Din Syamsuddin harap capres dan cawapres 2019 cerminkan kemajemukan RI
Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini menjelaskan kemajemukan selain dari hal profesi juga merujuk pada pertimbangan daerah.
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin berharap agar tokoh yang akan maju sebagai calon presiden dan calon wakil presiden (capres dan cawapres) di Pilpres 2019 bisa mencerminkan kemajemukan Indonesia. Din menilai kemajemukan ini diperlukan untuk menjawab tantangan global yang akan dihadapi Indonesia ke depannya.
"Saya kira ide tentang adanya duet capres-cawapres yang mencerminkan kemajemukan sedapat mungkin itu lebih bagus. Apa ulama, cendekiawan, petani, nelayan tidak menjadi persoalan," ujar Din di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Rabu (14/3).
-
Kapan Pemilu 2019 diadakan? Pemilu terakhir yang diselenggarakan di Indonesia adalah pemilu 2019. Pemilu 2019 adalah pemilu serentak yang dilakukan untuk memilih presiden dan wakil presiden, anggota DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Kota, dan DPD.
-
Siapa saja yang ikut dalam Pilpres 2019? Peserta Pilpres 2019 adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
-
Kapan PDIP menang di pemilu 2019? Partai pemenang pemilu 2019 adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan persentase 19.33% dari total suara sah yang diperoleh.
-
Kapan pemilu 2019 dilaksanakan? Pemilu 2019 merupakan pemilihan umum di Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 17 April 2019.
-
Dimana Prabowo Subianto kalah dalam Pilpres 2019? Namun sayang, Ia kalah dari pasangan Jokowi-Ma'aruf Amin.
-
Apa saja yang dipilih dalam Pemilu 2019? Pada tanggal 17 April 2019, Indonesia menyelenggarakan Pemilu Serentak yang merupakan pemilihan presiden, wakil presiden, anggota DPR, DPD, dan DPRD secara bersamaan.
Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini menjelaskan kemajemukan selain dari hal profesi juga merujuk pada pertimbangan daerah. Din mencontohkan paslon yang maju di Pilpres 2019 mendatang merupakan hasil perpaduan dari berbagai daerah.
"Seperti menyangkut space Jawa luar Jawa, menyangkut latar belakang, ini itu dan lain sebagainya. Tentu (capres ideal adalah) yang bisa mengatasi masalah bangsa ke depan," urai Din.
Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban ini menguraikan ke depan tantangan Indonesia akan semakin berat. Sehingga, kata Din, dibutuhkan sosok pemimpin yang bisa menyelesaikan persoalan bangsa dan pemimpin yang kuat.
Din menambahkan bahwa calon pemimpin Indonesia musti punya terobosan dan strategi untuk mengatasi permasalahan bangsa. Selain itu, sambung Din, dirinya juga menyarankan agar pemikiran-pemikiran tokoh bangsa yang masih relevan untuk menjawab permasalahan ke depan layak untuk kembali dikaji.
"Tantangannya semakin berat. Terutama pada era globalisasi dengan adanya pergeseran geopolitik, geo ekonomi dan geo budaya global, yang menjadikan kawasan Asia Timur di mana kita berada ini sebagai kawasan pertumbuhan. Gagasan tokoh-tokoh bangsa yang masih relevan kembali digali untuk memecahkan persoalan bangsa. Seperti 'Tri Sakti' Bung Karno itu masih relevan. Berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi dan berkepribadian secara budaya. Hanya saja hal ini belum bisa kita terapkan," tutup Din.
Baca juga:
Butuh langkah konkret agar melawan hoaks tak sebatas slogan
Wasekjen PDIP sebut keputusan cawapres Jokowi di tangan Megawati
Jelang Pilpres 2019, penyebaran hoaks dipastikan bertujuan politik
PKB ingin lebih mesra, duetkan Jokowi dan Cak Imin sebagai pemimpin zaman now
PDIP ingin cawapres Jokowi lulus kaderisasi partai politik dan dekat dengan rakyat