Daftar panjang kekerasan di IPDN
Institut Pemerintah Dalam Negeri kembali menorehkan catatan buruk lantaran dua dari lima praja pelaku kekerasan bermotif asmara resmi dipecat. Keputusan ini diambil setelah diskusi dengan tim yang dibentuk Kemendagri. Ini sebagai bentuk pemberian efek jera agar kejadian seperti ini tidak terulang kembali.
Institut Pemerintah Dalam Negeri kembali menorehkan catatan buruk lantaran dua dari lima praja pelaku kekerasan bermotif asmara resmi dipecat. Keputusan ini diambil setelah diskusi dengan tim yang dibentuk Kemendagri. Ini sebagai bentuk pemberian efek jera agar kejadian seperti ini tidak terulang kembali.
Rektor IPDN Ermaya Suradinata mengatakan, dua praja diberhentikan karena mereka menjadi otak dari aksi pengeroyokan. Ini seusai hasil evaluasi tim Kemendagri dan IPDN.
"Kalau dua itu hasil tim kecil dari pusat dan kemendagri bahwa yang merencanakan dan yang pertama menggerakkan dianggap harus diberikan sanksi lebih. Korbannya enggak ada masalah, biasa normal, ada kuliah biasa," katanya di Kementerian Dalam Negeri, Kamis (31/8).
Sebelumnya juga ada lima praja diberhentikan secara tidak hormat. Pemecatan kelimanya terkait kasus penganiayaan terhadap dua taruna Akademi Militer (Akmil) asal Magelang, Jawa Tengah.
Kepala Biro Kemahasiswaan IPDN, Arief M Edie kala itu tidak memberikan penjelasan terkait motif pemukulan tersebut. Peristiwa terjadi pada 19 November 2015 itu terjadi karena ada niat untuk memberikan hukuman pada juniornya.
"Enggak ada (penganiayaan). itu hanya tindakan antara senior menghukum junior. Menegur, ada kekurangan apa," ujarnya.
Bahkan, kekerasan di IPDN tidak hanya dilakukan oleh praja pria. Tercatat lima praja wanita pernah adu jotos, siram air keras, hingga diboyong ke Rumah Sakit. Kejadian mengerikan tersebut bermula dari kegiatan para civitas akademika IPDN ke Gunung Manglayang, Cileunyi, Kabupaten Bandung, pada Minggu 27 April 2014 silam.
Kegiatan itu diikuti sejumlah praja wanita tingkat II dan III. Di sana lah cek-cok terjadi hingga menyebabkan adanya dugaan adu jotos. Senior menyiramkan cairan keras kepada lima junior.
Kelimanya adalah Mutia Pratama, Indira Afriani, Nurul Riza, Dian Purna Sari dan Fungki Sandi praja wanita tingkat II. Kepolisian Jatinangor mengakui pihak kampus terkesan menutup-nutupi kasus tersebut.
Dokter Spesialis Infeksi Imunologi RS Mata Cicendo Susi Heryati membenarkan menangani lima praja IPDN terkena cairan asam.
"Ya benar ada (pasien), mereka terkena cairan asam, kita tidak tahu lebih jelas tetapi ada trauma," katanya di RS Cicendo Bandung, Selasa (29/4/2014) silam.
Untung kala itu, kelimanya masih bisa ditangani. "Ya untung asam, bukan basa," ujarnya.
Dua dari lima korban mengalami luka di mata berupa pengelupasan epitel kornea. Selebihnya mengalami iritasi di permukaan mata. Namun IPDN Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat melarang awak media untuk meminta keterangan dari lima praja putri yang diduga terciprat air asam saat mengikuti kegiatan di Gunung Manglayang Kabupaten Bandung.
Saat IPDN menggelar jumpa persnya yang disampaikan Kabiro Kemahasiswaan IPDN, Benhard Rondonuwu didampingi Kabag Humas dan Protokol, Bisri di kampus IPDN, menegaskan bahwa tidak ada kekerasan berupa penyiraman air keras kelima praja itu.
"Tidak benar soal penyiraman air keras itu," katanya.
Awak media yang penasaran kemudian meminta izin agar praja untuk bisa diwawancara. Maksudnya agar berita yang disampaikan berimbang. "Tidak usahlah. Mereka nanti stres lagi disorot begitu," pungkasnya.