Denny JA samakan diri dengan Winston Churchill
"Pro dan kontra justru menumbuhkan dan memperkaya peradaban," kata Denny.
Denny JA menjadi sasaran kritik lantaran dirinya dinobatkan menjadi salah satu dari 33 tokoh sastra paling berpengaruh di Indonesia versi Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin . Lalu apa tanggapan pria yang lebih dikenal dengan konsultan politik itu?
Lewat forum diskusi di situs perpustakaan online miliknya, Denny mengatakan, penghargaan sastra diberikan kepada tokoh yang bukan sastra bukanlah hal yang baru.
"Di tahun 1953, nobel sastra diberikan kepada Sir Winston Churchill. Ia adalah politisi dan negarawan yang sama sekali tak pernah dikenal di dunia sastra," tulis Denny belum lama ini.
Berikut adalah respons lengkap Denny JA atas kritik:
Menjadi Tokoh Sastra Berpengaruh
Denny JA
Siapakah 33 sosok sastra paling berpengaruh di Indonesia sejak 1900? Siapapun yang terpilih pasti menimbulkan polemik. Begitu banyak sastrawan yang berdedikasi tinggi dengan kualitas yang baik. Memilih 33 dari puluhan atau mungkin ratusan selalu mengandung resiko. Apalagi jika ikut terpilih adalah Denny JA (saya sendiri), tokoh yang hanya menulis satu buku puisi esai: Atas Nama Cinta (2012).
Akan halnya penghargaan sastra diberikan kepada tokoh yang bukan sastra, tentu itu bukan hal baru. Di tahun 1953, nobel sastra diberikan kepada Sir Winston Churchill. Ia adalah politisi dan negarawan yang sama sekali tak pernah dikenal di dunia sastra. Satu satunya karya non-fiksi yang pernah ia buat adalah sebuah novel dengan kualitas biasa: Savrola (1900)
Churchill mendapatkan nobel sastra memang bukan karena karya sastranya. Tapi sumbangannya kepada gaya penulisan yang sastrawi. Churchill banyak sekali menuliskan sejenis reportase mendalam kisah pengalamannya dalam perang dunia. Ia membuat empat volume The World Crisis (1923-29); enam volume memoirs of the Second World War (1948-1953/54). Setelah pensiun, ia juga menulis empat volume History of the English-speaking Peoples ( 1956-58). Gaya penulisannya, terutama orasi pidatonya, sangat puitik dan membela rasa kemanusian zamannya. Sejak era Churchill, penghargaan sastra kepada tokoh yang bukan sastra adalah hal yang lazim saja.
Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin menyadari kontroversi yang mungkin lahir dari kerja besarnya. Sengaja mereka membuatkan pertanggung jawaban akademik dalam buku setebal lebih dari 700 halaman untuk menjelaskan mengapa tokoh ini yang dipilih? Mengapa tidak tokoh itu? Juga dipapaparkan biografi gagasan dari tokoh yang terpilih.
Juri dipilih dari kalangan yang memiliki kompetensi tinggi dalam sastra berjumlah delapan orang. Mereka mewakili akademisi dan praktisi sastra, dari wilayah yang beragam, bahkan juga pengajar sastra di negara lain. Di dalam team juri itu, antara lain Maman S Mahayana, Jamal D Rahman, Agus R Sarjono dan Berthold D, seorang pengajar sastra Indonesia di Jerman dan berkebangsaan Jerman.
Akan halnya terpilih dewa sastra dalam list 33 sosok itu tentu hal yang lazim: Chairil Anwar, Rendra, Pramudya Ananta Toer, Sutan Takdir Alisjahbana, Sutardji Calzoum Bachri, HB Jassin , Goenawan Mohammad. Walau dengan catatan, tak semua terpilih karena karyanya yang cemerlang. Sebagian terpilih lebih karena kiprahnya, gagasan budayanya, dan kegiatannya dalam memajukan sastra.
Kontroversi bertambah karena terpilihnya Denny JA dalam list 33 sosok sastra berpengaruh itu. Apa juntrungannya? Team juri menjelaskan bahwa Denny JA terpilih karena membawa tradisi baru penulisan puisi, dalam sebuah genre yang ia sebut puisi esai. Ini puisi yang panjang dan berbabak, menggabungkan puisi dan esai. Tak lupa pula ada catatan kaki dalam puisi itu yang massif sebagaimana makalah ilmiah.
Team 8 menyebut gaya penulisan puisi seperti ini adalah hal baru. Terlebih lagi puisi esai melahirkan generasi buku puisi yang massif. Sudah terbit 10 buku puisi esai yang ditulis oleh lebih 30 penyair dari Aceh hingga Papua. Di tahun 2014, akan terbit 10 buku puisi esai lagi. Naskah puisi esai Denny JA sudah pula dibuatkan lima film pendek oleh Hanung Bramantyo. Dikemas pula aneka video pembacaan puisi esai secara teaterikal oleh Putu Widjaya.
Bagaimana saya merespon pilihan team juri? Tentu saya berterima kasih atas penghargaan itu. Namun memang saya bukanlah sastrawan dalam pengertian konvensional. Saya juga seorang aktivis, peneliti, konsultan politik, juga pengusaha. Saya menggunakan puisi karena memang penyebaran gagasan Indonesia Tanpa Diskriminasi saya anggap lebih merasuk jika dikampanyekan lewat aneka karya budaya. Tapi bentuk puisi yang ada tak memenuhi keperluan saya. Sayapun menciptakan sebuah puisi esai agar bisa menampung gagasan yang hendak dikampanyekan.
Saya lebih menganggap diri saya sebagai seorang “pejalan budaya.” Mungkin saya tak pernah menetap dan menjadi tuan rumah di satu wilayah budaya saja. Saya hanya datang berkunjung, belajar sesuatu di sana dan juga menyumbangkan sesuatu. Kini yang saya kunjungi adalah wilayah sastra. Saya belajar banyak dari sastra dan berikhtiar meninggalkan sesuatu juga di dunia sastra itu. Di era ini yang saya sumbangkan adalah puisi esai. Di lain waktu mungkin yang saya sumbangkan adalah novel atau film atau lagu atau teater. Dalam waktu dekat akan rampung pula lima novel esai saya.
Pada waktunya mungkin saya pergi lagi dari wilayah sastra, masuk ke wilayah lain. Mungkin saya akan berkelana ke dunia bisnis, dunia politik praktis ataupun dunia spiritual. Dan terus saya berjalan sampai berakhir liang kubur. Saya membayangkan diri saya sejenis Marco Polo tapi untuk dunia gagasan. Marco Polo datang dan pergi ke sebuah wilayah geografis. Umumnya di setiap wilayah yang ia tinggal, ia belajar dan meninggalkan sesuatu di sana. Sedangkan wilayah yang saya kunjungi bukan wilayah geografis tapi dunia gagasan dan budaya.
Apapun, buku 33 sosok sastra ini sangat positif. Team delapan dan PDS HB Jassin tampil dengan argumen dan pertanggung jawaban akademik setebal tujuh ratus halaman lebih. Yang tidak setuju silahkan membuat riset dan publikasi tandingan. Pro dan kontra justru menumbuhkan dan memperkaya peradaban. Selamat!
Baca juga:
Benarkah Denny JA penggagas genre sastra baru 'puisi-esai'?
'33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh' dituding bayaran
Tim Juri lebih pilih Denny JA ketimbang Seno Gumira
Denny JA masuk 33 tokoh sastra paling berpengaruh
-
Kenapa Denny Chandra menjual aset-asetnya? "Itu mobil aku empat semua dijual-jualin tuh. Dari mulai SLK 2 pintu, ada Alphard, Caravelle, ada Teana. Itu satu-satu dijualin hanya untuk menyambung hidup," lanjut kang Denny.
-
Apa saja aset Denny Chandra yang dijualnya? "Itu mobil aku empat semua dijual-jualin tuh. Dari mulai SLK 2 pintu, ada Alphard, Caravelle, ada Teana. Itu satu-satu dijualin hanya untuk menyambung hidup," lanjut kang Denny.
-
Kapan Denny Caknan lahir? Denny Setiawan, yang lebih dikenal dengan nama panggung Denny Caknan, adalah seorang penyanyi dangdut terkemuka asal Ngawi. Ia lahir pada 10 Desember 1993.
-
Kapan survei LSI Denny JA dilakukan? Sebagai informasi, survei LSI Denny JA ini dilakukan mulai 26 Januari hingga 6 Februari 2024.
-
Siapa Dewi Rengganis? Legenda Dewi Rengganis penjaga Gunung Argopuro Diceritakan bahwa Dewi Rengganis, putri dari Kerajaan Majapahit, diasingkan ke puncak gunung bersama enam dayangnya.
-
Siapa Naja Dewi? Berikut adalah gambar Naja Dewi Maulana, anak tunggal Armand Maulana dan Dewi Gita.