Drone karya Ongen pesanan Kemhan siap diujicobakan
OS-Wifanusa memiliki kemampuan untuk melaksanakan operasi pengawasan dan melakukan foto udara untuk keperluan pemetaan.
Menjelang penyerahan drone (pesawat tanpa awak) ke Kementerian Pertahanan (Kemhan), Yulian Paonganan atau dikenal dengan sapaan Ongen melakukan pra uji fungsi terhadap drone karyanya di Waduk Jatiluhur, Puawakarta Jawa Barat, Rabu (18/5) kemarin. Ongen mengatakan, ada 5 unit drone yang diuji dalam pra-uji fungsi untuk perbatasan sebelum diserahkan pada 27 Juni 2016 ke Kemhan.
"Ini merupakan uji internal yang dilakukan oleh tim sebelum dilaksanakan uji fungsi dengan tim uji dari Kemhan," ujarnya, Kamis (19/5).
"Kami buat semaksimal mungkin, jadi sebelum uji fungsi resmi dengan Kemhan kami tes terbang dulu. Dari 5 unit drone yang diuji coba semua terbang dengan sempurna, dan akan dilakukan lagi beberapa kali lagi uji fungsi," kata Ongen dilansir Antara.
Doktor Maritim lulusan IPB itu menjelaskan uji internal itu untuk mengetahui apakah drone karyanya sudah terbang sempurna atau masih perlu pembenahan, karena yang paling tersulit adalah lepas landas dari air.
Dia mengatakan, ada 3 set yang menjadi pesanan Kemhan, dimana 1 set itu ada 2 pesawat yang akan digunakan oleh dinas topografi TNI Angkatan Darat untuk pengawasan di perbatasan.
Menurut Ongen, mengenai spesifikasi drone yang dinamakan OS-Wifanusa yaitu rata-rata kecepatan adalah 100 km/jam dengan ketinggian bisa mencapai 4000 m. Jarak jelajahnya bisa mencapai 800 km.
"Jangkauan kontrol ontonmusnya sekitar 100 km dan bisa terbang selama 8 jam. Kontrol komunikasinya memakai frekuensi, karena Indonesia kan belum punya satelit khusus untuk pertahanan," tegasnya.
Ketika ditanya mengenai apakah akan dilengkapi senjata? Ongen mengatakan itu tergantung dari user (pemakai).
"Jika memang, user menginginkan memakai senjata tentu kami bisa buat, selama secara iptek bisa seharusnya juga bisa. Saya kira kami bisa buat pesawat dengan dilengkapi senjata," katanya.
Ongen juga menjelaskan, OS-Wifanusa memiliki kemampuan untuk melaksanakan operasi pengawasan (surveillance) dan melakukan foto udara (remote sensing) untuk keperluan pemetaan. Pesawat terbang tanpa awak (PPTA) ini sudah lolos uji sertifikasi dari Litbang TNI AL dan berdasarkan verifikasi dari PT Surveyor Indonesia dan Kementerian Perindustrian. PTTA itu memiliki TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) sebesar 28,01 persen.
Berikut spek pesawat yang akan digunakan oleh Kemhan khusus untuk pengawasan perbatasan. Bentang Sayap Pesawat 420 Cm. Panjang Pesawat 317 Cm. Tinggi Pesawat 078 Cm. Luas Area Floating 278 Cm2. Material Fuslage/Wings: Full Carbon Composite. Material Struktur: Alumunium Dural. Landing Gear Optional: Fix Landing Gear. Berat Kosong: 30 Kg. Berat Maksimal Take Off: 50 Kg. Berat Payload: 20 Kg. Kapasitas Fuel: 12 Liter.
Selain itu, juga dilengkapi auto pilot system triple redundant, kamera surveillance canggih dan kamera medium format 80 MP dan kamera multispektral.