Penting untuk Dideteksi Secara Tepat, YKI Tingkatkan Tenaga Terampil untuk Deteksi Dini
Deteksi dini kanker serviks terus diupayakan YKI dengan melakukan pelatihan tenaga terampil.
Yayasan Kanker Indonesia (YKI) terus berupaya meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan dalam mendeteksi kanker serviks secara dini. Pada tanggal 9-11 September 2024, YKI menyelenggarakan pelatihan bersertifikat deteksi dini kanker serviks melalui pemeriksaan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) kepada 35 tenaga kesehatan di Jakarta.
Pelatihan ini bertujuan untuk memperkuat kapasitas tenaga kesehatan dalam mengidentifikasi kasus kanker serviks sejak dini, sebagai bagian dari langkah strategis dalam menurunkan angka kejadian dan kematian akibat kanker serviks di Indonesia.
-
Kenapa penting untuk mendeteksi kanker kandung kemih sejak dini? Kanker kandung kemih dapat menjadi ancaman serius jika tidak terdeteksi sejak dini.
-
Bagaimana cara mencegah kanker serviks? Dengan begitu, setiap perempuan bisa mencegah, mengenali, mendeteksi diri, serta mengetahui sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk menghadapinya.
-
Apa itu kanker serviks? Ini merupakan penyakit organ reproduksi yang umumnya muncul pada leher rahim perempuan. Masalah kesehatan ini nyatanya bisa saja dialami oleh para perempuan dari berbagai usia. Namun, risiko tertingginya ada pada para perempuan yang aktif secara seksual.
-
Bagaimana cara mendeteksi dini kanker payudara? Selain faktor menyusui, Dr. Diani juga mengingatkan pentingnya deteksi dini melalui pemeriksaan rutin payudara, baik pada masa menyusui maupun setelahnya.
-
Mengapa deteksi dini kanker paru-paru penting? Salah satu alasan mengapa kanker paru-paru sangat mematikan adalah karena sering kali didiagnosis terlambat.
-
Bagaimana mencegah kanker? Ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk mencegah kanker, antara lain: Mengonsumsi makanan sehat.
Kanker serviks menempati urutan ketiga dengan jumlah kasus baru terbanyak di Indonesia. Berdasarkan data tahun 2022, terdapat 36.964 kasus baru dan 20.708 kematian yang disebabkan oleh kanker serviks. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2021), Indonesia menempati peringkat ke-8 di Asia Tenggara dalam hal kejadian kanker, sementara secara regional Asia berada di urutan ke-23. Angka kejadian kanker serviks di Indonesia mencapai 23,4 per 100.000 penduduk, dengan tingkat kematian mencapai 13,9 per 100.000 penduduk.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa sekitar 70 persen penderita kanker serviks baru datang ke fasilitas kesehatan ketika penyakit sudah mencapai stadium lanjut.
Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD-KHOM, FINASIM, FACP, menegaskan pentingnya deteksi dini untuk mengatasi hal ini.
"Deteksi kanker serviks harus terus digalakkan, dan Yayasan Kanker Indonesia sangat senang dapat memberikan pelatihan deteksi dini kanker serviks kepada 35 praktisi kesehatan, melalui metode pemeriksaan IVA, sebuah langkah strategis dalam merealisasikan pengurangan kejadian kanker serviks," ujarnya.
Metode IVA adalah pemeriksaan yang relatif sederhana dan dapat dilakukan dengan alat-alat dasar. Prosesnya melibatkan pengolesan cuka putih atau asam asetat ke leher rahim. Jika terdapat sel abnormal, area tersebut akan berubah warna menjadi putih.
"Skrining dengan tes IVA dapat dilakukan sekali datang, dan bila ditemukan hasil positif, tindakan lanjutan berupa pengobatan sederhana dengan krioterapi dapat dilakukan oleh tenaga medis yang telah terlatih," tambah Prof. Aru Sudoyo.
Pelatihan yang diselenggarakan YKI ini bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan melibatkan berbagai pihak seperti PT Solusi Transformasi Persada, Female Cancer Programme Jakarta, serta Ikatan Bidan Indonesia. Peserta pelatihan, yang terdiri dari dokter umum dan bidan, juga mendapatkan sertifikat berakreditasi B dari Kemenkes RI dan 15 Satuan Kredit Profesi (SKP).
Ketua Panitia Pelatihan, dr. Vinka Imelda dari YKI, menjelaskan bahwa pelatihan ini mencakup tiga hari dengan program pembelajaran terintegrasi. Hari pertama melibatkan pemaparan teori mengenai metode IVA, tes DNA HPV, dan pap smear. Pada hari kedua, peserta mengikuti workshop yang melibatkan praktik pengambilan sampel dan teknik krioterapi. Pada hari ketiga, peserta melakukan pemeriksaan langsung pada 100 perempuan di Rusun Benhil 2, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
“Pemeriksaan langsung pada hari ketiga dilaksanakan pada 100 perempuan dengan rentang usia 25-65 tahun, dan praktisi kesehatan yang mengikuti pelatihan dapat langsung menerapkan ilmu dan pengalaman yang diperoleh. Ini sekaligus meningkatkan cakupan pelayanan IVA untuk skrining kanker serviks, terutama di DKI Jakarta,” ujar dr. Vinka Imelda. Setelah pemeriksaan selesai, peserta berdiskusi mengenai temuan kasus di bawah bimbingan Prof. DR. dr. Laila Nuranna, Sp.OG(K), Onk., dari Bidang Pendidikan dan Penyuluhan YKI.
Apabila hasil pemeriksaan IVA positif dan terdeteksi peradangan, pasien akan disarankan menjalani krioterapi untuk mencegah perkembangan sel kanker.
"YKI mengucapkan terima kasih atas partisipasi lebih dari 100 peserta deteksi dini kanker serviks. Pelaksanaan deteksi dini ini terlaksana berkat dukungan berbagai pihak, termasuk PARAGON Technology, Wardah, Pemda DKI Jakarta, serta berbagai komunitas," tutup dr. Vinka Imelda.