Di balik ingar bingar Tol Cipali
Di balik proyek itu banyak cerita. Tersok-seok merampungkan jalan, di tengah tekanan ekonomi dan politik.
Sebuah hasil karya anak bangsa kembali rampung. Namanya Jalan Tol Cikopo-Palimanan. Dia membentang sejauh 116 kilometer dari Banten, Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Dibangun dengan maksud membagi beban Jalur Pantai Utara yang sudah terlalu lelah dan uzur.
Lihat saja, saban tahun proyek perbaikan di jalur awalnya dibangun sebagai Jalan Pos (De Grote Postweg) dari Anyer, Banten, hingga Panarukan, Jawa Timur, semasa Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels tak pernah rampung. Masih terbayang bagaimana sulitnya para kuli membelah bukit batu cadas saat membangun jalan itu. Dengan sistem kerja rodi, jalan itu kelar dalam setahun, yakni 1808. Proyek itu pun kesohor ke seluruh dunia atas prestasi, dan jumlah pekerjanya yang meregang nyawa.
Tambal sulam sana-sini dengan biaya tak sedikit. Malah amis rasuah yang tercium. Itu semua dilakukan karena jalan itu dua ratus tahun kemudian menjadi tulang punggung industri dan pergerakan sosial di Pulau Jawa. Tempat lalu lalang kendaraan berat, pribadi, semuanya campur menjadi satu.
Dengan adanya Tol Cikopo-Palimanan diharapkan memangkas waktu tempuh dari bagian barat dan tengah Pulau Jawa. Segala usaha dan pikiran dicurahkan buat membangun proyek itu. Termasuk menguras isi kantong. Maklum, biayanya tidak murah. Rp 12 triliun lebih digelontorkan. Apalagi proyek ini sempat mandek lantaran badai krisis ekonomi menerpa Indonesia pada 1997.
Presiden Soeharto adalah penggagas jalur Tol Cipali. Jejaknya sudah ada sejak 1996. Lantaran krisis keuangan berimbas gerakan sosial politik masyarakat mendesak Presiden Soeharto lengser, akhirnya proyek itu ditangguhkan. Barulah 15 tahun kemudian sedikit demi sedikit Tol Cipali mulai dikerjakan. Saat itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memegang tampuk kekuasaan.
Proyek itu baru selesai di masa awal Presiden Joko Widodo menjabat. Banyak pihak mengklaim itu hadiah Jokowi buat rakyat. Pola sejarah selalu berulang. Sebuah fasilitas publik dijadikan komoditas politik. Tetapi, banyak cerita di balik proyek itu. Mulai dari sengketa nama, kekhawatiran bakal menghancurkan moda transportasi lain, bahkan sampai pada persoalan supranatural.
-
Di mana cilok paling dikenal di Indonesia? Cilok adalah makanan khas Indonesia, terutama dikenal di daerah Jawa Barat.
-
Apa yang menjadi daya tarik utama dari Kota Tua Jakarta? Kota Tua adalah harta karun sejarah yang tidak boleh dilewatkan ketika kita mengunjungi ibu kota.
-
Di mana semburan api terjadi di Tol Cipali? Semburan api yang terjadi di rest area KM 86.b Tol Cipali, Kabupaten Subang, Jawa Barat, dikabarkan padam.
-
Dimana saja lokasi kemacetan yang paling parah di Jakarta? Kondisi kemacetan lalu lintas kendaraan pada jam pulang kerja di Jalan Gatot Subroto, Jakarta
-
Kapan Tol Cisumdawu diresmikan? Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu), Jawa Barat, pada Selasa (11/7).
-
Apa yang dijual di Distro Topeng Cirebon? Distro ini punya misi mengenalkan seni topeng Cirebon Distro biasanya menjual berbagai jenis pakaian branded yang digemari kalangan muda. Namun salah satu distro di Jalan Sunyaragi, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon, Jawa Barat, justru menjual berbagai aksesoris seni topeng khas setempat.
Protes dari Purwakarta
Pemerintah Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, memprotes keras pemerintah pusat dan Jasa Marga dalam penggunaan kepanjangan nama jalan tol Cipali. Mereka meminta pemerintah dan Jasa Marga menyebut jalan itu sebagai tol Cikopo-Palimanan.
Menurut Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi, di Purwakarta, Rabu (3/6), jalan Tol Cipali sepanjang sekitar 116 kilometer itu titik mulanya berada di Desa Cikopo, Kecamatan Purwakarta. Bukan di wilayah Cikampek.
Maka dari itu, Dedi mendesak pemerintah pusat dan PT Jasa Marga menggunakan nama Cikopo-Palimanan sebagai kepanjangan dari Cipali. Sebab titik awal pembangunan jalan tol itu masuk daerah Cikopo, bukan Cikampek.
"Kami mendesak jauh-jauh hari sebelum peresmian jalan tol itu, agar pihak terkait mendengar hal-hal yang sebenarnya," kata Dedi seperti dilansir dari Antara.
Dedi menambahkan, saat ini terjadi kekeliruan selama puluhan tahun tentang sebutan jalan Tol Jakarta-Cikampek. Karena sebenarnya, titik akhir dari jalan Tol Jakarta- Cikampek itu berada di wilayah Cikopo, Purwakarta, bukan Cikampek yang masuk dalam Kabupaten Karawang.
Dedi meminta kekeliruan tentang sebutan nama jalan tol itu jangan sampai terus terjadi. Dia kembali mengingatkan sekaligus mendesak pihak terkait menggunakan nama Cikopo-Palimanan, sebelum proyek jalan tol tersebut diresmikan.
"Hentikan kesalahan dan kekeliruan menyebutkan nama daerah Cikopo dengan Cikampek. Karena itu berbeda, Cikopo berada di teritorial Purwakarta, sedangkan Cikampek masuk teritorial Karawang," ujar Dedi.
Dedi mengaku serius mendesak pemerintah pusat dan PT Jasa Marga menggunakan nama Cikopo dalam menyebut kepanjangan Cipali. Jika pihak terkait tetap menggunakan Cikampek dalam menyebut kepanjangan dari Cipali, dia mengaku siap melayangkan protes keras. Bahkan, Pemkab Purwakarta akan mengajukan gugatan ke pengadilan terkait dengan hal tersebut.
Sementara itu, proyek pembangunan jalan Tol Cipali kini sudah hampir rampung. Rencananya jalan itu akan digunakan sebelum musim mudik lebaran tahun ini.
Jalan tol sepanjang sekitar 116 kilometer itu dilengkapi delapan tempat peristirahatan. Empat di antaranya lokasi singgah kelas A dan sisanya peringkat B.
Cipali mengancam Kereta Api
Ruas tol Cikopo-Palimanan (Cipali) resmi beroperasi. Bahkan pengelola menggratiskan para pengguna buat melintas di jalanan itu.
Waktu tempuh jauh berkurang saat bepergian diperkirakan membuat minat masyarakat buat menggunakan fasilitas itu bakal tinggi. Tetapi hal itu juga berdampak buruk bagi moda transportasi lain.
Utamanya adalah soal Kereta Api Ciremai Ekspres rute Bandung-Cirebon. Diperkirakan, penumpang kereta api itu bakal anjlok, seiring dengan pembukaan tol Cipali. Sebab, tol itu juga tersambung ke jalur Purbaleunyi.
"Dampaknya pasti ada pada penumpang. Namun dalam beberapa hari terakhir belum banyak berpengaruh terhadap jumlah penumpang KA Ciremai Ekspres," kata Kepala Humas PTKA Daop II Bandung, Zunerfin, di Bandung, seperti dilansir dari Antara, Minggu (21/6).
Menurut Zunerfin, saat ini KA Ciremai Ekspres rute Bandung-Cirebon via Cikampek tetap beroperasi dua kali saban hari. Yakni pemberangkatan pukul 09.45 WIB dan pukul 19.45 WIB. Saat ini, lanjut dia, kedua KA jumlah penumpangnya tidak terlampau banyak atau hanya sekitar 60 persen itu tetap beroperasi di jalur.
"Okupansi KA Ciremai Ekspres memang tidak terlalu besar, namun stabil di kisaran 60 persen," ujar Zunerfin.
Terkait dibukanya Tol Cipali terhubung ke Tol Cipularang, diperkirakan membuat arus lalu lintas darat, khususnya jalan tol dari Bandung ke Cirebon, meningkat. Termasuk bakal munculnya rute-rute angkutan travel menggunakan rute Tol Cipali, kemungkinan dalam beberapa bulan ke depan akan menjadi pilihan para penumpang angkutan umum.
"Saya kira segmennya akan beda. Meski demikian kami akan melakukan antisipasi melalui beberapa program. Kami akan menyiapkan programnya untuk tetap memberikan pelayanan kepada penumpang KA itu," ucap Zunerfin.
Dari ukuran waktu tempuh, memang rute Bandung-Cirebon via Tol Cipali bakal dilalui lebih cepat sehingga akan menjadi pilihan penumpang. Selain itu akan terjadi pengalihan arus lalu lintas biasa menggunakan jalur Bandung-Sumedang-Majalengka-Cirebon ke jalur Tol Cipali.
"Sejauh ini operasional KA Ciremai masih normal, dan diharapkan tetap memiliki segmen pasar," tambah Zunerfin.
Padahal, PT KAI memiliki pengalaman buruk anjloknya jumlah penumpang KA Parahyangan rute Bandung- Jakarta (Gambir), saat dibukanya Tol Cipularang pada 2005. Padahal saat itu kereta di jalur itu sedang ramai-ramainya.
Korban berjatuhan di tengah Cipali
Sejak diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pertengahan Juni lalu, 30 kecelakaan terjadi di Tol Cikopo-Palimanan (Cipali). Bahkan tol terpanjang di Indonesia itu sudah merengut 2 nyawa.
Banyak faktor yang menyebabkan kecelakaan itu terjadi. Bisa dari faktor manusia itu sendiri (human error), kendaraannya, dan faktor jalan.
"Sudah 30 kejadian kecelakaan di Tol Cipali sejak diresmikan ya," kata Kapolda Jabar Irjen Pol Moechgiyarto di Kantor DPRD Jabar, Bandung, Selasa (23/6). Kecelakaan yang cukup menonjol terjadi di km 94 yang menelan dua korban jiwa di hari yang bersamaan.
Dia mengaku, sudah meninjau langsung ke lokasi untuk melihat kondisi tol sepanjang 116 kilometer itu. Jenderal polisi bintang dua itu tak menampik jika beberapa rambu penunjang belum terpasang.
"Saya kemarin sudah cek ke Cipali. Persis di km 94 memang ternyata ada reflektor yang belum terpasang dan saya sudah sampaikan langsung pada pengelola jalan," ungkapnya.
Namun yang menjadi perhatiannya bukan hanya di kilometer 94 saja. "Kecelakaan ini menyebar di beberapa titik, ada yang di 114 (kilometer) jadi tidak terpusat di satu titik," katanya.
Kapolda mengimbau, untuk berhati-hati pada pengendara tol. Tol Cipali memang memiliki jalan mulus dan lurus yang panjang. Banyak pengendara terlena dan tak jarang kelelahan.
"Untuk human error (bisa jadi). Karena jalan mulus sekali dan panjang. Mau minggirkan susah. Nah rest area ini diusahakan H-7 sudah selesai," terangnya.
Moechgiyarto menilai kecelakaan disebabkan faktor manusia itu sendiri.
"Kalau kita analisis itu penyebabnya dari human error," ucap Moechgiyarto.
Jalan yang mulus juga menyebabkan orang terlena untuk melaju kencang. "Itukan jalannya mulus, bagus sehingga manusia yang mengendarainya suka ngantuk dan lainnya," ungkapnya.
Jumlah rambu yang terpasang di tol Cipali juga lanjut dia, sudah memadai. Namun dia melihat rambut peringatan agar pengendara bisa lebih berhati-hati saat menggunakan jalan.
"Kalau rambu sudah cukup. Kita akan survei kembali di mana yang kurang, kita akan minta PU atau Bina marga untuk menambah," katanya.
Terlebih musim mudik akan segera tiba sehingga papan peringatan harus segera terpasang. Hal yang kurang juga lanjut dia, yakni kurangnya rest area.
"Emang bisa saja kecelakaan itu karena kurang rest area tapi nanti kita buat alternatif untuk tempat istirahat. Aturannya itu 1 jam mengemudi harus turunin jendela oksigen masuk, lalu istirahat," ungkapnya.
Gubernur Jabar Ahmad Heryawan menyebut dari segi sarana pelengkap dan infrastruktur, tol terpanjang di Indonesia itu sudah layak.
"Saya mendengar dari (rambu-rambu) saja sudah lengkap kok. Enggak mungkin pengoperasian terjadi tanpa rambu lengkap. Itu pemahaman kita," kata pria yang akrab disapa Aher di Gedung Sate Bandung, Senin (22/6).
Dia mengaku akan mengevaluasi secara menyeluruh terkait Tol Cipali yang membentang hingga 116 kilometer tersebut. Banyak faktor yang menyebabkan kecelakaan terjadi.
"Bisa dari kendaraannya, pengendara, dan lainnya," ungkapnya. Aher memprediksi kecelakaan yang terjadi di Tol Cipali bisa disebabkan human error atau faktor manusia itu sendiri.
"Atau jangan-jangan human error-kan. Jalannya enak banget kemudian kelelahan," jelasnya.
Upaya membenahi tol Cipali menurutnya sudah dikoordinasikan dengan pihak terkait salah satunya Dishub Jabar. Apalagi musim mudik lebaran tak lama lagi bakal berlangsung. "Ketika ada yang kurang pas tentu akan ada langkah-langkah yang dilakukan," ungkapnya.
Tapi dia meyakini musim mudik di Tol Cipali akan bisa terminimalisir. "Ketika mudik, pantauan dan analisa kita kalau mudik banyak mobil sehingga akan terkendali. (mobil) Sekarang tidak akan kencang banget," katanya.