Mengerikan Penelitian Terbaru Ungkap Mikroplastik di Otak Manusia: Dampak dan Bahayanya
Berdasarkan penelitian terbaru, partikel plastik dengan ukuran sekitar 5mm telah ditemukan di jaringan otak manusia.
Keberadaan mikroplastik semakin memprihatinkan bahkan ditemukan ada di organ manusia. Benarkah? Berdasarkan penelitian terbaru, partikel plastik dengan ukuran sekitar 5mm telah ditemukan di jaringan otak manusia, setelah sebelumnya ditemukan di berbagai organ dalam tubuh.
Matthew Campen, yang merupakan penulis utama studi ini sekaligus seorang ahli toksikologi dan profesor ilmu farmasi di Universitas New Mexico, menyebut temuan ini sangat mengkhawatirkan.
-
Mengapa mikroplastik di otak mengkhawatirkan? Temuan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan para peneliti bahwa jalur penciuman dapat memungkinkan mikroplastik mengakses otak dan berpotensi mencapai area otak di luar bulbus olfaktorius.
-
Siapa yang menemukan mikroplastik di otak? Dalam studi terbaru yang dipublikasikan di Jurnal JAMA Network Open, ilmuwan mengambil sampel dari 15 mayat manusia yang meninggal pada usia antara 33 sampai 100 tahun.
-
Bagaimana mikroplastik bisa masuk ke otak? 'Setelah muncul di ‘bulbus olfaktorius’, dapat terjadi translokasi ke daerah lain di otak,' kata Luís Fernando Amato-Lourenço, ilmuwan lingkungan di Universitas Berlin, kepada CNN.
-
Apa dampak mikroplastik pada kesehatan? Paparan dari mikroplastik di kehidupan sehari-hari kita bisa menimbulkan sejumlah dampak kesehatan yang tak main-main. Dari Masalah Jantung Hingga di Testikel, Ketahui Bahaya Paparan Mikroplastik Terhadap Tubuh Kita
-
Dimana mikroplastik ditemukan dalam tubuh manusia? Awal tahun 2024, sebuah penelitian penting mengungkap bahwa mikroplastik, yaitu partikel kecil plastik yang berasal dari pemecahan potongan plastik yang lebih besar, ditemukan dalam lebih dari 50% deposit lemak pada arteri yang tersumbat di tubuh manusia.
-
Mengapa mikroplastik di atmosfer berbahaya? 'Mikroplastik di troposfer bebas diangkut dan berkontribusi pada polusi global. Jika masalah 'polusi udara plastik' tidak ditangani secara proaktif, perubahan iklim dan risiko ekologis dapat menjadi kenyataan, menyebabkan kerusakan lingkungan yang tidak dapat dibalikkan dan serius di masa depan.'
"Jumlah plastik di otak kita jauh lebih banyak daripada yang pernah saya bayangkan atau yang saya rasa nyaman," ujar Campen.
"Saya tidak tahu seberapa banyak plastik yang dapat terakumulasi di otak kita tanpa menimbulkan bahaya," tambahnya, dikutip dari People, Rabu (28/8).
Dalam penelitian lain, Campen meneliti 12 sampel otak dari pasien yang meninggal akibat demensia, termasuk Alzheimer. Ia menemukan bahwa otak pasien tersebut mengandung mikroplastik 10 kali lipat lebih banyak berdasarkan beratnya dibandingkan dengan otak sehat.
Selain itu, dalam periode delapan tahun dari 2016 hingga 2024, jumlah mikroplastik dalam sampel otak meningkat hingga 50 persen, mencerminkan lonjakan serupa dalam jumlah mikroplastik di lingkungan.
"Batas ini akan terus meningkat seiring waktu, sesuai dengan apa yang kita lihat di lingkungan," ungkap Campen.
Penelitian ini menambah bukti bahwa mikroplastik semakin meresap ke dalam tubuh manusia. Hal ini memperkuat temuan dari riset National Institutes of Health yang dirilis pada Mei 2024, yang menemukan bahwa 91 sampel otak mengandung mikroplastik 10 hingga 20 kali lebih banyak dibandingkan organ lain seperti hati dan ginjal.
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa otak adalah salah satu jaringan tubuh yang paling tercemar plastik.