Mengenal AlteVIA Karya Mahasiswi Unair, Deteksi Dini Kanker Serviks Pakai AI Perbesar Peluang Sembuh 100 Persen
Alat deteksi dini kanker serviks pakai AI ini jadi kabar bahagia bagi perempuan.
Inovasi ini jadi kabar bahagia bagi perempuan
Mengenal AlteVIA Karya Mahasiswi Unair, Alat Deteksi Dini Kanker Serviks Pakai AI
Tiga mahasiswi Unair menciptakan alat bantu skrining deteksi kanker serviks berbasis kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) bernama AlteVIA.
AlteVIA adalah AI pendeteksi lesi Acetowhite (citra tanda gejala kanker pada mulut rahim/serviks).
Pencipta AlteVIA adalah Nabilah Sabilillah mahasiswa Profesi Bidan 2023, serta Dwita Rahmadini Hendri dan Khairun Nisa yang merupakan mahasiswa Teknik Biomedis 2019.
Ketiga mahasiswi Unair itu mengkombinasikan hardware berupa probe (tabung berkamera mini) yang nyaman sebagai alternatif spekulum (alat logam yang biasa digunakan untuk membuka organ vagina dan melihat citra mulut rahim). (Foto: Freepik)
-
Bagaimana AI membantu deteksi kanker? Dalam kanker payudara, AI memungkinkan mamogram untuk ditinjau 30 kali lebih cepat dengan akurasi hampir 100%, mengurangi kebutuhan akan biopsi.
-
Siapa yang teliti pengobatan kanker serviks? 'Kami berharap dengan adanya penelitian ini dapat memperluas alternatif pengobatan pada kanker serviks menggunakan bahan yang ramah lingkungan dan minim efek samping,' kata Aditya Latiful Aziz, ketua tim mahasiswa.
-
Apa itu kanker serviks? Ini merupakan penyakit organ reproduksi yang umumnya muncul pada leher rahim perempuan. Masalah kesehatan ini nyatanya bisa saja dialami oleh para perempuan dari berbagai usia. Namun, risiko tertingginya ada pada para perempuan yang aktif secara seksual.
-
Bagaimana cara deteksi dini kanker serviks? Metode IVA adalah pemeriksaan yang relatif sederhana dan dapat dilakukan dengan alat-alat dasar. Prosesnya melibatkan pengolesan cuka putih atau asam asetat ke leher rahim. Jika terdapat sel abnormal, area tersebut akan berubah warna menjadi putih.
-
Apa pengobatan kanker serviks alternatifnya? Lebih lanjut, Aditya mengatakan bahwa kombinasi biji salak dan kulit jeruk pamelo berpotensi menjadi pengobatan altiernatif kanker serviks dengan efek samping yang kecil.
-
Apa yang dilakukan teknologi AI? Mengutip DailyMail, Jumat (6/9), dokumen ini menunjukkan bahwa perusahaan seperti Facebook, Google, dan Amazon mungkin menggunakan teknologi ini untuk menargetkan iklan kepada konsumen. Menurut presentasi yang bocor ini, perangkat lunak tersebut mampu menangkap data niat konsumen secara real-time dan mencocokkannya dengan data perilaku untuk membuat iklan yang lebih relevan.
Penciptaan AlteVIA dilatarbelakangi tingginya jumlah kematian akibat kanker serviks di Indonesia. Di mana salah satu penyebabnya yakni kurang rutinnya pemeriksaan berulang. Alasannya karena tidak nyaman dengan prosedur pemeriksaan menggunakan spekulum. (Foto: Freepik)
Selain spekulum, skrining kanker serviks dilakukan melalui tes IVA (menginspeksi mulut rahim dengan mata telanjang selepas olesan asam asetat). Tim Unair berpendapat, tes IVA ini memiliki subjektivitas tinggi yang bergantung pada kompetensi pemeriksa. Padahal, kompetensi pemeriksa tidak merata di Indonesia. (Foto: Freepik)
“Perjalanan sejak masa pra-kanker hingga menjadi kanker membutuhkan waktu tahunan. Bila terdeteksi sejak dini, kemudian langsung tindakan pengobatan. Maka jaringan mulut rahim pasien, kemungkinan besar dapat sembuh 100 persen seperti semula"
Nabilah Sabilillah, pencipta AlteVIA
Penghargaan
Inovasi AlteVIA meraih gold medal pada ajang Indonesia International IoT Olympiad (I3O) 2023 . Kompetisi tersebut diselenggarakan oleh Ikatan Ilmuwan Muda Indonesia (IYSA) dan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Indonesia. Acara ini mempertemukan inovator dari seluruh dunia untuk bersaing.
Ketiga mahasiswi unair pencipta AI pendeteksi dini kanker rahim bersaing dengan peserta dari 13 negara, yaitu Vietnam, Thailand, Iran, Filipina, Malaysia, Afrika Selatan, Turki, Indonesia, Meksiko, Bangladesh, Timor Leste, Uni Emirat Arab and Azerbaijan. Penghargaan yang mereka raih tentu tak hanya membanggakan Unair tetapi juga seluruh masyarakat Indonesia. (Foto: Freepik)
Tujuan Belajar
Sabil, ketua tim Unair pencipta AlteVIA mengungkap motivasinya belajar, dikutip dari liputan6.com. Ia dan kedua rekannya memilih fokus pada masalah yang perlu diatasi. Menurutnya, sesulit apapun belajar teori, akan sia-sia jika tidak ada praktiknya
“Belajarlah untuk peka dengan masalah sekitar kemudian amalkan dan cari solusinya. Kalau kesulitan, jangan sungkan berkolaborasi dengan rekan yang berbeda background. Lewat tiga hal itu saja sudah bisa dapat ide inovasi"
Nabilah Sabilillah, ketua tim AlteVIA