Dorong tenaga kerja berkualitas, Kemnaker fokuskan pelatihan vokasi
Data Kementerian Tenaga Kerja menyebutkan 60 persen angkatan kerja berlatar belakang pendidikan SD-SMP.
Pelatihan vokasi menjadi program utama Kementerian Tenaga Kerja untuk mendorong tenaga kerja yang semakin berkualitas sehingga bisa diserap pasar secara optimal sesuai dengan kebutuhan industri dalam negeri yang terus meningkat.
Pelatihan vokasi menjadi sangat penting untuk memberikan keterampilan tenaga kerja Indonesia yang notabene 60 persen dari total angkatan kerja nasional sebanyak 125 juta yang didominasi lulusan SD-SMP.
Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri menegaskan perlu koordinasi yang baik antar pemangku kepentingan agar pendidikan vokasi yang digulirkan pemerintah tidak saling tumpang tindih. Sehingga, bisa lebih fokus dalam menghasilkan tenaga kerja berkualitas.
Langkah peningkatan keterampilan lewat pendidikan vokasi, bakal mendorong masyarakat tidak terjebak pada pekerjaan informal tetapi bisa masuk pada pasar kerja atau industri padat karya yang memang mengharuskan persyaratan khusus.
"Jalur pendidikan formal seperti di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan pelatihan vokasi di luar pendidikan formal seperti di Balai Latihan Kerja (BLK) sama pentingnya. Oleh karena itu, keduanya tidak boleh saling salip dan harus berjalan beriringan untuk saling melengkapi," ujarnya.
Data Kementerian Tenaga Kerja menyebutkan 60 persen angkatan kerja berlatar belakang pendidikan SD-SMP. Kondisi ini akan mempersulit SDM anak bangsa ini memasuki dunia kerja.
"Sebab, jika mereka masuk SMK usia mereka sudah matang, sedangkan jika langsung terjun ke pasar kerja belum memiliki keterampilan, dan jika berkeinginan untuk wirausaha mandiri mereka belum memiliki kompetensi dan modal usaha," ujar Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri beberapa waktu lalu.
Menjawab persoalan itu, pihaknya terus mendorong adanya pelatihan vokasi. Di Indonesia pendidikan vokasi dan pelatihan vokasi berbeda. Wujud kokret dari pendidikan vokasi berupa SMK atau Politeknik perguruan tinggi yang menggunakan pendidikan formal sebagai jalurnya, sehingga ada batasan tertentu.
Sedangkan pelatihan vokasi berupa peningkatan kompetensi secara cepat di luar jalur pendidikan formal seperti di BLK. "Kalau yang kita genjot hanya pendidikan vokasi, artinya kita mendorong yang 60 persen ini harus masuk SMK, Politeknik, atau program Diploma," katanya.