Awan dan Udara Sudah Mulai Tercemar Mikroplastik, Begini Dampaknya Jika Dihirup Makhluk Hidup
Udara tidak hanya tercemar oleh asap, tapi juga mikroplastik.
Awan dan Udara Sudah Mulai Tercemar Mikroplastik, Begini Dampaknya Jika Dihirup Makhluk Hidup
Awan dan Udara Sudah Mulai Tercemar Mikroplastik, Begini Dampaknya Jika Dihirup Makhluk Hidup
Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Chemistry Letters menyebutkan para ilmuwan Jepang saat ini telah menemukan adanya mikroplastik pada awan.
Sumber: Sputnik Globe
Mikroplastik yang ditemukan meliputi polietilena, polipropena, polietilena tereflat, polimetil metakrilat, resin epoksi, poliamida 6, kopolimer etilena-propilena atau paduan polietilena polipropilena, dan poliuretan.
-
Mengapa mikroplastik di awan berbahaya? Keberadaan partikel ini mengindikasikan awan dapat terbentuk dengan lebih cepat, yang berpotensi memengaruhi pola cuaca serta sistem iklim secara keseluruhan.
-
Bagaimana mikroplastik masuk ke awan? Pencemaran lingkungan yang terjadi saat ini kemungkinan besar disebabkan 10 juta ton potongan plastik yang terbuang ke lautan dan kemudian terbawa ke atmosfer melalui proses penguapan dan angin.
-
Apa dampak mikroplastik pada kesehatan? Paparan dari mikroplastik di kehidupan sehari-hari kita bisa menimbulkan sejumlah dampak kesehatan yang tak main-main. Dari Masalah Jantung Hingga di Testikel, Ketahui Bahaya Paparan Mikroplastik Terhadap Tubuh Kita
-
Apa dampak polusi udara ke paru-paru? Polusi udara dapat menyebabkan kerusakan paru-paru yang serius, bahkan sampai berpotensi mengancam nyawa.
-
Kapan mikroplastik ditemukan di awan? Dikutip dari laman IFL Science, penelitian ini dilakukan ilmuwan dari Jepang dan diterbitkan dalam jurnal Environmental Chemistry Letters pada 14 Agustus 2023.
-
Apa dampak polusi udara pada sistem pernapasan? Salah satu dampak paling umum dari polusi udara adalah gangguan pernapasan. Partikel-partikel halus (PM2.5) dan gas beracun seperti nitrogen dioksida (NO2) dapat masuk ke saluran pernapasan dan paru-paru, menyebabkan iritasi dan peradangan. Ini dapat mengakibatkan peningkatan kasus asma, bronkitis, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Para ilmuwan mendaki puncak Gunung Oyama dan Gunung Fuji untuk mengumpulkan sampel air dari kabut di sekitar gunung tersebut dengan ketinggian 1.300 meter hingga 3.776 meter.
Dengan menggunakan teknik pencitraan canggih, tim peneliti menemukan setidaknya sembilan jenis polimer dan satu jenis karet dalam sample mereka. Plastik-plastik tersebut memiliki ukuran antara 7,1 mikrometer hingga 94,6 mikrometer dengan konsentrasi berkisar antara 6,7 hingga 13,9 per liter.
Sumber: Sputnik Globe
“Mikroplastik di troposfer bebas diangkut dan berkontribusi pada polusi global. Jika masalah 'polusi udara plastik' tidak ditangani secara proaktif, perubahan iklim dan risiko ekologis dapat menjadi kenyataan, menyebabkan kerusakan lingkungan yang tidak dapat dibalikkan dan serius di masa depan."
Hiroshi Okochi, profesor di Universitas Waseda.
Sumber: Sputnik Globe
Sebenarnya, ini bukan kali pertama mikroplastik ditemukan pada suatu entitas yang bukan tempatnya. Namun, para peneliti mengatakan ini adalah laporan pertama tentang mikroplastik yang ditemukan pada udara di dalam air awan.
“Penelitian menunjukkan bahwa sejumlah besar mikroplastik tertelan atau terhirup oleh manusia dan hewan dan telah terdeteksi di berbagai organ seperti paru-paru, jantung, darah, plasenta, dan feses. Sepuluh juta ton potongan plastik ini berakhir di lautan, dilepaskan bersama semprotan air laut, dan terbawa ke atmosfer,” demikian isi rilis tersebut .
Bahaya Mikroplastik
Para peneliti menambahkan, mikroplastik telah masuk ke dalam awan dan menyebabkan hujan plastik yang akan mencemari hampir semua yang makhluk hidup makan dan minum. Akumulasi mikroplastik terbawa angin (AMPs) di atmosfer juga dapat menyebabkan dampak negatif pada keanekaragaman hayati. Penelitian lanjutan juga telah mengaitkan mikroplastik dengan kanker serta efek negatif lainnya pada kesehatan jantung dan paru-paru.
“AMP terdegradasi jauh lebih cepat di lapisan atas atmosfer dibandingkan di permukaan bumi karena radiasi ultraviolet yang kuat, dan degradasi ini melepaskan gas rumah kaca dan berkontribusi terhadap pemanasan global. Hasilnya, temuan penelitian ini dapat digunakan untuk memperhitungkan dampak AMP dalam proyeksi pemanasan global di masa depan,” tulis Hiroshi Okochi.
Sumber: Sputnik Globe