Cerita Pilu Ayah Lihat Anaknya Alami Pendarahan Sebelum Meninggal di RS Labuang Baji
Aco menyebut ada beberapa titik di tangan anaknya ditusuk suntikan untuk diambil darahnya. Tak lama berselang, anaknya mengalami pendarahan.
Ayah bayi berusia 52 hari yang meninggal di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar, Aco Sukri angkat bicara. Aco menduga adanya malapraktik dialami oleh anaknya yang mengalami pendarahan.
Aco menjelaskan menjelaskan foto anaknya yang terlihat lumuran darah di bagian tangannya akibat pendarahan. Ia menyebut saat itu anaknya berada di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Labuang Baji Makassar.
-
Mengapa kejadian ini viral? Tak lama, unggahan tersebut seketika mencuri perhatian hingga viral di sosial media.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Kapan virus menginfeksi sel inang? Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat. Dalam kehidupan sehari-hari, virus tidak lagi terdengar asing bagi kita. Bermacam-macam virus dapat menimbulkan berbagai penyakit pada tubuh manusia yang tidak diinginkan. Jika tubuh kita dalam kondisi menurun (lemah), maka kita dapat dengan mudah terserang penyakit atau virus. Virus dapat bertindak sebagai agen penyakit dan agen pewaris sifat. Sebagai agen penyakit, virus memasuki sel dan menyebabkan perubahan-perubahan yang membahayakan bagi sel, yang akhirnya dapat merusak atau bahkan menyebabkan kematian pada sel yang diinfeksinya. Sebagai agen pewaris sifat, virus memasuki sel dan tinggal di dalam sel tersebut secara permanen.
-
Apa yang sedang viral di Makassar? Viral Masjid Dijual di Makassar, Ini Penjelasan Camat dan Imam Masjid Fatimah Umar di Kelurahan Bangkala, Kecamatan Manggala, Kota Makassar viral karena hendak dijual.
-
Bagaimana kasus-kasus viral ini diusut polisi? Ragam Kasus Usai Viral Polisi Baru Bergerak Media sosial kerap menjadi sarana masyarakat menyuarakan kegelisahan Termasuk jika berhubungan dengan kepolisian yang tak kunjung bergerak mengusut laporan Kasus viral yang baru langsung diusut memunculkan istilah 'no viral, no justice'
-
Bagaimana cara kerja virus? Cara kerja virus adalah sebagai berikut:Virus masuk ke dalam tubuh inang melalui berbagai cara, seperti udara, darah, cairan tubuh, atau kontak langsung dengan benda yang terkontaminasi virus.Virus mencari sel inang yang cocok untuk menginfeksi. Sel inang adalah sel yang memiliki reseptor yang sesuai dengan protein permukaan virus. Virus melekat pada reseptor sel inang dan memasukkan materi genetiknya (DNA atau RNA) ke dalam sel inang. Materi genetik virus dapat berbentuk untai tunggal atau ganda, linear atau sirkuler.Materi genetik virus mengambil alih fungsi sel inang dan membuat sel inang menjadi pabrik virus. Sel inang akan menghasilkan ribuan salinan virus baru dengan menggunakan bahan-bahan dari sel inang itu sendiri.Virus baru keluar dari sel inang dengan cara lisis (membuat sel pecah) atau budding (membuat kantung-kantung kecil di permukaan sel). Virus baru kemudian siap untuk menginfeksi sel-sel lain.
"Pendarahan itu karena perawat yang menangani anak saya berulangkali menyuntik untuk mengambil sampel darahnya. Jadi tidak keluar darahnya pas mau diambil sampelnya, sampai itu perawat panggil temannya untuk dibantu," ujarnya kepada wartawan, Selasa (28/2).
Aco menyebut ada beberapa titik di tangan anaknya ditusuk suntikan untuk diambil darahnya. Tak lama berselang, anaknya mengalami pendarahan.
"Beberapa kali pindah titik untuk disuntik baru ada. Tidak lama pendarahan ini anak saya," bebernya.
Dia menduga adanya tindakan malapraktik dilakukan perawat dan dokter yang merawat anaknya. Apalagi, saat dokter dan perawat mencoba menghentikan pendarahan tetapi tidak berhasil.
"Kami menduga itu (malapraktik). Apalagi saat itu pendarahan dialami saya berlangsung lama, bahkan cuma disuruh tutup saja pakai perban. Kalau itu perbannya dibuka, keluar lagi itu darah seperti orang habis teriris pisau," ungkap Aco.
Aco membenarkan jika anaknya masuk di RS Labuang Baji Makassar pada pukul 17.00 Wita, Senin (27/2) kemarin. Anaknya masuk di RS Labuang Baji Makassar karena menderita kelainan usus.
"Setelah mendapat penanganan di IGD, pendarahan yang terjadi di lengan kanan anaknya tak berhenti hingga meninggal dunia," kata dia.
"Saking banyaknya darah yang keluar itu sempat ditransfusi, padahal ini anak bayi. Nanti meninggal itu anak saya baru berhenti juga keluar itu darah dari lengan kanannya," imbuhnya.
Aco juga menyayangkan penanganan yang diberikan oleh perawat dan dokter yang berada di RS Labuang Baji. Betapa tidak, saat AF menjalani perawatan intensif di ruang perawatan dan Pediatric Intensive Care Unit (PICU) RSUD Labuang Baji para perawat dan dokter tekesan lelet.
"Kalau kita panggil itu lama sekali baru datang, padahal ini anak saya pendarahan terus jadi harus selalu diganti perbannya karena penuh dengan darah. Dokter yang menangani juga saling panggil, panggil dokter ini, panggil dokter itu. Bahkan pas sebelum meninggal itu sempat dia bilang tidak ada dokter," tuturnya.
Terkait rencana melapor ke polisi terkait dugaan malapraktik, Aco mengaku akan berbicara dengan istrinya terlebih dahulu. Meski demikian, dirinya menyayangkan sikap tenaga kesehatan di RS Labuang Baji yang terkesan tidak profesional.
"Saya ikhlas atas kepergian anak ku untuk selama-lamanya. Tapi sayangnya penanganan yang diberikan oleh pihak rumah sakit yang terkesan tidak profesional," ucapnya.
Sebelumnya, Ketua Komite Medik RS Labuang Baji Makassar, dr Ummuh Atiah mengatakan pihaknya sudah mendapatkan laporan terkait beredarnya foto bayi meninggal dalam kondisi bersimbah darah. Ia menjelaskan bayi yang baru berusia 60 hari tersebut merupakan pasien rujukan dari RS Pertiwi Makassar.
"Memang pasien tersebut masuk ke RS Labuang Baji jam 5 sore, hari Senin tanggal 27 Februari. Pada saat itu pasien datang dengan membawa hasil pemeriksaan dari RS pertiwi," ujarnya saat jumpa pers di RS Labuang Baji Makassar, Selasa (28/2).
Ummuh menceritakan hasil foto dari RS Pertiwi Makassar, pasien tersebut mengidap penyakit semacam sumbatan pada usus bagian bawah. Selain itu, saat dirujuk dari RS Pertiwi, kondisi bayi tersebut mengalami anemi berat atau Hemoglobin (HB) hanya 6.
"Pada saat itu di UGD sudah memberikan pelayanan, memeriksa darahnya, kemudian dilaporkan ke dokter ahli. Kemudian dokter ahli datang melihat pasien tersebut," tuturnya.
Setelah pemeriksaan tersebut, kondisi bayi tersebut semakin menurun dengan HB hanya 5. Pada saat bersamaan darah putih bayi asal Jeneponto, Sulawesi Selatan ini semakin meningkat yang menandakan ada infeksi.
"Sudah ditransfusi (darah). Kami tim dari UGD followup terus untuk persiapan operasi," tuturnya.
Akibat kondisi bayi terus menurun, akhirnya dipindahkan ke ruang PICU. Diduga saat dipindahkan dari UGD ke ruang PICU, bayi tersebut mengalami pendarahan.
"Memang dari UGD sudah tidak ada pendarahan. Nanti pendarahannya banyak saat di PICU. Saya tidak tahu berapa cc itu pendarahannya," bebernya.
Ummuh meragukan lumuran darah seperti yang ada di foto akibat salah suntikan. Ia mengaku pada saat itu terpasang transfusi darah dan juga infus.
"Katanya sih dari tempat suntikan yang dibilang salah suntik. Tapi kalau dipikir, kenapa bukan ditempat infusnya juga. Ada di situ transfusi darah," sebutnya.
Ummuh menyebut bayi tersebut sudah mendapatkan transfusi darah satu kantong. Hanya saja, nyawa bayi tersebut tidak tertolong.
"Sejak diagnosis awal dikatakan bahwa ada sumbatan pada usus bawahnya. Kemudian ada anemis (HB rendah)," tegasnya.
Ia membantah adanya tindak malapraktik dilakukan tenaga medis yang menangani bayi tersebut. Ia menyebut apa yang dilakukan dokter dan perawat sudah sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP).
"Karena perawat dan dokter sudah melakukan follow up jam 2 dan 3 malam. Ada komunikasinya antara perawat dan dokternya," sebutnya.
Ummuh curiga bayi tersebut meninggal dunia akibat adanya gangguan lain. Ia mengaku diagnosis sumbatan usus bawah dan Anemi berasal dari RS Pertiwi.
"Kita curiga ada gangguan yang lain pada anak ini. Karena riwayat anak tersebut kita tidak tahu karena (rujukan) dari RS Pertiwi," sebutnya.
Sementara Direktur RS Labuang Baji Makassar, Dr Haris Nawawi membantah adanya dugaan malapraktik dilakukan oleh perawat dan dokter yang merawat bayi tersebut. Ia menegaskan tidak ada salah penyuntikan obat seperti informasi yang beredar.
"Tadi dijelaskan bahwa tidak ada kesalahan suntik, karena memang tidak ada penyuntikan. Semua obat masuk lewat infus," tegasnya.
Haris mengaku bayi tersebut merupakan pasien rujukan dari RS Pertiwi Makassar. Ia menyebut saat dirujuk ke RS Labuang Baji, kondisi bayi tersebut sudah menurun.
"Kita rumah sakit pemerintah tidak boleh menolak pasien dengan kondisi yang memang sudah lemah. Kondisi HB 7-6 menurun terus sampai ke perawatan, jadi tetap kami perhatikan," sebutnya.
Terkait informasi keluarga bayi tersebut akan melapor ke polisi, Haris mengaku tidak mempermasalahkan. Ia menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada keluarga bayi tersebut.
"Tergantung dari pihak keluarga. Artinya kan apapun itu kita pahami kondisi keluarga Almarhum," ucapnya.
(mdk/ray)