Demo tolak PLTP Baturraden di kantor Bupati Banyumas berakhir ricuh
Demonstrasi tolak PLTP Baturraden di Jalan Kabupaten yang berlokasi persis di depan kantor Bupati Banyumas berakhir ricuh, Senin (9/10) malam. Massa aksi yang tengah duduk di tenda posko perjuangan, pukul 22.00 WIB tiba-tiba digeruduk Polisi dan Satpol PP yang keluar dari lingkungan Setda Banyumas.
Demonstrasi tolak PLTP Baturraden di Jalan Kabupaten yang berlokasi persis di depan kantor Bupati Banyumas berakhir ricuh, Senin (9/10) malam. Massa aksi yang tengah duduk di tenda posko perjuangan, pukul 22.00 WIB tiba-tiba digeruduk Polisi dan Satpol PP yang keluar dari lingkungan Setda Banyumas.
Dari pengamatan merdeka.com, situasi mulai memanas pukul 18.00 WIB. Gerbang Setda Banyumas sempat dibuka lebar dan nampak Satpol PP dan Polisi berbaris di hadapan massa aksi. Pihak Aliansi Selamatkan Slamet sempat mengajak negosiasi polisi.
Pukul 21.00 WIB demonstran sempat melakukan panggung kebudayaan. Di tengah hujan rintik beberapa aktivis menyanyikan lagu-lagu perjuangan. Situasi masih kondusif.
Pukul 21.50 WIB sempat terdengar pengeras suara dari Kepolisian yang meminta peserta aksi membubarkan. Polisi mengatakan tenggang waktu aksi hanya sampai pukul 22.00.
Tepat pukul 22.00 WIB, perwakilan dari Aliansi Selamatkan Slamet menyampaikan permintaan lewat pengeras suara agar ada perwakilan dari Kepolisian atau Satpol PP untuk bernegosiasi dengan massa. Lewat pengeras suara sempat terdengar peringatan kedua kali dari polisi agar massa bubarkan diri.
Berjarak kurang lebih 10 menit, gerbang utama Sekda Kabupaten Banyumas dibuka lebar. Nampak puluhan Polisi dan Satpol PP meringsek maju menuju tenda posko perjuangan demonstran. Suasana pun ricuh dan tenda-tenda dibongkar.
Aksi tolak PLTP sendiri berjalan sejak pukul 11.00 WIB. Koordinator Aksi Selamatkan Slamet, Catur Sasongko sempat mengatakan massa aksi tetap akan bertahan di jalan menunggu jawaban langsung Bupati setelah bertemu dengan Gubernur.
Pasalnya setelah melakukan dua kali aksi, sejauh ini demonstran menilai belum ada titik terang penghentian pembangunan PLTP. Padahal dampak negatif PLTP sudah sangat terasa mulai dari Sungai Prukut yang berkali-kali alami keruh, mengalir bercampur lumpur sampai turunnya hewan liar ke lahan-lahan warga sebab hutan lindung di Gunung Slamet telah dibabat.
"Kami tetap akan menunggu Bupati. Jika bupati tak menemui kami, kami tetap akan temui nanti malam saat acara Kakak Mbekayu Banyumas. Semestinya Bupati mendahulukan untuk bertemu warganya. Dari aksi hari ini menandakan bahwa pemerintah hanya berpihak pada investor," kata Catur.
Ratusan demonstran sendiri berasal dari wilayah terdampak eksplorasi PLTP yakni Kecamatan Cilongok, Karang Lewas yakni Desa Sunyalangu dan Kecamatan Sumbang yakni Desa Kutayasa, Ciberem dan Kebanggan. Ratusan demonstran ini bersama-sama turun ke jalan karena nasib sepenannggungan sebab pembangunan PLTP telah berdampak merusak wilayah tempat mereka tinggal.