Penelitian Temukan Kandungan Mikroplastik Sudah Mulai Memasuki Otak Manusia
Setelah sebelumnya ditemukan di testis, penelitian terbaru menemukan bahwa kandungan mikroplastik juga ada di otak.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa mikroplastik—partikel plastik berukuran sangat kecil, kurang dari 5mm—telah menyusup ke dalam jaringan otak manusia, menandai babak baru yang mengejutkan dalam krisis polusi plastik. Temuan ini semakin memperkuat seruan untuk segera mengatasi masalah yang semakin mendesak ini.
Selama bertahun-tahun, mikroplastik telah ditemukan di berbagai organ vital manusia, termasuk paru-paru, plasenta, organ reproduksi, hati, ginjal, sendi, pembuluh darah, dan sumsum tulang. Namun, penelitian yang dilakukan awal tahun 2024 mengungkap fakta mengejutkan bahwa mikroplastik juga telah menginvasi otak manusia, dengan tingkat kontaminasi yang sangat mengkhawatirkan. Dalam penelitian ini, sampel otak yang diperiksa menunjukkan kandungan plastik sebesar 0,5% dari total berat otak, sebuah angka yang mengguncang para peneliti.
-
Bagaimana mikroplastik bisa masuk ke otak? 'Setelah muncul di ‘bulbus olfaktorius’, dapat terjadi translokasi ke daerah lain di otak,' kata Luís Fernando Amato-Lourenço, ilmuwan lingkungan di Universitas Berlin, kepada CNN.
-
Siapa yang menemukan mikroplastik di otak? Dalam studi terbaru yang dipublikasikan di Jurnal JAMA Network Open, ilmuwan mengambil sampel dari 15 mayat manusia yang meninggal pada usia antara 33 sampai 100 tahun.
-
Mengapa mikroplastik di otak mengkhawatirkan? Temuan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan para peneliti bahwa jalur penciuman dapat memungkinkan mikroplastik mengakses otak dan berpotensi mencapai area otak di luar bulbus olfaktorius.
-
Bagaimana mikroplastik masuk ke tubuh? Plastik yang kita gunakan sehari-hari bisa terurai menjadi partikel kecil yang disebut mikroplastik. Partikel ini bisa masuk ke dalam tubuh kita melalui udara, makanan, dan minuman.
-
Dimana mikroplastik ditemukan dalam tubuh manusia? Awal tahun 2024, sebuah penelitian penting mengungkap bahwa mikroplastik, yaitu partikel kecil plastik yang berasal dari pemecahan potongan plastik yang lebih besar, ditemukan dalam lebih dari 50% deposit lemak pada arteri yang tersumbat di tubuh manusia.
-
Apa dampak mikroplastik pada kesehatan? Paparan dari mikroplastik di kehidupan sehari-hari kita bisa menimbulkan sejumlah dampak kesehatan yang tak main-main. Dari Masalah Jantung Hingga di Testikel, Ketahui Bahaya Paparan Mikroplastik Terhadap Tubuh Kita
Dilansir dari The Guardian, Matthew Campen, seorang ahli toksikologi dan profesor ilmu farmasi di University of New Mexico, yang memimpin penelitian ini, mengungkapkan keterkejutannya. “Ada jauh lebih banyak plastik di otak kita daripada yang pernah saya bayangkan atau yang saya rasa nyaman dengan keberadaannya,” ujarnya.
Penelitian ini menggambarkan otak sebagai salah satu jaringan yang paling tercemar mikroplastik yang pernah diteliti. Fakta bahwa mikroplastik telah mencapai otak manusia menjadi peringatan keras bahwa tidak ada satu pun bagian tubuh yang aman dari kontaminasi plastik.
Lebih dari sekadar masalah estetika, keberadaan mikroplastik di otak dan organ-organ lainnya menimbulkan kekhawatiran serius terhadap dampak kesehatannya. Meskipun dampak kesehatan mikroplastik pada tubuh manusia masih belum sepenuhnya dipahami, beberapa penelitian awal mengindikasikan potensi risiko terhadap berbagai kondisi kesehatan. Di antaranya adalah stres oksidatif, yang dapat merusak sel dan menyebabkan peradangan, serta penyakit kardiovaskular.
Penelitian pada hewan telah menghubungkan mikroplastik dengan masalah kesuburan, berbagai jenis kanker, gangguan sistem endokrin dan kekebalan, serta gangguan belajar dan memori. Fakta ini menambah urgensi untuk memahami seberapa besar ancaman yang ditimbulkan oleh mikroplastik bagi kesehatan manusia.
Sedat Gündoğdu, peneliti mikroplastik dari Universitas Cukurova di Turki, menegaskan pentingnya penanganan segera terhadap polusi plastik. “Mengingat temuan penelitian ini, sekarang sangat mendesak untuk mendeklarasikan keadaan darurat global” dalam menangani polusi plastik, ujarnya.
Temuan mengenai mikroplastik di otak semakin memperkuat kekhawatiran terkait kemampuan mikroplastik untuk menembus penghalang darah-otak, sebuah lapisan pelindung yang biasanya melindungi otak dari zat-zat berbahaya. Bethanie Carney Almroth, seorang ekotoksikolog dari Universitas Gothenburg di Swedia, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, menyatakan, “Penghalang darah-otak tidak seprotektif seperti yang kita harapkan.” Keberadaan mikroplastik di otak manusia menimbulkan pertanyaan besar tentang kemampuan otak untuk melindungi diri dari zat-zat berbahaya ini.
Penelitian ini juga menemukan bahwa jumlah mikroplastik di sampel otak dari tahun 2024 meningkat sekitar 50 persen dibandingkan dengan sampel dari tahun 2016. Hal ini mengindikasikan bahwa konsentrasi mikroplastik di otak manusia meningkat sejalan dengan peningkatan kontaminasi plastik di lingkungan.
“Anda bisa melihat garisnya—ini meningkat seiring waktu. Ini konsisten dengan apa yang Anda lihat di lingkungan,” kata Campen.
Penemuan ini hanyalah salah satu dari banyak penelitian yang semakin mengungkap luasnya kontaminasi mikroplastik dalam tubuh manusia. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Hazardous Materials pada bulan lalu menemukan mikroplastik dalam semua 16 sampel sumsum tulang yang diperiksa, menjadikannya penelitian pertama yang menemukan plastik di jaringan ini. Studi lainnya menemukan mikroplastik di semua sendi pinggul dan lutut yang diperiksa pada pasien yang menjalani operasi di Beijing, China.
Penelitian yang diterbitkan pada 15 Mei di jurnal Toxicological Sciences menemukan mikroplastik di semua 23 testis manusia dan 47 testis anjing yang diteliti, dengan konsentrasi yang hampir tiga kali lipat lebih tinggi pada manusia dibandingkan anjing.
Sebuah studi di Italia mengungkapkan bahwa hampir enam dari 10 pasien yang memiliki plak di arteri karotid mereka mengandung mikroplastik, dan mereka lebih mungkin mengalami serangan jantung, stroke, atau kematian dalam waktu 34 bulan berikutnya.
Dengan semakin banyaknya bukti ilmiah yang mengindikasikan dampak negatif mikroplastik terhadap kesehatan, banyak peneliti dan aktivis yang mendesak pemerintah dan masyarakat internasional untuk mengambil tindakan tegas. Sebuah perjanjian global untuk mengakhiri polusi plastik, yang tengah dibahas oleh Majelis Lingkungan PBB, diharapkan dapat menjadi langkah penting dalam memerangi ancaman ini.
Meskipun beberapa lembaga, seperti Food and Drug Administration, menyatakan bahwa bukti ilmiah saat ini belum menunjukkan risiko signifikan mikroplastik terhadap kesehatan manusia, para peneliti tetap mengingatkan bahwa tindakan pencegahan perlu diambil. Mengurangi paparan terhadap plastik, baik melalui makanan, air, atau debu, menjadi langkah penting yang harus segera dilakukan. Seperti yang dikatakan oleh Leonardo Trasande, seorang peneliti medis dari Universitas New York, “Mikroplastik dan nanoplastik mungkin menjadi sistem pengantaran yang efektif untuk bahan kimia beracun.”
Penelitian yang semakin mengungkap adanya mikroplastik di dalam otak manusia ini menegaskan bahwa tidak ada tempat yang luput dari kontaminasi plastik, bahkan bagian tubuh yang paling vital sekalipun. Fakta ini memperkuat urgensi untuk segera bertindak sebelum dampak yang lebih luas dan lebih berbahaya terjadi.