Melihat Inovasi UGM dalam Menciptakan Obat Anti Kanker, dari Kulit Jeruk hingga Bisa Ular
Sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi, UGM tak pernah berhenti berinovasi. Salah satu inovasi yang dilakukan adalah di bidang penanganan penyakit kanker
Sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi, Universitas Gadjah Mada tak pernah berhenti berinovasi. Salah satu inovasi yang dilakukan UGM adalah di bidang penanganan penyakit kanker.
Seperti dilansir dari ANTARA pada Jumat (13/9), tim mahasiswa UGM meneliti kombinasi ekstrak biji salak pondok dan kulit jeruk pamelo sebagai obat alternatif herbal bagi penderita kanker serviks.
-
Kapan pengobatan kanker berkembang? Dalam beberapa dekade terakhir, pengobatan kanker payudara telah berkembang pesat.
-
Apa saja manfaat tanaman antikanker bagi tubuh? Pemanfaatan tanaman sebagai bahan obat telah menjadi bagian integral dari berbagai tradisi pengobatan di seluruh dunia. Beberapa tanaman memiliki kandungan yang dapat melawan atau menghambat pertumbuhan sel kanker.
-
Bagaimana cara mengatasi kanker ginjal? Penanganan untuk kanker ginjal yang diberikan oleh dokter akan disesuaikan dengan ukuran, letak, stadium kanker, dan kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan.
-
Bagaimana daun beluntas dapat menjadi senjata melawan kanker? Kandungan antioksidan dalam daun beluntas tidak hanya berperan dalam mencegah radikal bebas, tetapi juga dapat melindungi dari risiko kanker, termasuk kanker rahim dan serviks.
-
Bagaimana cara meningkatkan akses pengobatan kanker? Artinya, pihak Kemkes dengan seluruh jajarannya harus bisa menyelesaikan berbagai persoalan yang berujung pada terlambatnya layanan pengobatan kanker.
-
Kenapa sirsak disebut obat anti kanker? Dalam studi laboratorium, ekstrak sirsak yang kaya akan antioksidan terbukti mampu membunuh berbagai jenis sel kanker, termasuk sel kanker hati dan payudara yang resisten terhadap beberapa jenis kemoterapi.
“Kami berharap dengan adanya penelitian ini dapat memperluas alternatif pengobatan pada kanker serviks menggunakan bahan yang ramah lingkungan dan minim efek samping,” kata Aditya Latiful Aziz, ketua tim mahasiswa.
Berikut selengkapnya:
Biji Salak Pondok untuk Terapi Kanker Serviks
Aditya mengatakan bahwa biji salak pondok mengandung senyawa polifenol, alkaloid, dan terpenoid yang berpotensi memiliki aktivitas antioksidan. Sementara itu, pada kulit jeruk pamelo ditemukan senyawa flavonoid dan likopen yang berpotensi memiliki sifat sitotoksik pada sel kanker.
Lebih lanjut, Aditya mengatakan bahwa kombinasi biji salak dan kulit jeruk pamelo berpotensi menjadi pengobatan altiernatif kanker serviks dengan efek samping yang kecil. Sebagai pembuktian, Aditya beserta anggota timnya yang lain melakukan beberapa tahapan uji coba yaitu skrining profil fitokimia, uji in silico, uji aktivitas antiinflamasi, uji sitotoksisitas dan uji antiproliferasi dengan MTT assay, uji penghambatan migrasi sel HeLa, serta uji apoptosis.
Berdasarkan hasil penelitian selama empat bulan, terbukti kombinasi ekstrak biji salak pondoh dan kulit jeruk pamelo memiliki aktivitas anti inflamasi, menghambat migrasi sel HeLa, dan mampu memicu apoptosis pada sel kanker serviks.
Kombinasi Kunyit dan Graphene untuk Obat Kanker Payudara
Sebelumnya, pada Juli 2024 lalu sekelompok mahasiswa UGM berhasil mengembangkan obat kanker payudara menggunakan bahan herbal kunyit dan graphene. Selama ini, kunyit memang dikenal memiliki kandungan efektif sebagai zat anti kanker. Namun kandungan zat dalam kunyit itu belum bisa maksimal membunuh sel kanker di tubuh dengan tepat. Oleh karena itu, perlu ada penggunaan Graphene serta turunannya, yang memungkinkan kandungan yang dibawa dalam satuan nanopartikel lebih banyak dibanding dengan material lainnya.
Salah satu anggota tim, Gabriella Kanya Sapto Putri, mengatakan bahwa Graphene adalah nanobased material dua dimensi yang memiliki kekuatan hingga 200 kali lipat lebih kuat dari pada baja. Sementara itu selama ini kemoterapi oral sebagai salah satu metode pengobatan kanker memerlukan drug delivery system yang kuat untuk meningkatkan efektivitas dan menurunkan efek samping.
“Oleh karena itu, graphene digadang-gadang sebagai drug delivery system baru untuk merevolusi kemoterapi secara oral,” lanjut anggota tim lainnya, Muhammad Nino Irwana, seperti dikutip dari Ugm.ac.id.
Peptida Anti Kanker dari Bisa Ular Tanah
Dikutip dari Brin.go.id, salah satu sumber penemuan obat baru untuk peptide anti kanker yang menjanjikan adalah racun hewan seperti bisa ular. Dekan FMIPA UGM, Kuwat Triyana mengatakan bahwa bisa ular mengandung campuran berbagai jenis protein dan peptida yang dilaporkan berpotensi memiliki aktivitas biologis berupa anti kanker, agen trombolitik, antimikroba, antivirus, dan anti parasit. Salah satu bisa ular yang dapat digunakan adalah bisa ular tanah yang banyak ditemukan pada berbagai daerah di Indonesia.
Hingga kini penelitian dalam rangka penyiapan peptide yang berasal dari turunan ular dan karakteristiknya terus dilakukan. Diharapkan kerja kolaborasi antara FMIPA UGM dengan Badan Riset dan Inovasi Negara (BRIN) itu bisa menghasilkan kandidat obat baru untuk penderita kanker.
“Sejauh ini sudah ada 10 kandidat peptida yang cukup potensial sebagai obat antikanker dari lapangan yang kami ambil, namun bukti aktivitas uji in vitro masih terbatas. Dari 10 kandidat, baru empat yang sudah kami kirim ke BRIN” papar Respati Tri Swasono, Peneliti dan Dosen Kimia FMIPA UGM.