Cerita tragis Bagas, bocah cacat karena ditabrak mobil Bank Riau
Pihak keluarga berulangkali meminta pertanggungjawaban namun pihak bank Riau mengabaikan seolah tak bersalah.
Kasus tabrak lari yang mencederai atau bahkan merenggut nyawa korban bukan menjadi hal yang baru. Peristiwa ini sering membuat keluarga korban geram akibat pelaku tidak bertanggung jawab atas perbuatannya.
Seperti yang terjadi di Pekanbaru, bocah malang yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) harus menanggung derita seumur hidup karena cacat akibat ditabrak mobil ATM Bank Riau. Pihak Bank Riau pun seakan lepas tangan terhadap kecelakaan yang menimpa bocah yang bernama Bagas itu. Pihak keluarga berulangkali meminta pertanggungjawaban namun pihak bank Riau mengabaikan seolah tak bersalah.
Bagaimana cerita Bagas ditabrak mobil ATM bank Riau hingga cacat permanen? Berikut rangkumannya:
-
Kapan mobil itu ditabrakkan bocah ke tembok? Ternyata kejadian yang sempat menjadi tontonan pengunjung mall itu, terjadi pada hari Minggu, (21/4) lalu untuk lokasinya berada di Mall Of Indonesia (MOI).
-
Dimana kejadian mobil menabrak tembok itu terjadi? Kejadian ini pun viral di media sosial terjadi di sebuah mall di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.
-
Kapan mobil bekas taksi dianggap punya jarak tempuh rendah? Taksi umumnya menempuh jarak yang lebih pendek dibandingkan mobil pribadi pada tahun yang sama, karena waktu operasional taksi terbatas.
-
Kenapa setir mobil harus lurus pas mau dimatiin? Selain itu, pada sistem power steering yang menggunakan fluida, ketidaklurusan setir dapat menyebabkan tekanan yang tidak seimbang di antara sisi-sisinya. Hal ini dapat mengakibatkan kebocoran pada sistem power steering.
-
Mobil apa yang ditabrakkan bocah itu ke tembok? Berdasarkan data yang dihimpun, mobil yang ditabrakkan bocah itu adalah mobil listrik merk Chery Omoda E5 yang ditaksir harganya sekitar Rp488 juta.
-
Bagaimana mobil tersebut terbakar? Dikutip dari unggahan Instagram resmi @humasjakfire, kejadian itu terjadi pada Sabtu, 6 April 2024 malam. Disebutkan, bahwa petasan yang dinyalakan remaja konvoi mengenai mobil. Akibatnya, api menyala di bagian kap mobil.
Bagas ditabrak mobil ATM Bank Riau usai cari ikan
Bagas ditabrak pada Juli 2011 lalu. Sopir mobil ATM Bank Riau Kepri Pekanbaru bernama Titin. Dia tidak bertanggung jawab dan menelantarkan bocah malang tersebut hingga kini 2014 bocah ini cacat permanen pada tangan kanannya.
Sang ayah, Agus Hermawan, kepada merdeka.com Rabu (10/12), mengatakan putranya itu mengalami kecelakaan di Jalan Arjuna Pekanbaru pada usia 4 tahun pada 2011 lalu.
"Saat itu, anak saya melintas di Jalan Arjuna usai mencari ikan bersama teman-temannya. Mendadak melintas kencang mobil ATM Bank Riau Kepri dan melindas tangan kanan anak saya, hingga 2014 ini menjadi cacat permanen," ujar Agus.
Pihak bank Riau tak bertanggung jawab
Bagas (8), bocah malang yang masih duduk di Kelas I SDN 089 Kelurahan Labuhbaru Timur, Pekanbaru, mengalami cacat permanen setelah ditabrak mobil ATM Bank Riau Kepri Pekanbaru. Tidak hanya merasa minder, Bagas kerap merasa gatal pada bagian luka di tangannya.
Agus ayah korban mengatakan, pihak manajemen Bank Riau Kepri Pekanbaru menolak bertanggung jawab. Apalagi sang sopir Titin hanya menanggung pengobatan seadanya saja. Akhirnya Agus membawa putranya berobat pertama ke RS Eka Hospital Pekanbaru.
"Kemudian berobat kedua, kami ke rumah sakit yang agak murah, ke RS Santa Maria Pekanbaru," terang Agus.
Upaya pengobatan selanjutnya, Agus mengaku sudah mengeluarkan uang pribadinya sekitar Rp 22 juta. Uang itu dipinjamnya dari adiknya dan sekarang masih berutang Rp 10 juta kepada adiknya.
Cacat, Bagas malu sekolah karena diejek teman
Bagas Tri Hermawan (8), korban tabrakan oleh mobil ATM berjalan milik Bank Riau Kepri di tahun 2011 lalu, membuat Bagas hidup dalam rasa sakit dan malu serta penuh pengharapan sebagaimana yang dijanjikan pihak Bank Riau sebelumnya untuk mengobatinya sampai operasi terakhir.
Namun, operasi yang ditanggung pihak Bank Riau Kepri hanya sekali saja, namun pada operasi kedua Bagas, orang tuanya terpaksa meminjam uang dari saudaranya, yang sampai saat ini belum sanggup untuk diganti.
"Operasi harusnya dilakukan 4 kali, tapi baru dua kali. Ya seperti inilah kondisi tangan anak saya, setiap malam terasa gatal, saya larang si Bagas agar tidak menggaruknya," kata Agus Hermawan, ayah Bagas kepada merdeka.com, Rabu (10/12).
Bahkan, Bagas yang saat ini duduk di bangku kelas 1 Sekolah Dasar (SD) ini kerap mendapat ejekan dengan kata-kata banci dan cacat.
"Terpaksa kami mohon kepada pihak sekolah agar Bagas menggunakan baju lengan panjang, agar mau sekolah lagi, Bagas minta berhenti sekolah karena minder diejekin temannya," keluh Agus.
Cacat permanen, teman-teman takut pada Bagas
Keseharian di SD 089 Pekanbaru itu, Bagas tidak memiliki teman bermain, banyak temannya yang enggan bermain dengannya. Untuk menutupi bekas luka itu, dia menggunakan baju lengan panjang.
"Karena kawannya takut, anak saya pakai baju lengan panjang, tapi tetap saja kawannya tak mau main dengan Bagas, malahan sempat dibilang banci karena pakai baju lengan panjang," kata Agus lagi.
Agus menjelaskan, selama 3 tahun sejak kejadian hingga hari ini, dia sudah puluhan kali menghadap kepada pihak Bank Riau Kepri mempertanyakan nasib anaknya, khususnya untuk pengobatan. Namun selama itu pula, mereka diabaikan layaknya orang yang tidak dibutuhkan.
"Yang ditanggung hanya operasi pertama, tapi selanjutnya tidak lagi. Meski sudah menghadap berpuluh-puluh kali pun, sampai sekarang tidak direspon," katanya.
Bahkan saat itu, Agus sempat berniat meninggalkan anaknya di kantor Pusat Bank Riau Kepri yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman Pekanbaru, agar mereka dapat menanganinya dengan selayaknya.
"Sempat saya tinggalkan karena kesal, maksudnya biar diobati, agar jangan mereka pikir saya hanya memanfaatkan dana bantuan. Niat saya hanya ingin anak saya sehat, gak ingin tangannya sempurna seperti sediakala, hanya ingin diobati saja," pinta Agus.
Ayah Bagas berharap Bank Riau obati anaknya hingga tuntas
Bagas Tri Hermawan (8), korban tabrakan oleh mobil ATM berjalan milik Bank Riau Kepri ditahun 2011 lalu, membuat Bagas hidup dalam rasa sakit dan malu serta penuh pengharapan sebagaimana yang dijanjikan pihak Bank Riau sebelumnya untuk mengobatinya sampai operasi terakhir.
Kini, Agus hanya bisa menyimpan sejuta harapan untuk kesembuhan anaknya. Dia yakin, dengan kondisi anaknya saat ini, tidak akan ada harapan untuk kembali seperti semula.
"Harapan saya yang terbaik, agar anak ini diobati sampai tuntas, meski saya yakin tidak akan normal seperti dulu lagi," kata dia.
Menurut dokter Rumah Sakit kepada Agus, sang anak mestinya harus menjalani 4 tahapan operasi lanjutan, di mana sebelumnya 2 operasi sudah dilakukan di 2 Rumah sakit berbeda, yakni RS Eka Hospital yang ditanggung oleh Bank Riau Kepri, dan RS Santa Maria yang ditanggung sendiri oleh Agus dengan cara berhutang.
"Operasi itu kata dokter untuk mengganti kulit tangan dan pengangkatan daging rusak, perbaikan syaraf agar bisa normal, pokoknya itulah, saya tak tahu apa istilahnya. Sekarang saya sudah tidak ada uang lagi," pungkas Agus.