau terpilih sebagai presiden menggantikan Pak Harto, apa yang diumumkan pertama? Saya akan memerintah sebentar karena tahun depan akan mengadakan pemilu,” kata Mahfud MD.
-
Kapan BJ Habibie menggantikan Soeharto menjadi presiden? Ketika Orde Baru selesai, BJ Habibie yang menggantikan Soeharto memiliki etika untuk tidak melanjutkan pemerintahannya sampai 5 tahun.
-
Apa penemuan utama B.J. Habibie yang merevolusi dunia penerbangan? Salah satu inovasi paling penting yang dihasilkan oleh BJ Habibie adalah Teori Crack Progression atau Teori Retakan.
-
Apa yang menjadi kunci keberhasilan masa depan bangsa menurut BJ Habibie? Kualitas sumber daya manusia merupakan kunci keberhasilan masa depan bangsa. SDM yang unggul dan berdaya saing akan mengantar Indonesia sejajar dan disegani bangsa lain.
-
Di mana banjir terjadi di Jakarta? Data itu dihimpun hingga Jumat 15 Maret 2024 pada pukul 04:00 WIB. "Kenaikan status Bendung Katulampa dan Pos Pantau Depok menjadi Siaga 3 (Waspada) dari sore hingga malam hari serta menyebabkan genangan di wilayah DKI Jakarta," kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji dalam keterangan tertulis, Jumat (15/3).
-
Bagaimana Soeharto mengenal keluarga BJ Habibie? Soeharto mengaku cepat akrab dengan keluarga BJ Habibie karena ibu Habibie, Raden Ayu Tuti Marini Puspowardojo atau R.A. Habibie yang berasal dari Yogyakarta masih fasih berbahasa Jawa.