Bukan Hanya pada Manusia, Menstruasi Ternyata Juga Dialami Sejumlah Hewan
Jika kita menganggap bahwa menstruasi hanya dialami oleh wanita, ternyata kita salah karena sejumlah hewan juga mengalaminya.
Menstruasi yang sering dianggap sebagai fenomena khas manusia, ternyata juga dialami oleh beberapa hewan. Meskipun begitu, hanya sedikit spesies yang mengalami menstruasi, dan para ilmuwan hingga kini masih mencoba memahami alasan evolusi di balik fenomena ini.
Dilansir dari Live Science, ,enurut Deena Emera, seorang ahli biologi evolusioner di Buck Institute for Research on Aging, terdapat sekitar 15 spesies mamalia yang diketahui memiliki siklus menstruasi. Sebagian besar di antaranya adalah primata, termasuk kerabat terdekat manusia seperti simpanse (Pan troglodytes) dan bonobo (Pan paniscus). Selain itu, siklus menstruasi juga ditemukan pada beberapa spesies kelelawar, tikus duri (Acomys cahirinus), dan tikus gajah.
-
Kenapa hewan berkeringat? Dilansir dari laman Long Acres Ranch, tidak semua hewan mengeluarkan keringat seperti manusia, hanya hewan jenis mamalia yang memiliki kelenjar keringat saja.
-
Apa saja perilaku aneh hewan? Selain itu, ada banyak ragam rahasia yang hingga saat ini belum diketahui oleh para peneliti.
-
Siapa yang bisa mengalami menstruasi tidak teratur? Jika kamu mengalami perubahan yang signifikan dalam siklus menstruasi atau ketidakteraturan, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter.
-
Apa yang dikeluarkan saat hewan berkeringat? Manusia, akan mengeluarkan keringat di tubuhnya setelah melakukan banyak aktivitas dan merasa panas. Keringat merupakan cairan tubuh alami yang mengandung air, garam, dan lemak.
-
Siapa yang merayakan hari hewan sedunia? Hingga kini, hari raya Santo Fransiskus tersebut masih terus dirayakan di berbagai belahan dunia oleh para kalangan pecinta binatang hingga warga sipil.
-
Apa saja yang dianggap mitos saat menstruasi? Selain keramas dan mandi, masih banyak hal lain yang seringkali dianggap mitos saat menstruasi.
"Karena hewan-hewan ini tidak semuanya memiliki hubungan kekerabatan yang dekat, kemungkinan besar sifat ini berevolusi secara konvergen, yang berarti ada manfaat evolusi tertentu di baliknya," ujar Emera.
Namun, tidak semua hewan yang mengalami pendarahan melalui organ reproduksi mereka benar-benar sedang menstruasi. Misalnya, pemilik anjing betina yang belum disterilkan mungkin pernah menemukan noda darah saat anjing mereka mengalami masa birahi atau estrus. Namun, pendarahan ini berbeda dengan menstruasi karena disebabkan oleh pembesaran pembuluh darah di dalam vagina akibat peningkatan hormon estrogen, bukan karena siklus menstruasi.
Dalam hewan yang mengalami menstruasi, siklus ini terjadi karena interaksi antara hormon estrogen dan progesteron. "Progesteron adalah hormon yang diperlukan untuk mempertahankan kehamilan, dan pada hewan yang menstruasi, kadar hormon ini mulai meningkat sebelum kehamilan terjadi," jelas Emera.
Sebelum progesteron meningkat, estrogen terlebih dahulu menyebabkan penebalan lapisan rahim dan perkembangan pembuluh darah baru. Jika kehamilan tidak terjadi, kadar progesteron akan menurun, dan pembuluh darah serta jaringan baru akan terlepas dalam bentuk darah menstruasi.
Perbedaan ini menimbulkan pertanyaan menarik dari sudut pandang evolusi. Emera menegaskan, “Pertanyaannya bukanlah, 'Mengapa kita menstruasi?' tetapi, 'Mengapa kita mempersiapkan rahim untuk kehamilan sebelum kita hamil?'” Jawaban pasti atas pertanyaan ini masih belum jelas. Namun, Emera menduga bahwa menstruasi mungkin berkaitan dengan fakta bahwa hewan yang mengalami menstruasi umumnya melahirkan sedikit anak dalam satu waktu dan memiliki masa kehamilan yang lebih panjang.
Misalnya, tikus duri memiliki masa gestasi hampir dua kali lebih lama dibandingkan tikus lain. Karena hewan-hewan ini menginvestasikan banyak energi dalam membesarkan sedikit keturunan, penting bagi mereka untuk memastikan bahwa keturunan mereka bertahan hidup.
Penelitian menunjukkan bahwa lapisan rahim yang telah dipersiapkan untuk kehamilan dapat mendeteksi isyarat kimia dari embrio yang menunjukkan apakah embrio tersebut memiliki peluang yang baik untuk berhasil ditanamkan. Langkah pemeriksaan kualitas ini terjadi pada semua mamalia, tetapi pada hewan yang mengalami menstruasi, proses ini terjadi lebih awal.
Selain itu, Robert Martin, seorang ahli biologi evolusioner yang pensiun dan tamu akademik di Universitas Zurich, mengusulkan bahwa menstruasi mungkin berperan dalam penyimpanan sperma. Kelelawar, misalnya, dapat menyimpan sperma di saluran reproduksi mereka hingga 200 hari sebelum terjadi pembuahan.
"Ketika sperma berada terlalu lama, mereka mulai memburuk, yang dapat menyebabkan masalah kromosom jika mereka membuahi sel telur," kata Martin.
Ia berhipotesis bahwa pelepasan lapisan rahim memungkinkan hewan-hewan ini membuang sperma lama dan memberikan ruang bagi sperma yang lebih baru dan kuat.
Meskipun beberapa teori telah diajukan, hingga kini belum ada bukti konkret yang dapat menjelaskan mengapa menstruasi terjadi, baik pada manusia maupun hewan lainnya. Martin menyatakan bahwa penelitian lebih lanjut sangat diperlukan untuk memahami menstruasi ini, mengingat banyaknya aplikasi praktis yang dapat dihasilkan dari pemahaman yang lebih mendalam tentang fenomena ini.