Di Bekasi daging sapi hilang sejak Sabtu, di Solo sepi pembeli
Di Pasar Baru Bekasi, lapak pedagang daging sapi terlihat kosong melompong. Tak ada satu pun pedagang yang jual daging.
Para pengusaha pemotongan hewan sapi dan pedagang daging sapi di Kota Bekasi mogok. Akibatnya, sejak Sabtu malam lalu tak ada daging sapi di wilayah setempat yang dijual.
Berdasarkan pantauan merdeka.com di Pasar Baru Bekasi, lapak-lapak pedagang daging sapi terlihat kosong melompong. Tak ada satu pun pedagang yang menjual daging sapi.
Hal yang sama juga terlihat di Pasar Jatiasih dan Kranji. Di dua pasar itu juga tak tampak pedagang daging sapi berjualan. Lapak-lapaknya terlihat kosong, karena tak ada pasokan dari RPH setempat.
Sementara itu, di RPH Kota Bekasi, Jalan Perjuangan, tak ada aktivitas pemotongan hewan sapi sejak Sabtu lalu. Para pegawai di RPH tersebut tampak menganggur di rumah di sekitar lokasi pemotongan. "Sudah dua hari menganggur, karena ada mogok pemotongan," kata Erwin saat ditemui, Senin (10/8).
Dia mengatakan, setiap hari RPH itu mampu memotong 30 sapi. Daging-dagingnya didistribusikan ke sejumlah pasar tradisional di daerah Bekasi dan Jakarta. "Mulai aktif kembali Rabu malam. Untuk saat ini stop dulu pemotongan," katanya.
Erwin mengatakan, bila nekat memotong sapi, dikhawatirkan akan disweeping oleh APPHI. Soalnya, mogok tersebut sudah sesuai kesepakatan pada 4 Agustus lalu. Hal in dampak dari pengurangan kuota sampi impor yang membuat harga daging sapi melonjak tajam.
Sementara itu, di Solo harga daging sapi juga tak juga turun semenjak Lebaran lalu. Meski tak semahal di ibu kota, namun kondisi tersebut berimbas di sejumlah pasar tradisional Solo. Akibatnya banyak pedagang yang mengeluh akibat sepinya pembeli.
Di Pasar Gede, Solo misalnya, pada Lebaran lalu harga daging yang awalnya hanya Rp 96 ribu per kilogram, naik menjadi Rp 102 ribu. Harga tersebut hingga saat ini belum mengalami penurunan. Meski tetap berjualan, para pedagang hanya bisa pasrah. Mereka hanya menyediakan daging untuk para pelanggannya tetap saja.
"Kami tetap berjualan, meski hanya menyediakan untuk pelanggan. Kalau pembeli dari masyarakat hanya satu dua saja yang datang," ujar Sudiati Roso, salah satu pedagang yang ditemui wartawan, Senin (10/8).
Dia menjelaskan, meski ada penurunan, namun hanya pada kisaran Rp 2 ribu. Hal tersebut tak mempengaruhi jumlah pembeli yang datang. Para pedagang, lanjut dia, juga resah dengan harga daging di Jakarta yang mencapai Rp 140 ribu.
"Kami takut kalau harga daging di Solo akan seperti Jakarta. Kami minta pemerintah turun tangan, kalau perlu impor sapi, biar harga daging terkendali," ucapnya.