Cerita Nusron Wahid 'wakafkan' PW Ansor Jateng ke Ganjar Pranowo
Nusron meminta Ganjar memberdayakan kader Ansor di Jawa Tengah untuk mengatasi kemiskinan.
Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Nusron Wahid memerintahkan Pimpinan Wilayah (PW) Ansor yang merupakan organisasi sayap kepemudaan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) untuk mendukung salah satu program Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatasi kemiskinan di Jateng.
Perintah inipun diterima Ganjar Pranowo sebagai upaya GP Ansor 'mewakafkan' pasukan Ansor-nya untuk membantu terlibat dalam masalah dan tantangan yang dihadapi Jateng, salah satunya adalah kemiskinan. Juga masalah lainya seperti ketersediaan lapangan kerja, pendidikan dan perbaikan infrastruktur.
"Yang terakhir mumpung ada Pak Gubernur (Ganjar) karena usia GP Ansor ini anggotanya usia produktif, 20 sampai 40 tahun. Mereka ini usia produktif karena Indonesia mengalami bonus demografi, tidak boleh mengalami pengangguran. Usia produktif kalau terjadi pengangguran akan menimbulkan kesenjangan sosial dan kalau ada kesenjangan sosial dipastikan ada kerusuhan sosial. Maka saya titip kepada pak Gubernur untuk menjadikan Ansor sebagai mitra pembangunan di Jawa Tengah," ucap Nusron dalam pidatonya saat acara pelantikan pengurus PW Ansor Jateng di Leteh, Rembang, Jawa Tengah yang berlangsung Senin (13/10) malam.
Hadir dalam acara, sebanyak 700 anggota PW Ansor Jateng dari 34 kabupaten/kota, Rais Syuriah PB NU Jateng KH Mustofa Bisri (Gus Mus), Ketua PW NU Jateng Abu Hafsin, KH Badawi (Kudus), KH Abdurrahman Assegaf (Rembang), Khatib Syuriah PB NU Yahya Staquf (Gus Yahya) dan Bidang Keagamaan PB GP Ansor Gus Mahfud.
Nusron mengatakan, tidak ada kemiskinan yang bisa diatasi hanya memberikan bantuan sosial (bansos) saja. Malahan, bansos malah justru menimbulkan kejahatan korupsi dan memunculkan makelar kasus (markus) yang akan berhadapan dengan hukum di Pengadilan Tipikor.
"Hernando de Soto (penjelajah asal Spanyol) menyatakan kemiskinan tidak bisa diatasi hanya dengan memberikan bantuan sosial-bantuan sosial (bansos). Tidak ada satupun warga Ansor ataupun Nahdlatul Ulama yang dapat bantuan sapi, bantuan bibit dari Gubernur orang langsung menjadi kaya. Yang ada sapinya hilang, bibitnya hilang. Malah kemudian menimbulkan masalah hukum dan memunculkan perantara-perantara yang akan masuk dalam penjara," ungkapnya.
Nusron membeberkan, kemiskinan yang menjadi salah satu persoalan di Jateng dengan salah satunya memberikan akses kerjasama di bidang reformasi ketersediaan atau penggunaan tanah (land reform) oleh masyarakat Jawa Tengah untuk kepentingan rakyat bersama.
"Namun kemiskinan hanya bisa diatasi dengan memberikan legal akses yaitu akses growing down. Akses itu yang pertama adalah akses tanah. Kalau ada akses tanah maka orang akan membayangkan pada pergolakan land reform, pergolakan yang terjadi pada tahun 1965," tandasnya.
Kemudian akses terhadap modal untuk penguatan usaha para pelaku ekonomi, akses pendidikan dan akses penerapan perkembangan teknologi dan pasar.
"Yang kedua adalah akses terhadap modal, harus ditemukan antara pelaku ekonomi dengan lembaga keuangan. Yang ketiga adalah akses pendidikan. Inilah yang secara bersama-sama perlu kita kerjakan. Yang keempat adalah akses terhadap perkembangan teknologi dan akses terhadap pasar," ungkapnya.
Untuk itu, Nusron berharap supaya GP Ansor, selalu mendukung program dan kebijakan Ganjar Pranowo dalam mengatasi berbagai persoalan di Jateng.
"Semua itu menjadi policy (kebijakan) Pak Gubernur. Oleh karena itu saya titip, saya perintahkan kepada GP Ansor jangan jauh-jauh dari Pak Ganjar. Apalagi, singkatan GP Ansor adalah Ganjar Pranowo Ansor! Artinya, sudah tidak asing lagi bagi Pak Ganjar," kelakar anggota DPR dari Golkar itu.
Menanggapi Nusron, Ganjar Pranowo dalam pidatonya menyatakan sangat senang dan menyambut baik perintah PB GP Ansor untuk merapat dan mendukung program pengentasan kemiskinan Pemprov Jawa Tengah.
"Saya sangat bahagia dan berusaha untuk menafsirkan, bahwa (mewakafkan) Ansor, ke saya yang juga GP itu perintah. Itu adalah perintah. Saya merasa mendapatkan wakaf itu tadi. Itu wakaf. Itulah sambutan yang membuat diri saya mendapatkan tambahan energi yang bagus. Karena memang banyak PR-PR yang diselesaikan oleh mereka-mereka yang memang generasi muda,"ungkapnya.
Ganjar mengakui jika kemiskinan merupakan salah satu masalah di Jawa Tengah selain masalah pendidikan, pengangguran dan perbaikan infrastruktur.
"Menarik karena tema di sini 'Kaderisasi Tiada Henti', kita akan mencoba untuk memberikan ruang. Bahasanya Mas Nusron banyak memberikan akses tadi. Ketika disampaikan kemarin Jawa Tengah kemiskinan meningkat. Saya agak penasaran, saya kemudian meminta BPS mbok yao itu dicek. Saya ingin tahu sebenarnya yang miskin itu di mana. Ternyata surveinya itu tahun 2011. Sudah agak lama, ada dua saja tambah mlarat opo wes ono sing sugih," jelasnya.
Ganjar mengungkapkan jika kemiskinan tidak ditangani segera, akan terjadi angka kriminalitas yang tinggi di Jawa Tengah.
"Dua persoalan ini tentunya kita selesaikan soal pengangguran tadi dan betul, demografinya yang mengalami cuman Indonesia. Kalau kita gagal mengelola tentu pastinya ini nanti akan jadi persoalan kriminal. Tapi kalau kita sukses produktifitas kita akan menjadi sangat tinggi sekali. Dan saya kira, Ansor mas Nusron sudah audiensi ke saya dan menyampaikan transformasi dan gerakan organisasi adalah gerakan yang baru. Di mana kemandirian dan independensinya di dorong, inovasi kreasi di dorong. Bahkan untuk mendirikan cabang harus ada kemampuan untuk berdikari atas usaha yang diciptakan dan ini klop," pungkasnya.