Dibujuk hingga di SMS polisi, orangtua Maulana ogah diajak damai
Keluarga juga didekati pengacara agar mau berdamai dengan polisi.
Ibu Maulana Rusadi, Sumartin, beberapa kali mendapat telepon dari polisi untuk membujuknya berdamai dalam kasus kematian Maulana yang diduga dianiaya polisi. Saat tahu kalau telepon tersebut dari anggota polisi yang bernama Muji, dia kemudian mematikan telepon.
"Pas saya matikan kemudian dia SMS. Saya sudah hapus SMS-nya, tapi intinya seperti ini bilang 'Bu, kalau ibu mau mengikuti saya damai saja. Kalau damai, semua biaya akan saya ganti semuanya. Kalau mau otopsi, biaya ibu sendiri. Otopsi itu harus ditunggui, apa tega lihat anak dibedah-bedah?' Begitu SMS-nya," bebernya pada wartawan saat mendatangi JPW (Jogja Police Watch) untuk meminta pendampingan, Rabu (4/2).
Selain dari polisi, bujukan damai juga datang dari seorang pengacara yang bernama Budi Harsono. Sumartin mengaku, pengacara tersebut berkali-kali mendekatinya supaya damai dengan syarat meminta ganti sebesar Rp 300 juta. Mendengar perkataan pengacara tersebut, dia justru merasa geram dengan pengacara tersebut.
"Nyawa anak saya kok dihargai Rp 300 juta, saya tersinggung. Nggak punya perasaan. Itu pengacara tadinya membela kami, tapi setelah ngobrol-ngobrol sama polisi dia jadinya malah mendorong untuk damai. Saya tetep nggak mau," tegasnya.
Sikapnya untuk tetap mengusut kasus ini semakin menggebu ketika mendengar cerita dari teman Maulana yang juga ikut ditangkap Polisi. Saat itu teman Maulana diam-diam menyelinap ke kamar mandi RSUD Kota Yogya untuk menemui Sumartin.
"Anaknya SMS saya, mau ketemu cerita yang sebenarnya. Karena banyak polisi di rumah sakit akhirnya ketemu di kamar mandi rumah sakit," ujarnya.
Dia kaget ketika teman Maulana mengatakan bahwa Maulana tidak lompat dari mobil tetapi dipukuli dengan benda keras yang diduga terbuat dari besi.
"Anakmu nggak jatuh, tapi dipolo (dipukul) polisi. Diikat ditutup matanya pakai kaos, dikepruk pakai besi, disuruh ngaku kalau ngejambret," katanya menirukan ucapan teman Maulana yang sengaja disembunyikan identitasnya demi keamanan.
Begitu mendengar cerita itu Sumartin pun lemas. Dia tidak bisa membayangkan jeritan minta ampun anaknya saat dianiaya polisi.
"Katanya sampai jerit-jerit minta ampun, saya nggak tega," tuturnya.
Diberitakan sebelumnya Maulana meninggal dunia di RSUD Kota Yogyakarta pada Minggu (1/2) lalu. Dia diduga dianiaya polisi pada 23 Januari lalu karena dituduh melakukan penjambretan.