Destinasi Wisata di Banyuwangi Tutup Cegah Wabah, Penyu Lebih Bebas Bertelur
Organisasi nirlaba yang bergerak dalam konservasi penyu, Banyuwangi Sea Turtle Foundation (BSTF) menyebut terdapat 4 jenis penyu yang mendarat ke pantai di wilayah Kabupaten Banyuwangi. Yaitu penyu sisik, lekang, belimbing dan hijau.
Tutupnya destinasi wisata di Kabupaten Banyuwangi sejak sejak 16 Maret 2020 untuk mencegah penyebaran virus corona (Covid-19) justru membuat penyu-penyu semakin tenang naik ke tepi pantai untuk bertelur. Hal ini lantaran pantai menjadi sepi tidak ada wisatawan berkunjung. Saat ini, pada Bulan April hingga Juni merupakan masa penyu bertelur.
Panjang garis pantai di Kabupaten Banyuwangi yang mencapai 175 kilometer, terdapat puluhan destinasi wisata pantai mulai dari ujung utara hingga selatan. Pantai-pantai tersebut sebagian besar menjadi tempat bertelurnya penyu.
-
Apa yang dibangun di Banyuwangi? Pabrik kereta api terbesar se-Asia Tenggara, PT Steadler INKA Indonesia (SII) di Banyuwangi mulai beroperasi.
-
Bagaimana cara Banyuwangi memanfaatkan insentif tersebut? “Sesuai arahan Bapak Wakil Presiden, kami pergunakan insentif ini secara optimal untuk memperkuat program dan strategi penghapusan kemiskinan di daerah. Kami juga akan intensifkan sinergi dan kolaborasi antara pemkab dan dunia usaha. Dana ini juga akan kami optimalkan untuk kegiatan yang manfaatnya langsung diterima oleh masyarakat,” kata Ipuk.
-
Kenapa Banyuwangi mendapatkan insentif lagi? Ini merupakan kali kedua mereka mendapatkan insentif karena dinilai sukses menekan laju inflasi serta mendongkrak kesejahteraan masyarakat.
-
Apa yang diserahkan oleh Presiden Jokowi di Banyuwangi? Total sertifikat tanah yang diserahkan mencapai 10.323 sertipikat dengan jumlah penerima sebanyak 8.633 kepala keluarga (KK).
-
Di mana Bandara Banyuwangi berlokasi? Bandara Banyuwangi menjadi bandara pertama di Indonesia yang berkonsep ramah lingkungan.
-
Apa penghargaan yang diraih Banyuwangi? Diserahkan Presiden RI Joko Widodo kepada Bupati Ipuk Fiestiandani di Istana Negara, Kamis (31/8/2023), Banyuwangi berhasil mempertahankan predikat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Terbaik 2022 se-Jawa dan Bali.
Organisasi nirlaba yang bergerak dalam konservasi penyu, Banyuwangi Sea Turtle Foundation (BSTF) menyebut terdapat 4 jenis penyu yang mendarat ke pantai di wilayah Kabupaten Banyuwangi. Yaitu penyu sisik, lekang, belimbing dan hijau.
©2020 Merdeka.com
"4 Jenis di Banyuwangi itu dari total ada 7 di dunia, dan 6 di Indonesia.
Dan biar pun 6 jenis, yang dua jenis (penyu tempayan dan pipih) hanya cari makan saja, tidak bertelur di Indonesia, jadi yang benar benar bertelur di Indonesia yang empat jenis itu," ujar Pembina BSTF Wiyanto Haditanojo saat dihubungi via telepon, Senin (27/4).
Wiyanto membenarkan bahwa berkurangnya aktivitas manusia di pantai akibat ditutupnya destinasi wisata memang berdampak positif terhadap habitat penyu yang akan mendarat untuk bertelur lebih tenang.
"Yang jelas seperti itu, kegiatan wisata sudah tidak ada. Penyu akan mendarat untuk bertelur dengan tenang," ujarnya.
Pada Bulan April ini, kata Wiyanto, musim bertelur penyu sudah mulai berlangsung. Hanya saja, tahun ini diperkirakan intensitas bertelurnya cenderung terlambat dan bakal mencapai masa puncak tertinggi di bulan Juni.
"Kebetulan tahun ini agak terlambat datangnya. Sampai Kamis (23/4) ini baru ada tiga sarang di BSTF. Di Pantai Cemara saya tanya juga sama ada tiga sarang. Ada lagi yang memeti (mau bertelur), melihat lokasi, kalau bagus dia akan datang bertelur," ujarnya.
"Biasanya puncak di Juni, April sama Mei sudah mulai. Kalau mundur telurnya barengan, jadi sehari bisa sampai 10 sarang. Tetap puncaknya Juni," tambahnya.
©2020 Merdeka.com
Wiyanto menjelaskan, sejak tahun 2011, BSTF aktif melakukan konservasi penyu di luar zona pantauan taman nasional yang ada di kawasan Kabupaten Banyuwangi maupun perbatasan seperti Alas Purwo, Meru Betiri dan Taman Nasional Baluran.
"BSTF melakukan konservasi di luar dari insitu Alas Purwo, Baluran, Sukamade. Kalau yang saya kelola untuk penyelamatan, mulai dari Ketapang sampai Pantai Rejo," katanya.
Dari pengalaman dan wawasan tentang penyu yang Wiyanto pelajari, kawasan kota Banyuwangi mulai panjang pantai dari Desa Ketapang Kecamatan Kalipuro hingga Pantai Bomo di Kecamatan Blimbingsari, sejauh ini hanya ditemukan penyu jenis lekang.
"Kalau di Pantai Boom dan Banyuwangi sekitar itu (kawasan kota) penyu lekang. Mulai dari Ketapang sampai Bomo, itu masih penyu Lekang," ujarnya.
Baru kemudian di Taman Nasional Alas Purwo dan Merubetiri terdapat 4 jenis penyu lengkap mulai dari lekang, sisik, belimbing dan hijau.
"Sampai di Taman Nasional Alas Purwo, penyu sisik, lekang dan penyu belimbing satu dua, dan hijau ada sedikit. Kalau di Sukamade (TN Merubetiri), banyak penyu hijau, lekang, sisik, belimbing juga ada. Sukamade paling lengkap," tuturnya.
Jenis penyu lekang sendiri dinilai tidak terlalu sensitif terhadap keramaian manusia dibandingkan tiga jenis penyu lain di Banyuwangi.
"Penyu lekang mau di pantai kawasan kota karena dia tidak sesensitif penyu hijau, jadi biarpun di antara keramaian, pernah ada waktu jazz festival di pantai tetap mau naik," ujarnya.
Wiyanto melanjutkan, meski kondisi destinasi wisata pantai saat ini sedang tidak ada wisatawan, kemungkinan besar jenis penyu yang mendarat di kawasan kota Banyuwangi tetap sama, yakni lekang. Alasannya cukup sederhana, dimana penyu tersebut menetas dan melanjutkan hidup ke laut, hanya di situlah dia akan kembali untuk bertelur setelah dewasa.
"Kalau yang di pantai boom, untuk penyu hijau dan lainnya saya rasa enggak naik. Meski kondisinya sekarang sepi wisatawan, karena dimana dia menetas, kembali ke laut, kembali ke situ. Karena waktu dulu dulunya yang naik penyu lekang," jelasnya.
Sementara waktu yang dibutuhkan penyu mulai dari menetas hingga kembali ke laut dan siap kembali ke tempat asal untuk bertelur membutuhkan waktu hingga puluhan tahun.
"Jenis penyu lekang butuh waktu 15-20 tahun, sama dengan penyu sisik. Kalau penyu hijau lebih lama lagi 25 tahun. Kalau penyu belimbing bisa 40-50 tahun, baru naik," paparnya.
Data tahun 2019, BSTF telah menyelamatkan telur penyu sebanyak 13.052 butir untuk dipindah-sarangkan ke penangkaran semi alami untuk meningkatkan keberhasilan tetas telur dan mengurangi resiko ancaman. Jumlah tersebut diperoleh dari temuan 130 sarang hasil kerjasama bersama masyarakat yang diajak kerjasama turut menjaga di sepanjang pantai kawasan kota Banyuwangi mulai dari Mirah, Boom, Santen, Sari, Pondok Nongko dan Pantai Sobo.
"Pertama, kalau masyarakat menemukan penyu bertelur akan telepon saya, dan saya langsung koordinasi dengan BKSDA Seksi Konservasi Wilayah V Banyuwangi, untuk telur tersebut dipindah sarangkan ke tempat penetasan semi alami di BSTF Pantai Boom," ujarnya.
Setelah menetas, dua pekan kemudian tukik tukik tersebut akan dilepasliarkan ke laut. Hanya 10 persen yang biasanya tetap dipelihara untuk pelajar, instansi maupun masyarakat yang ingin melepas liar tukik secara langsung. Bila tidak ada pihak luar yang melepas, maksimal usia dua bulan akan dilepas-liarkan semua.
"Setelah 46-50 hari kan menetas, nah itu sebagian besar langsung kita lepas-liarkan. Sebagian kecil saja yang kita pelihara. Itu untuk menyediakan bila ada yang mau terlibat melepaskan penyu, biasanya Anak anak sekolah, instansi dan lainnya dengan tujuan sosialisasi dan edukasi. Supaya mereka lebih berkesan, melepas langsung," paparnya.
(mdk/hhw)