Dampak Polusi Udara Tinggi Tidak Hanya Terjadi pada Paru namun Juga Organ Tubuh Lain
Selama ini polusi udara disangka hanya berdampak pada paru walau ternyata bisa berdampak pada organ lainnya.

Polusi udara adalah ancaman serius yang tidak hanya berdampak pada paru-paru, tetapi juga dapat merusak organ tubuh lainnya, seperti mata, kulit, bahkan saluran pencernaan. Profesor Tjandra Yoga Aditama, Direktur Pascasarjana Universitas YARSI, menegaskan bahwa dampak polusi udara jauh lebih luas daripada yang sering kita bayangkan.
"Dampak polusi udara ke paru itu pasti, tetapi debu yang kecil itu juga bisa nempel ke mata, makanya tadi ada yang mengeluhkan mata sakit," ujar Tjandra dalam sebuah diskusi bertajuk Climate Talk Mencari Udara Bersih di Sekitar Kita, Apa Mungkin?.
Polusi udara yang terdiri dari partikel-partikel halus dapat dengan mudah menempel pada mata dan menyebabkan iritasi serta peradangan. Selain itu, partikel polusi juga menempel pada kulit dan mempengaruhi kondisi kesehatan kulit, yang merupakan lapisan pelindung terluar tubuh. Polusi udara yang mengendap di kulit dapat memicu berbagai masalah kulit seperti iritasi, peradangan, dan penuaan dini.
Tak hanya itu, polusi udara juga memiliki dampak yang lebih jauh dan berbahaya. Tjandra mengingatkan bahwa polusi udara dapat mencemari sumber air, terutama air yang berasal dari sumur-sumur terbuka. Jika air yang tercemar tersebut dikonsumsi tanpa diolah dengan benar, hal ini bisa menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan.
"Bila air tersebut langsung diminum atau tidak diolah dengan tepat maka bisa menyebabkan gangguan saluran cerna," tambahnya.
Dampak jangka panjang dari polusi udara juga tidak bisa dianggap remeh. Selain dapat meningkatkan risiko kanker, paparan polusi udara secara terus-menerus dapat memicu penyakit serius lainnya seperti stroke dan penyakit jantung.
"Jelek sekali ini sudah pasti untuk kesehatan," tegas Tjandra.
Berbeda dengan makanan yang dapat kita pilih berdasarkan kebersihan dan kesehatannya, udara adalah elemen yang tidak bisa kita hindari atau pilih. Jika kualitas udara di suatu tempat sedang buruk, kita tidak punya pilihan selain menghirup udara yang tercemar.
"Kita enggak bisa memilih, kalau di suatu tempat polusi ya mau enggak mau menghirupnya," ungkap Tjandra.

Polusi udara di Jakarta dan sekitarnya disebabkan oleh beberapa faktor utama. Nathan Roestandy, CEO dan Co-Founder Nafas, menjelaskan bahwa transportasi dan emisi industri adalah dua penyebab terbesar polusi udara di daerah ini. Berdasarkan laporan Air Quality Life Index (AQLI) 2021, transportasi di Jakarta menyumbang sekitar 31,5% dari polusi PM2.5 di kota ini. Selain itu, emisi industri di sekitar Jakarta juga mempengaruhi kualitas udara di ibu kota.
Namun, polusi udara bukan hanya disebabkan oleh faktor-faktor besar seperti transportasi dan industri. Aktivitas harian masyarakat, seperti membakar sampah dan merokok, juga turut menyumbang polusi udara.
Tjandra menekankan pentingnya mengurangi kebiasaan-kebiasaan ini untuk menjaga kualitas udara. "Jadi ya jangan merokok juga, itu penting agar tidak polusi udara," pesannya.