Demo pengungsi Rohingya ricuh, 18 diduga provokator diamankan polisi
Hingga sore ini, tak kurang dari 200 pengungsi Rohingya masih bertahan di depan kantor Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), Gedung Menara Bosowa, Jalan Jenderal Sudirman, Makassar, Sulsel. Para demonstran mendesak perwakilan UNHCR menemui mereka.
Hingga sore ini, tak kurang dari 200 pengungsi Rohingya masih bertahan di depan kantor Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), Gedung Menara Bosowa, Jalan Jenderal Sudirman, Makassar, Sulsel. Para demonstran mendesak perwakilan UNHCR menemui mereka.
Mereka tak puas tuntutan yang disuarakan hanya ditulis oleh seorang staf UNHCR yang menemui. Para demonstran merangsek naik ke halaman teras gedung berlantai 23 itu. Saat petugas Kepolisian mengadang, pendemo kompak memilih duduk di halaman dan jalan aspal di depan pintu utama gedung. Polisi pun akhirnya membubarkan paksa.
Sejumlah pengunjuk rasa diamankan dan digelandang menuju Mapolrestabes Makassar. Sebagian di antaranya nekat naik ke atas mobil sebagai bentuk solidaritas terhadap saudara-saudaranya yang ditangkap polisi. Adapun sebagian lagi mengalah dan melanjutkan aksinya tetapi turun ke pelataran jalan, yang berhadapan langsung dengan lapangan Karebosi itu.
Aksi ini dikawal ketat petugas Kepolisian hingga akhirnya seorang petugas dari Divisi Imigrasi Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Sulsel turun tangan. Dari hasil mediasi, petugas yang tidak bersedia namanya ditulis ini menjanjikan pertemuan dengan pihak UNHCR, Senin (31/7).
Kapolsek Ujung Pandang Kompol Ananda Fauzi Harahap mengatakan, pihaknya terpaksa mengamankan sebagian 18 pendemo karena dianggap telah mengganggu aktivitas karyawan.
"Kita minta mereka untuk kembali aksi di bawah pelataran sana, malah naik ke jalan yang memotong halaman dan teras gedung ini. Mereka lakukan aksi duduk, otomatis kendaraan karyawan yang berlalu lalang di jalan itu terganggu. Terpaksa kita amankan. Ada 18 orang diamankan, bukan ditangkap. Sengaja kita amankan 18 orang ini untuk memisahkan para pengunjuk rasa lainnya, karena yang diamankan itu adalah mereka yang dinilai provokator," kata Kompol Ananda Fauzi Harahap.
Sebelummya salah satu demonstran Muhammad Robi (22) mengatakan, tidak ada yang memprovokasi demo. Tiak ada yang tampil sebagai koordinator aksi, karena keinginan aksi ini datang dari masing-masing pengungsi.
"Kami minta tiga opsi, pertama pulangkan kami ke negara kita atau Pemerintah Indonesia memberikan penghidupan yang layak, dua di antaranya terkait akses pendidikan dan akses pekerjaan. Lalu tuntutan ketiga, warga Rohingnya segera dikirim ke negara tujuan," ujar Muhammad Robi.
Selama di Makassar, biaya hidup mereka ditanggung oleh International Organization Migration (IOM). Santunan berasal dari UNHCR. Warga dewasa mendapat Rp 1,220 juta per bulan, usia anak-anak diberi Rp 500 ribu. Dan ditempatkan di 14 community house atau wisma yang tersebar di Kota Makassar.
"Uang itu hanya habis 10 hari dalam sebulan. Tidak cukup, olehnya kami minta perhatian semua pihak untuk peduli dengan nasib kami, agar kami bisa bekerja dan sekolah secara legal," ujar Muhammar Robi.