Penelitian Terbaru WHO Ungkap Bahwa Penggunaan Smartphone Bukanlah Penyebab Kanker Otak
Selama ini, penggunaan smartphone kerap dianggap bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Penelitian terbaru WHO ungkap dampaknya terhadap otak.
Sebuah penelitian sistematis terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Environment International mengungkapkan bahwa penggunaan smartphone tidak terkait dengan risiko kanker otak. Penelitian ini, yang dilakukan atas permintaan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menjadi titik terang bagi kekhawatiran yang telah lama ada di kalangan masyarakat terkait potensi bahaya gelombang radio yang dipancarkan oleh smartphone.
Selama bertahun-tahun, masyarakat khawatir bahwa gelombang radio yang dipancarkan oleh smartphone—jenis radiasi non-ionisasi—dapat memicu kanker otak. Kekhawatiran ini muncul karena cara penggunaan smartphone yang sering kali diletakkan dekat dengan kepala. Namun, hasil penelitian terbaru ini memperkuat konsensus ilmiah yang telah ada bahwa tidak ada kaitan antara gelombang radio dari smartphone dengan kanker otak atau gangguan kesehatan lainnya.
-
Bagaimana smartphone memengaruhi fungsi otak? Melihat ponsel segera setelah bangun tidur menghambat fungsi kognitif. Otak yang seharusnya bangun secara alami jadi terganggu dengan informasi yang masuk begitu cepat.
-
Kenapa sering pakai ponsel bahaya buat otak? Penelitian telah menunjukkan bahwa penggunaan ponsel yang berlebihan dapat meningkatkan risiko kanker otak dan acoustic neuroma (sejenis tumor otak yang bisa menyebabkan tuli).
-
Apa dampak adiksi smartphone ke tubuh? 'Dalam aspek kognitif jadi mudah lupa, istilahnya tidak konsentrasi begitu lah ya. Terus secara fisik, dia bisa obesitas,' jelasnya dilansir dari Antara.
-
Apa yang dikatakan National Cancer Institute tentang penggunaan bluetooth dan kanker? Namun, National Cancer Institute menyatakan bahwa 'tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan adanya hubungan yang jelas antara penggunaan perangkat nirkabel dan kanker atau penyakit lainnya.'
-
Bagaimana radiasi bluetooth dapat mempengaruhi risiko kanker? Ada dua jenis radiasi, yaitu non-ionizing dan ionizing. Radiasi non-ionizing memiliki energi yang cukup untuk memindahkan atom, tetapi tidak mampu melepaskan elektron dari atom tersebut. Di sisi lain, radiasi ionizing memiliki kemampuan untuk melakukan kedua hal tersebut.
-
Bagaimana smartphone memengaruhi bentuk tengkorak? Secara mengejutkan, tanduk hingga sepanjang 30 milimeter mulai muncul di kepala masyarakat saat ini. Benjolan yang muncul pada bagian bawah tengkorak dan sedikit di atas leher ini sangat langka pada 100 tahun lalu. Hal aneh ini muncul karena penggunaan smartphone, yang biasanya membuat orang menunduk dan bahkan jika diakumulasi bisa sampai empat jam dalam sehari. Hal ini membuat leher bekerja lebih keras dan tubuh meresponsnya.
Salah satu alasan utama yang memperkuat kekhawatiran tersebut adalah klasifikasi yang dilakukan oleh International Agency for Research on Cancer (IARC) pada tahun 2011, yang menyebutkan bahwa paparan gelombang radio mungkin bersifat karsinogenik bagi manusia.
"Namun, klasifikasi ini didasarkan pada bukti terbatas dari studi observasional pada manusia," kata para peneliti dilansir dari The Conversation.
Studi observasional memang merupakan alat terbaik untuk menyelidiki dampak kesehatan jangka panjang pada manusia, tetapi hasilnya sering kali dipengaruhi oleh bias. Misalnya, dalam penelitian INTERPHONE, beberapa partisipan dengan kanker otak melaporkan bahwa mereka menggunakan smartphone lebih sering daripada yang sebenarnya mereka lakukan.
Penelitian sistematis terbaru ini menggunakan data yang jauh lebih besar dan komprehensif dibandingkan dengan yang dianalisis oleh IARC pada tahun 2011. Melibatkan lebih dari 5.000 studi, termasuk 63 studi yang dilakukan antara tahun 1994 dan 2022, penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara penggunaan smartphone dan risiko kanker otak, termasuk kanker kepala dan leher lainnya.
Temuan ini sangat penting karena seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat, penggunaan teknologi nirkabel telah meningkat drastis dalam beberapa dekade terakhir. Namun, tidak ada peningkatan signifikan dalam insiden kanker otak yang tercatat. Hasil penelitian ini memberikan kepastian bahwa batasan keselamatan nasional dan internasional yang telah ditetapkan tetap melindungi kesehatan masyarakat.
Meskipun hasil ini sangat meyakinkan, para ilmuwan menekankan pentingnya melanjutkan penelitian di bidang ini. Teknologi terus berkembang dengan cepat, dan penggunaan gelombang radio dalam berbagai frekuensi yang berbeda juga semakin meningkat. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa paparan gelombang radio dari teknologi yang terus berkembang ini tetap aman bagi manusia.
Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan bukti kuat bahwa penggunaan smartphone tidak menimbulkan risiko terhadap kesehatan otak. Namun, tantangan yang dihadapi saat ini adalah bagaimana memastikan bahwa penelitian baru ini dapat mengatasi kesalahpahaman dan informasi yang keliru yang masih ada di masyarakat mengenai hubungan antara smartphone dan kanker otak. Dalam konteks ini, hasil penelitian WHO terbaru ini menjadi kabar baik bagi masyarakat luas.