Cerita Toni dan anaknya diduga suspect flu burung dari burung hantu
Toni dan anaknya meninggal dunia kemarin karena diduga terserang flu burung.
Virus flu burung kembali menggegerkan Indonesia. Kemarin, dua warga Perum Puri Permata, Jalan Taman Buah, Blok C3 no 35, RT 3 RW 12, Kelurahan Cipondoh Makmur, Kecamatan Cipondoh, Kota Tangerang, meninggal dunia terserang flu burung.
Kedua warga tersebut adalah Toni Sudianto (41) dan anak ketiganya M (2,5), diduga tertular virus flu burung (H5N1) dari wilayah Bogor.
Sebelum meninggal, keduanya dirawat intensif di rumah sakit. Bahkan kondisi pasien juga sempat dinyatakan sembuh dan sudah diizinkan pulang.
Namun, tiba-tiba kesehatan keduanya kembali drop saat berada di rumah. Tidak lama kemudian Toni dan M meninggal dunia.
Anehnya, tidak ada perlakuan khusus terhadap keduanya saat meninggal dunia. Padahal seperti diketahui, virus flu burung ini berbahaya dan penyebarannya melalui kontak langsung dengan penderita.
Berikut fakta penderita virus flu burung hingga akhirnya meninggal dunia.
-
Apa yang menjadi polutan utama di udara Jakarta saat ini? "Konsentrasi PM2.5 di Jakarta saat ini 11.9 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO," demikian keterangan situs IQAir tersebut.
-
Kenapa kualitas udara Jakarta buruk? "Konsentrasi PM2.5 di Jakarta saat ini 11.9 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO," demikian keterangan situs IQAir tersebut.
-
Apa yang menjadi daya tarik utama dari Kota Tua Jakarta? Kota Tua adalah harta karun sejarah yang tidak boleh dilewatkan ketika kita mengunjungi ibu kota.
-
Di mana peradaban semut terbesar di Bumi berada? Walaupun serangga mungkin seringkali diabaikan di dunia, mereka sebenarnya adalah kelompok yang paling banyak jumlahnya. Dari kupu-kupu hingga kumbang, mereka mendiami hampir setiap ekosistem di Bumi, dan ada satu kelompok yang mungkin telah menciptakan peradaban terbesar tepat di bawah kaki kita.
-
Apa yang ditawarkan oleh bus wisata atap terbuka di Jakarta? Bus wisata atap terbuka menjadi wisata alternatif bagi sebagian warga Jakarta untuk menikmati liburan, terlebih ketika memasuki masa libur sekolah seperti saat ini.
-
Kapan Jogja Exotarium buka? Tempat itu biasanya buka pada hari biasa pukul 08.30-16.30 WIB dan hari libur pada pukul 08.30 WIB hingga 17.00 WIB.
Diduga tertular di Bogor
Toni dan anak ketiganya meninggal dunia, diduga diduga tertular virus flu burung (H5N1) dari wilayah Bogor. Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Iis Aisyah Rodiah mengatakan, Toni yang merupakan Pegawai Imigrasi Cabang Kelapa Gading Jakarta Utara diketahui beberapa minggu sebelum meninggal telah melakukan kontak langsung dengan unggas yang mati.
"Korban beserta keluarga pada tanggal 8 Maret 2015, berlibur ke rumah orangtuanya di Bogor dan di sana diketahui ada berbagai macam unggas. Pada saat liburan tersebut, ada kejadian yakni burung hantu yang dipeliharanya mati," katanya, Jumat (27/3).
Lalu, pada tanggal 17 Maret, putra dari Toni, yakni M Al Ikhsan mengalami sakit panas dan dirawat di Eka Hospital. Lalu dipindahkan ke RS Persahabatan. Kemudian pada tanggal 21 Maret, Toni pun mengalami sakit yang serupa dan dirawat di RS Husada Insani Tangerang.
"Dalam proses perawatan tersebut, pada tanggal 24 Maret, Toni meninggal dan dimakamkan di TPU Sepajang tanggal 25 Maret," katanya.
Sehari berikutnya yakni tanggal 26 Maret pukul 04.30 WIB, anaknya meninggal juga dan telah dimakamkan di sebelah makam Toni. "Kakak Ipar Korban yang tinggal tidak jauh dari rumah orang tuanya pada 26 Maret juga meninggal dunia," ujarnya.
Kini, kat Iis, pihaknya telah melakukan berbagai langkah preventif untuk mencegah timbulnya korban lebih jauh, di antaranya dengan melakukan operasi pasar dan juga membuat himbauan kepada masyarakat pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
"Ini wujud komitmen pemkot untuk terus melakukan edukasi dan komunikasi dengan masyarakat," paparnya.
Tidak ada penanganan khusus saat meninggal dunia
Pihak keluarga Toni dan M merasa tidak percaya jika keduanya meninggal karena suspek flu burung. Hal itu dikatakan tetangga korban.
"Pihak keluarga laki-laki (Toni) sangat tak percaya. Karena saat almarhum meninggal tidak ada penanganan khusus. Bahkan keluarga memandikan langsung jenazahnya, tanpa menggunakan masker atau pengaman lain," kata Ketua RT 3, Baharudin, Jumat (27/3).
Baharudin juga tidak mengetahui secara pasti penyebab kematian korban. Meski sempat mengunjungi M Al Iksan saat meninggal di RS Persahabatan Jakarta, dia tidak pernah menanyakan hal itu kepada pihak keluarga.
"Saya kurang tahu pastinya. Mungkin pihak RS langsung memberi tahu keluarga terkait penyebab meninggalnya. Tapi saya tidak menanyakan juga, saya sibuk mengurus fasilitas untuk proses pemakaman," katanya.
Korban flu burung berjatuhan, Dinas Perternakan Tangerang operasi pasar
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Tangerang Iis Aisyah Rodiyah menjelaskan, terkait adanya korban berjatuhan akibat flu burung, pihaknya telah melakukan berbagai langkah preventif untuk mencegah timbulnya korban lebih jauh.
Di antaranya dengan melakukan operasi pasar dan juga membuat himbauan kepada masyarakat pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
"Ini wujud komitmen pemkot untuk terus melakukan edukasi dan komunikasi dengan masyarakat," jelasnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan, Roostiwie.
Dia juga menambahkan bahwa Kemenkes dan Dinkes sedang melakukan penelitian terkait riwayat penyakit almarhum dan juga terkait apakah ada kontak antara almarhum dengan unggas.
"Hasilnya, kita nunggu tes yang dilakukan Kemenkes," Imbuhnya.
Sejak Kamis pagi (26/03) tim Kemenkes yang terdiri dari Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PL), Badan Penilitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), bersama Dinas Kesehatan Kota Tangerang melakukan penyelidikan epidemiologi dan investigasi.
"Kita mengambil investigasi di tiga tempat. Di tempat tinggal, rumah sakit, dan lingkungan sekitarnya." terang Direktur P2PL Kemenkes, M.H Subuh.
Istri korban diduga terjangkit flu burung
Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah ketika dikonfirmasi mengenai korban tewas akibat terserang flu burung, mengaku masih menunggu justifikasi dari Kemenkes.
"Masih menunggu Kemenkes untuk justifikasi, karena kalau dari sampling yang ada di sekitar, seperti pasar dan hewan, semua negatif," ujar Arief, Kamis (26/3).
Namun, dirinya tidak memungkiri karena memang korban bekerja di Imigrasi. Bisa saja, kata dia, korban sering bertemu dengan warga Negara asing dan binatang karena mungkin berdekatan dengan itu semua.
"Setahu saya kerja di Imigrasi, tak tahu Imigrasi mana, sepertinya bukan di Karantina Hewan," tutur Arief.
Sementara ini kata Arief, warga Perumahan Cipondoh Makmur itu, selain korban dan anaknya, istrinya pun kini juga demam. âSekarang istrinya dan anaknya demam juga, saya sudah suruh cek katanya di Persahabatan. Saya berharap negatif, tetapi kalau pun iya, kita sudah melakukan langkah-langkah dan sudah turun dari kemarin,â jelasnya.