Curahan hati perempuan dakocan
Dahulunya banyak perempuan berprofesi sebagai dakocan lantaran faktor ekonomi. Pendidikan tak tuntas membuat mereka memutuskan untuk bekerja demi perbaikan nasib. Namun seiring perkembangan waktu, dakocan kini identik dengan warung kopi remang.
Jika anda pertama kali berkunjung ke Kabupaten Buleleng, Bali, mungkin bakal penasaran dengan warung-warung yang tersebar di pinggir jalan. Pelayannya perempuan dan selalu terdengar bunyi keras musik full house yang beradu. Itulah warung patokan atau dakocan alias dagang kopi cantik.
Dahulunya banyak perempuan berprofesi sebagai dakocan lantaran faktor ekonomi. Pendidikan tak tuntas membuat mereka memutuskan untuk bekerja demi perbaikan nasib. Namun seiring perkembangan waktu, dakocan kini identik dengan warung kopi remang.
Warung dakocan bisa ditemui di wilayah Desa Padang Bulia, kecamatan Sukasada. Buka dari pukul 10 pagi hingga 12 malam setiap hari. Kendati jumlahnya semakin menyusut, namun daerah ini masih menjadi buruan bagi para laki-laki penggemar warung dakocan.
"Sekarang ini perubahan pada warung-warung patokan tidak lagi sebagai bentuk warung aslinya. Mereka mengemas seperti semi cafe atau tempat karaoke. Warung dilengkapi lampu kedip dan musik termasuk bisa karaokean. Duduknya ya lesehan," Tutur Ketua Yayasan Citra Usada Indonesia khusus wilayah Buleleng yang bergerak di bidang penanggulangan HIV/AIDS Made Ricko Wibawa beberapa waktu lalu.
Dari sebagian pedagang yang ditemui merdeka.com, rata-rata mereka berprofesi sebagai dakocan dari luar daerah. Ada yang mengaku dari Bangli, Jembrana dan Gianyar. Ada juga yang mengaku dari Jawa, sebut saja YN (18) yang berasal Jember dan YS (23) dari Madura.
PN (16) merupakan warga setempat yang berprofesi sebagai dakocan. Wajahnya manis dan murah senyum. Dia menjadikan warung bukan hanya sumber penghidupan namun juga tempat tinggal.
"Saya hanya tinggal sama ninik (nenek), bli. Ya gini dah, jualan sambil diawasi ninik," ucapnya polos.
Ia mengaku terpaksa berjualan lantaran perekonomian yang membuatnya sampai putus sekolah hingga tingkat kelas 1 SMA. "Saya putus sekolah, tidak punya biaya," lirihnya sambil sesekali melirik neneknya di dalam kamar.
Sudah setahun dia menjadi dakocan. Ia juga tidak merasa canggung jika tamu yang datang minum bir dan mabuk hingga mengeluarkan perkataan tabu. Namun PN mengaku selama ini belum pernah mendapat perlakuan kasar ataupun menerima ajakan layanan seks. Alasannya karena tinggal berdua bersama neneknya.
Tidak jauh beda dari pengakuan YY (24) asal Kintamani, Bangli. Sejak bercerai, dirinya mengaku sempat berkenalan dengan pria asal Buleleng. Sayangnya, saat menerima ajakan merantau ke Buleleng justru dicampakkan.
Ia mengaku terpaksa mengambil pekerjaan ini setelah ditawarkan oleh salah seorang teman yang juga berprofesi sama sebagai dakocan.
"Saya baru enam bulan bli kerja ginian. Dulunya kerja di warung pojok sana, karena sudah ada dua cewek di warung itu dan sering berebut tamu. Saya putuskan pindah, di sini baru empat bulan," akunya.
Di hadapan keluarga, YY mengakui bekerja di Buleleng. Hanya saja tidak sebagai pedagang patokan, tetapi sebagai pelayan toko di pasar.
"Sempat saya mau bilang jadi pembantu. Tetapi teman saya bilang wajah saya tidak pas jadi pembantu," ucapnya sambil tersenyum manis.
Kata dia, resiko sebagai dakocan diraba dari dada hingga sampai selangkangan paha. Untuk layanan seks, selama ini pernah diakuinya dijalani hanya saja tidak setiap pelanggan dilayani. Kalau merasa suka, begitu tutup warung langsung cari lokasi.
"Begituan (berhubungan) di warung beresiko bli. Sekarang ketat pengawasan desa, warung-warung di sini tidak ada yang berani melayani gituan. Katanya kalau ketauan langsung digiring ke bale desa, hidupin musik dan buka warung juga dibatasi sekarang ini," akunya.
Soal pemeriksaan identitas atau semacam razia dari petugas Satpol PP, bisa dikatakan tidak pernah. "Hanya petugas dari desa saja yang sering kontrol. Kalau dari pak polisi belum ada," ungkapnya.
YY membuat aturan sendiri bagi pelanggan yang ingin kencan, dia tidak asal pilih, dilakukan di penginapan dan memakai alat kontrasepsi. Sayangnya dirinya tidak menyebutkan tarif kencan.
"Saya bukan jual diri bli, saya juga butuh. Kalau sayanya suka dan ada rasa, ya lanjut. Itu maksud saya, memang sih dikasih imbalan. Tapi saya tidak minta bayaran," akunya.
YN dan YS bekerja dalam satu warung. Pelayanan yang diberikan kepada setiap laki-laki yang datang sedikit berbeda. Keduanya baru akan merespons tergantung dari seberapa banyak tamu itu belanja.
"Kita dapat duitnya ya dari minuman bir. Bukan dari minum kopi. Kalau hanya minum kopi, ya kita temenin ngobrol aja," ucapnya sedikit ketus.
Ironisnya, keduanya ternyata korban penipuan yang pernah dipaksa bekerja di lokalisasi pelacuran. Sayangnya baik YN dan YS tidak menyebutkan ada di lokalisasi mana dirinya pernah dibawa.
"Saya tidak ingat itu di mana. Baru sehari kami di sana, malamnya kabur. Di sini hampir tiga bulan jualan di warung," akunya.
YS sendiri mengaku janda dan memiliki seorang anak berumur 3 tahun. Saat ke Bali keduanya dijanjikan bekerja di sebuah toko oleh seseorang yang dikenalnya berasal dari Banyuwangi. Hingga saat ini, mereka mengaku kepada keluarga di Jawa buka lapak di pinggir jalan.
Pelayanan terhadap setiap pria yang datang, dikatakan YN selama ini masih sebatas hanya meraba dan memeluk. Itu pun kata YN baru akan mau kalau dirinya juga setengah mabuk.
"Kadang kalau tamunya minum bir banyak, kita juga diajakin minum. Selama ini hanya pegang-pegang saja, untuk layanan kencan tidak berani. Takut nanti bapak yang punya warung nyariin, apalagi kita baru di sini," tutur perempuan yang hanya sempat mengenyam pendidikan di bangku kelas 8 SMP ini.
Selain mengandalkan paras cantik dan menarik, seorang dakocan juga dituntut untuk terbiasa minum bir. Bahkan ada yang sama sekali awalnya tidak bisa minuman bir, setelah menjadi dakocan jadi terbiasa.
Kendati warung-warung ini lebih banyak laki-laki yang datang untuk mabuk, namun tidak meninggalkan ciri khas warung dakocan yaitu menyajikan citra rasa kopi Bali yang sesungguhnya.
"Di Bali jarang mau beli kopi yang saset tinggal seduh, ya. Makanya warung-warung di sini tetap sedia kopi dan gula, kalau ada yang beli tinggal bilang mau pahit atau manis," tutup YS.
-
Mengapa Kopi Flores Bajawa begitu istimewa? Kopi Bajawa adalah kopi khas Indonesia dari Flores, Nusa Tenggara Timur, yang ditanam di ketinggian 1.000-1.550 meter.
-
Apa yang terjadi pada barista di kedai kopi tersebut? Ia menerima cekikan di leher, tonjokan di muka, dan tendangan di badan. Selama itu pula pelaku mengarahkan wajah korban ke air yang mengalir dari kran agar korban tidak dapat bernafas.
-
Bagaimana ular sowo kopi berburu mangsanya? Ular sowo kopi merupakan ular tidak berbisa. Mereka cenderung mengandalkan gigitan dan lilitannya untuk berburu mangsa.
-
Di mana Kedai Kopi Berbagi berlokasi? Kedai Kopi Berbagi yang berlokasi di Margahayu, Jalan Mars Utara III, Kota Bandung ini begitu menginspirasi.
-
Di mana Kopi Gunung Puntang ditanam? Sesuai namanya, komoditas ini berasal dari dataran tinggi Gunung Puntang yang ada di Kecamatan Cimaung, Desa Campaka Mulya dan Desa Pasir Mulya.
-
Apa yang diibaratkan sebagai kopi dalam kata mutiara kopi? Dia adalah krim saya, dan saya adalah kopinya - Dan ketika Anda menuangkan kami bersama, itu menjadi sesuatu.
Baca juga:
Ingin keluar dari jerat maksiat, gadis Spa minta tolong Bupati Dedi
Alena dicokok polisi usai jual gadis di bawah umur ke hidung belang
Tawarkan layanan 'kuda lumping', tempat spa di Bali digerebek
Napak tilas ke surga kaum homo di jantung London
Fakta-fakta PSK asal China di Indonesia